10.9.18

MATERI PELAJARAN SEKOLAH : ZAMAN PALEOLITIKUM



Zaman paleolitikum
Zaman batu adalah suatu periode ketika peralatan manusia secara dominan terbut dari batu walaupun ada pula alat-alat penunjang hidup manusia yang terbuat dari kayu ataupun bambu. Namun alat-alat yang terbuat dari kayu atau tulang tersebut tidak meninggalkan bekas sama sekali. Hal ini disebabkan karena bahan-bahan tersebut tidak tahan lama. Dalam zaman ini alat-alat yang dihasilkan masih sangat kasar (sederhana) karena hanya sekadar memenuhi kebutuhan hidup saja. Zaman batu tua diperkirakan berlangsung kira-kira 600.000 tahun yang lalu, yaitu selama masa pleistosen (diluvium). Pada zaman paleolithikum ini, alat-alat yang mereka hasilkan masih sangat kasar.
Paleolitikum terdiri dari dua kata yaitu kata paleos yang mempunyai arti batu dan kata litikum yang berasal dari kata litos yang mempunyai arti tua, Maka biasa juga zaman paleolitikum disebut dengan zaman batu tua. Diperkirakan zaman batu tua berlangsung pada masa pleistosen awal yaitu kira-kira pada enam ratus ribu tahun yang lalu.
Peninggalan alat hasil budaya dari zaman ini terbuat dari batu yang masih sangat kasar dalam pembuatannya. Jika di lihat dari daerah tempat penemuannya maka alat-alat kebudayaan Paleolithikum bisa dikelompokan menjadi 2 yaitu kebudayaan pacitan dan kebudayaan ngandong.
Peninggalan alat-alat hasil budaya dari kebudayaan zaman batu tua yang ditemukan di daerah pacitan ( jawa timur ) berupa kapak genggam, kapak perimbas, kapak penetak dan alat dari serpihan batu atau flake. Selain di temukan di di wilayah pacitan provinsi jawa timur alat-alat yang masih sejenis juga di temukan di wilayah lain indonesia seperti di wilayah sukabumi provinsi jawa barat, perigi dan gombong provinsi jawa tengah, tambangsawah provinsi bengkulu, lahat provinsi sumatra selatan, kalianda provinsi lampung, cabenge provinsi sulawesi selatan, awal bangkal provinsi kalimantan selatan, truyan bali dan di wilayah maumere flores. Dengan di temukannya peninggalan hasil budayanya di berbagai tempat di wilayah indonesia dapat membuktikan kalau proses dari migrasi manusia purba menyebar ke hampir semua wilayah indonesia.
Hasil Kebudayaan Masa Praaksara|Kebudayaan masa praaksara atau prasejarah menghasilkan macam-macam dan jenis-jenis benda-benda yang dibedakan kebudayaan batu dan kebudayaan logam. Macam-macam hasil yang ditemukan pada zaman praaksara memiliki berbagai kegunaan dan penemu dari macam-macam hasil kebudayaan masa praaksara, karna dalam manusia purba terdapat berbagai alat dan kebudayaan atau hal-hal yang dilakukan manusia purba yang menjadikan sebagai hasil dari kebudayaan masa praaksara seperti hasil kebudayaan paleolithikum, hasil kebudayaan mesolithikum, hasil kebudayaan neolithikum, hasil kebudayaan logam, hasil kebudayaan megalithikum yang merupakan peninggalan pada manusia purba.
Proses pembuatan kapak batu:
1.        Memilih batu yang cocok dan mudah dibentuk
2.        Batu tersebut dipukulkan dengan menggunakan batu yang lebih keras
3.        Pembentukan dengan cara dihaluskan menggunakan kapak tulang, tangan juga dilindungi dengan kulit.
Manusia pendukung zaman ini adalah Pithecantropus Erectus, Homo Wajakensis, Meganthropus Paleojavanicus dan Homo Soloensis. Fosil-fosil ini ditemukan di sepanjang aliran sungai Bengawan Solo. Mereka memiliki kebudayaan Pacitan dan Ngandong. Kebudayaan Pacitan pada tahun 1935, Von Koenigswald menemukan alat-alat batu dan kapak genggam di daerah Pacitan. Cara kerjanya digenggam dengan tangan. Kapak ini dikerjaan dengan cara masih sangat kasar. Para ahli menyebut alat pada zaman Paleolithikum dengan nama chopper. Alat ini ditemukan di Lapisan Trinil. Selain di Pacitan, alat-alat dari zaman Paleplithikum ini temukan di daerah Progo dan Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatera Selatan).
A.      CIRI-CIRI ZAMAN PALEOLITHIKUM
Zaman Paleolithikum ditandai dengan kebudayan manusia yang masih sangat sederhana. Ciri-ciri kehidupan manusia pada zaman Paleolithikum, yakni:
1.         Hidup berpindah-pindah (Nomaden)
2.         Berburu (Food Gathering)
3.         Menangkap ikan
Berdasarkan penemuan fosil manusia purba, jenis manusia purba hidup pada zaman Paleolitikum adalah Pithecanthropus Erectus, Homo Wajakensis, Meganthropus paleojavanicus, dan Homo Soliensis. Fosil ini ditemukan di aliran sungai Bengawan Solo.
Berdasarkan daerah penemuannya maka alat-alat kebudayaan Paleolithikum tersebut dapat dikelompokan menjadi kebudayaan pacitan dan kebudayaan ngandong.
a.         Kebudayaan Pacitan
Pada tahun 1935, von Koenigswald menemukan alat batu dan kapak genggam di daerah Pacitan. Kapak genggam itu berbentuk kapak tetapi tidak bertangkai. Kapak ini masih dikerjakan dengan sangat kasar dan belum dihaluskan. Para ahli menyebutkan bahwa kapak itu adalah kapak penetak. Selain di Pacitan alat-alat banyak ditemukan di Progo dan Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatera Utara).
b.         Kebudayaan Ngandong
Para ahli berhasil menemukan alat-alat dari tulang, flakes, alat penusuk dari tanduk rusa dan ujung tombak bergigi di daerah Ngandong dan Sidoarjo. Selain itu di dekat Sangiran ditemukan alat sangat kecil dari betuan yang amat indah. Alat ini dinamakan Serbih Pilah, dan banyak ditemukan di Cabbenge (Sulawesi Selatan) yang terbuat dari batu-batu indah seperti kalsedon. Kebudayaan Ngandong juga didukung oleh penemuan lukisan pada dinding goa seperti lukisan tapak tangan berwarna merah dan babi hutan ditemukan di Goa Leang Pattae (Sulawesi Selatan)
B.       ALAT-ALAT ZAMAN PALEOLITHIKUM
Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh alat-alat tersebut adalah:
1.         Kapak Genggam
Kapak genggam adalah sebuah batu yang mirip dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara mempergunakannya dengan cara menggenggam. Kapak genggam terkenal juga dengan sebutan kapak perimbas, dalam ilmu prasejarah disebut chopper artinya alat penetak. Kapak genggam pernah ditemukan oleh Von Koenigswald pada 1935 di sungai Baksoko, Desa Punung,Pacitan, Jawa Timur. Batu genggam biasanya dibuat dari batu gamping. Batu tersebut dipahat memanjang atau diserpih sehingga berbetuk serpihan.
Kapak genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut "chopper" (alat penetak/pemotong)
Alat ini dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara mempergunakannya dengancara menggenggam. Pembuatan kapak genggam dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanyasebagai tempat menggenggam. Kapak genggam berfungsi menggali umbi, memotong, dan menguliti binatang.
Fungsi Kapak genggam digunakan untuk memecahkan telor menumbuk, biji-bijian, membuat serat-serat dari pepohonan, membunuh binatang buruan, dan sebagai senjata menyerang lawannya.
Penyebaran Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa kapak jenis ini berasal dari lapisan Trinil, yaitu pada masa Pleistosen Tengah, sehingga disimpulkan bahwa pendukung kebudayaan kapak genggam adalah manusia Pithecanthropus erectus.[2] Daerah penemuan kapak genggam selain di Punung Pacitan Jawa Timur juga ditemukan di daerah Jampang 

KulonParigi Jawa TimurTambang SawahLahat  dan KaliAnda SumatraAwangbangkal
Kalimantan,Cabenge Sulawesi,Sembiran dan Terunyan Bali. Selain di Indonesia kapak genggam juga ditemukan di Peking Tiongkokpada goa-goa di Choukoutien, serta sejumlah fosil yang mirip Pithecanthropus erectus, yang disebut dengan Sinanthropus pekine (Manusia Peking).
Kapak genggam
2.         Kapak Perimbas

Kapak perimbas berpungsi untuk merimbas kayu, memahat tulang dan sebagai senjata. Manusia kebudayan Pacitan adalah jenis Pithecanthropus. Alat ini juga ditemukan di Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), lahat, (Sumatra selatan), dan Goa Choukoutieen (Beijing). Alat ini paling banyak ditemukan di daerah Pacitan, Jawa Tengah sehingga oleh Ralp Von Koenigswald disebut kebudayan pacitan

Kapak Perimbas
3.         Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa
Salah satu alat peninggalan zaman paleolithikum yaitu alat dari tulang binatang. Alat-alat dari tulang ini termasuk hasil kebudayaan Ngandong. Kebanyakan alat dari tulang ini berupa alat penusuk (belati) dan ujung tombak bergerigi. Fungsi dari alat ini adalah untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah. Selain itu alat ini juga biasa digunakan sebagai alat untuk menangkap ikan.

Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa
4.         Flakes
Flakes yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang dapat digunakan untuk mengupas makanan. Flakes termasuk hasil kebudayaan Ngandong sama seperti alat-alat dari tulang binatang. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan.
Flakes

C.       KEBUDAYAAN PEBBLE (PEBBLE CULTURE)
a.         Kjokkenmoddinger (Sampah Dapur)
Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark yaitu kjokken artinya dapur dan modding artinya sampah jadi Kjokkenmoddinger arti sebenarnya adalah sampah dapur. Dalam kenyataan Kjokkenmoddinger adalah timbunan atau tumpukan kulit kerang dan siput yang mencapai ketinggian ± 7 meter dan sudah membatu atau menjadi fosil. Kjokkenmoddinger ditemukan disepanjang pantai timur Sumatera yakni antara Langsa dan Medan. Dari bekas-bekas penemuan tersebut menunjukkan bahwa manusia purba yang hidup pada zaman ini sudah menetap. Tahun 1925 Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya banyak menemukan kapak genggam yang ternyata berbeda dengan chopper (kapak genggam Palaeolithikum).
b.         Pebble (kapak genggam Sumatera = Sumateralith)
Tahun 1925, Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya menemukan kapak genggam. Kapak genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang tersebut dinamakan dengan pebble/kapak genggam Sumatra (Sumatralith) sesuai dengan lokasi penemuannya yaitu dipulau Sumatra. Bahan-bahan untuk membuat kapak tersebut berasal batu kali yang dipecah-pecah.
c.         Hachecourt (kapak pendek)
Selain pebble yang diketemukan dalam bukit kerang, juga ditemukan sejenis kapak tetapi bentuknya pendek (setengah lingkaran) yang disebut dengan hachecourt/kapak pendek.
d.        Pipisan
Selain kapak-kapak yang ditemukan dalam bukit kerang, juga ditemukan pipisan (batu-batu penggiling beserta landasannya). Batu pipisan selain dipergunakan untuk menggiling makanan juga dipergunakan untuk menghaluskan cat merah. Bahan cat merah berasal dari tanah merah. Cat merah diperkirakan digunakan untuk keperluan religius dan untuk ilmu sihir.


Artikel Lainnya