Zaman paleolitikum
Zaman
batu adalah suatu periode ketika peralatan manusia secara dominan terbut dari
batu walaupun ada pula alat-alat penunjang hidup manusia yang terbuat dari kayu
ataupun bambu. Namun alat-alat yang terbuat dari kayu atau tulang tersebut
tidak meninggalkan bekas sama sekali. Hal ini disebabkan karena bahan-bahan
tersebut tidak tahan lama. Dalam zaman ini alat-alat yang dihasilkan masih
sangat kasar (sederhana) karena hanya sekadar memenuhi kebutuhan hidup saja.
Zaman batu tua diperkirakan berlangsung kira-kira 600.000 tahun yang lalu,
yaitu selama masa pleistosen (diluvium). Pada zaman paleolithikum ini,
alat-alat yang mereka hasilkan masih sangat kasar.
Paleolitikum
terdiri dari dua kata yaitu kata paleos yang mempunyai arti batu dan kata
litikum yang berasal dari kata litos yang mempunyai arti tua, Maka biasa juga
zaman paleolitikum disebut dengan zaman batu tua. Diperkirakan zaman batu tua
berlangsung pada masa pleistosen awal yaitu kira-kira pada enam ratus ribu
tahun yang lalu.
Peninggalan
alat hasil budaya dari zaman ini terbuat dari batu yang masih sangat kasar
dalam pembuatannya. Jika di lihat dari daerah tempat penemuannya maka alat-alat
kebudayaan Paleolithikum bisa dikelompokan menjadi 2 yaitu kebudayaan pacitan
dan kebudayaan ngandong.
Peninggalan
alat-alat hasil budaya dari kebudayaan zaman batu tua yang ditemukan di daerah
pacitan ( jawa timur ) berupa kapak genggam, kapak perimbas, kapak penetak dan
alat dari serpihan batu atau flake. Selain di temukan di di wilayah pacitan
provinsi jawa timur alat-alat yang masih sejenis juga di temukan di wilayah
lain indonesia seperti di wilayah sukabumi provinsi jawa barat, perigi dan
gombong provinsi jawa tengah, tambangsawah provinsi bengkulu, lahat provinsi
sumatra selatan, kalianda provinsi lampung, cabenge provinsi sulawesi selatan,
awal bangkal provinsi kalimantan selatan, truyan bali dan di wilayah maumere
flores. Dengan di temukannya peninggalan hasil budayanya di berbagai tempat di
wilayah indonesia dapat membuktikan kalau proses dari migrasi manusia purba
menyebar ke hampir semua wilayah indonesia.
Hasil
Kebudayaan Masa Praaksara|Kebudayaan masa praaksara atau prasejarah
menghasilkan macam-macam dan jenis-jenis benda-benda yang dibedakan kebudayaan
batu dan kebudayaan logam. Macam-macam hasil yang ditemukan pada zaman
praaksara memiliki berbagai kegunaan dan penemu dari macam-macam hasil
kebudayaan masa praaksara, karna dalam manusia purba terdapat berbagai alat dan
kebudayaan atau hal-hal yang dilakukan manusia purba yang menjadikan sebagai
hasil dari kebudayaan masa praaksara seperti hasil kebudayaan paleolithikum,
hasil kebudayaan mesolithikum, hasil kebudayaan neolithikum, hasil kebudayaan
logam, hasil kebudayaan megalithikum yang merupakan peninggalan pada manusia
purba.
Proses
pembuatan kapak batu:
1.
Memilih batu yang cocok dan mudah
dibentuk
2.
Batu tersebut dipukulkan dengan
menggunakan batu yang lebih keras
3.
Pembentukan dengan cara dihaluskan
menggunakan kapak tulang, tangan juga dilindungi dengan kulit.
Manusia
pendukung zaman ini adalah Pithecantropus Erectus, Homo Wajakensis,
Meganthropus Paleojavanicus dan Homo Soloensis. Fosil-fosil ini ditemukan di
sepanjang aliran sungai Bengawan Solo. Mereka memiliki kebudayaan Pacitan dan
Ngandong. Kebudayaan Pacitan pada tahun 1935, Von Koenigswald menemukan
alat-alat batu dan kapak genggam di daerah Pacitan. Cara kerjanya digenggam
dengan tangan. Kapak ini dikerjaan dengan cara masih sangat kasar. Para ahli
menyebut alat pada zaman Paleolithikum dengan nama chopper. Alat ini ditemukan
di Lapisan Trinil. Selain di Pacitan, alat-alat dari zaman Paleplithikum ini
temukan di daerah Progo dan Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan
Lahat (Sumatera Selatan).
A. CIRI-CIRI
ZAMAN PALEOLITHIKUM
Zaman
Paleolithikum ditandai dengan kebudayan manusia yang masih sangat sederhana.
Ciri-ciri kehidupan manusia pada zaman Paleolithikum, yakni:
1.
Hidup berpindah-pindah (Nomaden)
2.
Berburu (Food Gathering)
3.
Menangkap ikan
Berdasarkan
penemuan fosil manusia purba, jenis manusia purba hidup pada zaman Paleolitikum
adalah Pithecanthropus Erectus, Homo Wajakensis, Meganthropus paleojavanicus,
dan Homo Soliensis. Fosil ini ditemukan di aliran sungai Bengawan Solo.
Berdasarkan
daerah penemuannya maka alat-alat kebudayaan Paleolithikum tersebut dapat
dikelompokan menjadi kebudayaan pacitan dan kebudayaan ngandong.
a.
Kebudayaan Pacitan
Pada tahun 1935, von
Koenigswald menemukan alat batu dan kapak genggam di daerah Pacitan. Kapak
genggam itu berbentuk kapak tetapi tidak bertangkai. Kapak ini masih dikerjakan
dengan sangat kasar dan belum dihaluskan. Para ahli menyebutkan bahwa kapak itu
adalah kapak penetak. Selain di Pacitan alat-alat banyak ditemukan di Progo dan
Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatera Utara).
b.
Kebudayaan Ngandong
Para ahli berhasil
menemukan alat-alat dari tulang, flakes, alat penusuk dari tanduk rusa dan
ujung tombak bergigi di daerah Ngandong dan Sidoarjo. Selain itu di dekat
Sangiran ditemukan alat sangat kecil dari betuan yang amat indah. Alat ini
dinamakan Serbih Pilah, dan banyak ditemukan di Cabbenge (Sulawesi Selatan)
yang terbuat dari batu-batu indah seperti kalsedon. Kebudayaan Ngandong juga
didukung oleh penemuan lukisan pada dinding goa seperti lukisan tapak tangan
berwarna merah dan babi hutan ditemukan di Goa Leang Pattae (Sulawesi Selatan)
B. ALAT-ALAT
ZAMAN PALEOLITHIKUM
Pada
zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh
alat-alat tersebut adalah:
1.
Kapak Genggam
Kapak genggam adalah sebuah
batu yang mirip dengan kapak, tetapi tidak
bertangkai dan cara mempergunakannya dengan cara menggenggam. Kapak genggam
terkenal juga dengan sebutan kapak perimbas, dalam ilmu prasejarah disebut chopper artinya
alat penetak. Kapak genggam pernah ditemukan oleh Von Koenigswald pada 1935 di
sungai Baksoko, Desa Punung,Pacitan, Jawa Timur. Batu genggam biasanya dibuat
dari batu gamping. Batu tersebut dipahat memanjang atau diserpih sehingga
berbetuk serpihan.
Kapak genggam banyak
ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut "chopper"
(alat penetak/pemotong)
Alat ini dinamakan
kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai
dan cara mempergunakannya dengancara menggenggam. Pembuatan kapak genggam
dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi
lainnya dibiarkan apa adanyasebagai tempat menggenggam. Kapak genggam berfungsi
menggali umbi, memotong, dan menguliti binatang.
Fungsi Kapak genggam digunakan untuk memecahkan telor
menumbuk, biji-bijian, membuat serat-serat dari pepohonan, membunuh binatang
buruan, dan sebagai senjata menyerang lawannya.
Penyebaran Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa kapak
jenis ini berasal dari lapisan Trinil, yaitu pada
masa Pleistosen Tengah, sehingga
disimpulkan bahwa pendukung kebudayaan kapak genggam adalah manusia Pithecanthropus erectus.[2] Daerah penemuan
kapak genggam selain di Punung Pacitan Jawa Timur juga
ditemukan di daerah Jampang
Kulon, Parigi Jawa Timur, Tambang Sawah, Lahat dan KaliAnda Sumatra, Awangbangkal
Kalimantan,Cabenge Sulawesi,Sembiran dan Terunyan Bali. Selain di Indonesia kapak genggam juga
ditemukan di Peking Tiongkokpada goa-goa di Choukoutien, serta sejumlah fosil yang mirip Pithecanthropus erectus, yang disebut dengan Sinanthropus pekine (Manusia Peking).
Kapak genggam
2.
Kapak Perimbas
Kapak perimbas
berpungsi untuk merimbas kayu, memahat tulang dan sebagai senjata. Manusia
kebudayan Pacitan adalah jenis Pithecanthropus. Alat ini juga ditemukan di
Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), lahat, (Sumatra selatan), dan Goa
Choukoutieen (Beijing). Alat ini paling banyak ditemukan di daerah Pacitan, Jawa
Tengah sehingga oleh Ralp Von Koenigswald disebut kebudayan pacitan
Kapak Perimbas
3.
Alat-alat dari tulang binatang atau
tanduk rusa
Salah satu alat
peninggalan zaman paleolithikum yaitu alat dari tulang binatang. Alat-alat dari
tulang ini termasuk hasil kebudayaan Ngandong. Kebanyakan alat dari tulang ini
berupa alat penusuk (belati) dan ujung tombak bergerigi. Fungsi dari alat ini
adalah untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah. Selain itu alat ini juga
biasa digunakan sebagai alat untuk menangkap ikan.
Alat-alat dari
tulang binatang atau tanduk rusa
4.
Flakes
Flakes yaitu alat-alat
kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang dapat digunakan untuk mengupas
makanan. Flakes termasuk hasil kebudayaan Ngandong sama seperti alat-alat dari
tulang binatang. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk berburu, menangkap
ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan.
Flakes
C. KEBUDAYAAN
PEBBLE (PEBBLE CULTURE)
a.
Kjokkenmoddinger (Sampah Dapur)
Kjokkenmoddinger adalah
istilah yang berasal dari bahasa Denmark yaitu kjokken artinya dapur dan
modding artinya sampah jadi Kjokkenmoddinger arti sebenarnya adalah sampah
dapur. Dalam kenyataan Kjokkenmoddinger adalah timbunan atau tumpukan kulit
kerang dan siput yang mencapai ketinggian ± 7 meter dan sudah membatu atau
menjadi fosil. Kjokkenmoddinger ditemukan disepanjang pantai timur Sumatera
yakni antara Langsa dan Medan. Dari bekas-bekas penemuan tersebut menunjukkan
bahwa manusia purba yang hidup pada zaman ini sudah menetap. Tahun 1925 Dr.
P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan
hasilnya banyak menemukan kapak genggam yang ternyata berbeda dengan chopper
(kapak genggam Palaeolithikum).
b.
Pebble (kapak genggam Sumatera =
Sumateralith)
Tahun 1925, Dr. P.V.
Van Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya
menemukan kapak genggam. Kapak genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang
tersebut dinamakan dengan pebble/kapak genggam Sumatra (Sumatralith) sesuai
dengan lokasi penemuannya yaitu dipulau Sumatra. Bahan-bahan untuk membuat
kapak tersebut berasal batu kali yang dipecah-pecah.
c.
Hachecourt (kapak pendek)
Selain pebble yang
diketemukan dalam bukit kerang, juga ditemukan sejenis kapak tetapi bentuknya
pendek (setengah lingkaran) yang disebut dengan hachecourt/kapak pendek.
d.
Pipisan
Selain kapak-kapak yang
ditemukan dalam bukit kerang, juga ditemukan pipisan (batu-batu penggiling
beserta landasannya). Batu pipisan selain dipergunakan untuk menggiling makanan
juga dipergunakan untuk menghaluskan cat merah. Bahan cat merah berasal dari
tanah merah. Cat merah diperkirakan digunakan untuk keperluan religius dan
untuk ilmu sihir.