KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan
karuniaNyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Kerajaan Gowa
Tallo” untuk memenuhi tugas Bab Islamisasi dan Silang Budaya di Nusantara
semester-1 tahun pelajaran 2018-2019. Kami berharap karya tulis sederhana ini,
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai
Perkembangan Kerajaan Islam Gowa Tallo di Indonesia. Meskipun karya tulis ini
masih jauh dari sempurna, semoga karya tulis sederhana ini dapat dipahami dan
bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Kami
juga berterimakasih kepada Ibu Wahyu, S.Pd.I, selaku guru Sejarah sekaligus
pembimbing dalam penulisan, sehingga karya tulis sederhana ini dapat selesai
dengan lancar. Dan tidak lupa pula penulis mohon maaf atas kekurangan disa sini
dari makalah yang penulis buat ini. Mohon kritik serta sarannya. Terimakasih
nama kota,
2 September 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
BAB I ....................................................................................................... PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang.......................................................................... .... 1
1.2
Rumusan Masalah..................................................................... .... 2
1.3
Tujuan....................................................................................... .... 2
BAB II ..................................................................................................... PEMBAHASAN
2.1.
Latar belakang
berdirinya Kerajaan Gowa Tallo......................
2.2.
Perkembangan
Kerajaan Gowa Tallo........................................
2.3.
Kondisi
sosial-politik, ekonomi dan sosial budaya Kerajaan Gowa Tallo
2.4.
Hubungan antara
VOC dengan Kerajaan Gowa Tallo ............
2.5.
Runtuhnya
Kerajaan Gowa Tallo.............................................
BAB III .................................................................................................... PENUTUP
3.1
Kesimpulan...............................................................................
3.2
Saran.........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kesultanan Gowa adalah salah satu kerajaan besar
sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyatnya berasal dari suku
Makassar yang terdapat diujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Wilayah
kerajaan ini sekarang berada dibawah Kabupaten Gowa dan daerah sekitarnya yang
dalam bingkai negarakesatuan RI dimekarkan menjadi Kota Madya Makassar dan
kabupaten lainnya. Kerajaan ini memiliki raja yang paling terkenal bergelar
Sultan Hasanuddin, yang saat itu melakukan perperangan yang dikenal dengan
Perang Makassar (1666-1669) terhadap Belanda yang dibantu oleh kerajaan Bone
yang berasal dari Suku Bugis dengan rajanya Arung Palaka. Tapi perang ini bukan
berarti perang antar suku Makassar- Suku Bugis, karna dipihak Gowa ada sekutu
Bugisnya demikian pula dipihak Belanda-Bone, ada sekutu Makassarnya. Politik
Divide et Impera Belanda, terbuktu sangat ampuh disini. Perang Makassar ini
adalah perang terbesar Belanda yang pernah dilakukan di abad itu. Pada awalnya
didaerah Gowa terdapat 9 komunitas yang dikenal dengan nama Bate Kalapang (9
bendera), yang kemudian menjadi pusat kerajaan Gowa: Tembolo, Lakiung,
Prang-Parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero dan Kalili. Melalui
berbagai cara, baik damai maupun paksaan, komunitas lainnya bergabung untuk
membentuk Kerajaan Gowa. Cerita dari pendahulu di Gowa dimulai oleh Tumanurung
sebagai pendiri Istana Gowa, tetapi tradisi Makassar lain, menyebutkan 4 orang
yang mendahului datangnya Tumanurung, 2 orang pertama adalah Batara Guru dan
saudaranya. Masing-masing kerajaan tersebut membentuk persekutuan sesuai dengan
pilihan masing-masing. Salah satunya adalah Kerajaan Gowa dan Tallo membentuk
persekutuan pada tahun 1528, sehingga melahirkan suatu kerajaan yang lebih
dikenal dengan Kerajaan Makassar. Nama Makassar sebenarnya adalah ibukota dari
Kerajaan Gowa dan sekarang masih digunakan sebagai nama ibukota Provinsi
Sulawesi Selatan. Secara geografis daerah Sulawesi Selatan memiliki provinsi
yang sangat strategis karena berada dijalur pelayaran (perdagangan) nusantara.
Bahkan daerah Makassar menjadi pusat persinggahan para pedagang baik yang
berasal dari bagian Indonesia bagian Timur maupun yang berasal dari Indonesia
bagian Barat. Dengan posisi strategis tersebut, maka Kerajaan Makassar
berkembang menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas jalur perdagangan nusantara
1.2
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimana latar
belakang berdirinya Kerajaan Gowa Tallo?
1.2.2
Bagaimana
perkembangan Kerajaan Gowa Tallo?
1.2.3
Bagaimana
kondisi sosial-politik, ekonomi dan sosial budaya Kerajaan Gowa Tallo?
1.2.4
Jelaskan
hubungan antara VOC dengan Kerajaan Gowa Tallo!
1.2.5
1.2.5 Jelaskan
sebab runtuhnya Kerajaan Gowa Tallo!
1.3
Tujuan
1.3.1
Mengetahui latar
belakang berdirinya Kerajaan Gowa Tallo
1.3.2
Mengetahui
perkembangan Kerajaan Gowa Tallo
1.3.3
Mengetahui
kondisi sosial-politik, ekonomi dan sosial budaya Kerajaan Gowa Tallo
1.3.4
Mengetahui
hubungan antara VOC dengan Kerajaan Gowa Tallo
1.3.5
Mengetahui sebab
runtuhnya Kerajaan Gowa Tallo
BAB II
PEMBAHASAN
1.2.1 Bagaimanalatarbelakang berdirinya Kerajaan
Gowa Tallo?
2.1.
Latar belakang berdirinya Kerajaan Gowa Tallo
Di
Sulawesi Selatan pada abad ke 16 terdapat beberapa kerajaan mandiri diantaranya
Gowa, Tallo, Bone, Sopeng, Wajo, dan Sidenreng. Setiap kerajaan tersebut
membentuk persekutuan sesuai dengan pilihan masing-masing. Salah satunya adalah
Kerajaan Gowa dan Tallo. Keduanya membentuk persekutuan pada tahun 1528,
sehingga melahirkan apa yang lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Gowa-Tallo
atau Kerajaan Makassar. Raja Gowa, Daeng Manrabia menjadi raja bergelar Sultan
Allaudin dan Raja Tallo, Karaeng Mantoaya menjadi perdana menteri bergelar
Sultan Abdullah kaarena pusat pemerintahannya terdapat di Makassar, Kerajaan
Gowa dan Tallo sering disebut sebagai Kerajaan Makassar. Wilayah kerajaan ini
sekarang berada dibawah Kabupaten Gowa dan sekitarnya.
Karena
posisinya yang strategis diantara wilayah barat (Malaka) dan timur nusantara
(Maluku), Makassar menjadi bandar pertama untuk memasuki Indonesia Timur yang
kaya rempah-rempah. Kerajaan ini memiliki pelaut-pelaut tangguh yang memperkuat
barisan pertahanan Laut Makassar
Sumber
asing tertulis pertama dari catatan Tome Pires. Dalam catatannya dia melukiskan
kemampuan pelayaran dan perdagangan orang-orang Makassar.Pires menulis :
“Orang-orang Makassar telah berdagang sampai ke Malaka, Jawa, Borneo, Negeri
Siam dan juga semua tempat yang terdapat antara Pahang dan Siam. “(Swang:
2005,72)”
Kesultanan
ini disebut-sebut kaya akan beras, bahan-bahan makanan lainnya, daging, dan
kapur barus hitam. Mereka memasok barang dagangan dari luar, antara lain jenis
pakaian dari cambay, bengal, dan keling. Dan penemuan banyak jenis keramik dari
asal Dinasti Sung dan Ming di daerah Sulawesi Selatan juga membuktikan kerajaan
ini telah menjalin hubungan dagang dengan Cina
1.2.2 Bagaimana perkembangan
Kerajaan Gowa Tallo?
2.2.
Perkembangan Kerajaan Gowa Tallo
Pada
awalnya, Kerajaan Gowa – Tallo yang lebih dikenal sebagai Kerajaan Makassar
terdiri dari beberapa kerajaan yang bercorak Hindu, antara lain, Gowa, Tallo,
Wajo, Bone, Soppeng, dan Luwu. Dengan adanya dakwah dari Dato'ri Bandang dan
Dato' Sulaiman, Sultan Alauddin (Raja Gowa) masuk Islam. Setelah raja memeluk
Islam, rakyat pun segera ikut memeluk Islam.
Kerajaan
Gowa dan Tallo kemudian menjadi satu dan lebih dikenal dengan nama Kerajaan
Makassar dengan pemerintahannya yang terkenal adalah Sultan Hasanuddin (1653 –
1669). Ia berhasil memperluas pengaruh Kerajaan Makassar sampai ke Matos,
Bulukamba, Mondar, Sulawesi Utara, Luwu, Butan, Selayar, Sumbawa, dan Lombok.
Hasanuddin juga berhasil mengembangkan pelabuhannya dan menjadi bandar transito
di Indonesia bagian timur pada waktu itu. Hasanuddin mendapat julukan Ayam
Jantan dari Timur. Karena keberaniannya dan semangat perjuangannya, Makassar
menjadi kerajaan besar dan berpengaruh terhadap kerajaan di sekitarnya.
1.2.3 Bagaimanakondisisosial-politik, ekonomi dan
sosial budaya Kerajaan Gowa Tallo?
2.3.
Kondisi Sosial Politik Kerajaan Gowa Tallo
Pada
awal abad ke 16, datanglah Dato’ ri Bandang, Ulama Islam dari Sumatera Barat.
Ia menyebarkan ajaran Islam di makassar. Raja Makassar, Daeng Manrabia memeluk
agama Islam, dan namanya diubah menjadi Sultan Alauddin. Dibawah
pemerintahannya ( Pemerintah 1591-1638) Kesultanan Makassar berkembang menjadi
Negara Maritim yang kuat. Pada masa ini pula orang mulai mengenal jenis perahu
layar Lambo dan Pinisi
Kerajaan
mencapai puncaknya pada masa Sultan Muhammad Said (1639- 1653) dan Sultan
Hasanuddin (1653-1669). Kedua Sultan ini membawa Makassar sebagai daerah dagang
yang maju. Wilayah kekuasaannya meluas sampai ke Fores dan Pulau Solor di Nusa
Tenggara. Secara khusus dibawah Hasanuddin, kerajaan- kerajaan kecil di sekitar
Makassar seperti Kerajaan Wajo, Bone, Luwu, dan Sopeng berhasil dikuasai
2.4.
Kerajaan Gowa Tallo dari segi Ekonomi dan Sosial
Budaya
Kerajaan
ini memperoleh kemajun ekonomi yang amat pesat, terutama dibidang perdagangan.
Kemajuan di bidang perdagangan ini disebabkan antara lain:
·
Banyak pedagang
hijrah ke Makassar setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511.
·
Orang-orang
Makassar dan Bugis terkenal sebagai pelaut ulung yang dapat mengamankan wilayah
lautnya.
·
Tersedia banyak
rempah-rempah (dari Maluku).
Makassar
berkembang sebagai pelabuhan internasional. Banyak oedagang asing seperti
Portugis, Inggris, Denmark datang berdagang di Makassar dengan tipe perahunya
seperti pinisi dan lombo, pedagang-pedagang
Makassar memegang peran penting dalam perdagangan di Nusantara, meski akhirnya
untuk itu harus terlibt perang dengan VOC. Sementara itu, untuk menjamin dan
mengatur perdagangan dan pelayaran di wilayahnya, Makassar mengeluarkan UU dan
hukum perdagangan yang disebut Ade Allopiloping Bacanna Pabalue, yang dimuat
dalam buku Lontana Amanna Coppa.
Meski
memiliki kebebasan dalam mencapai kesejahteraan hidup, dalam kehidupan sosial
sehari-hari mereka sangat terikat dengan norma adat yang mereka anggap sakral.
Norma kehidupan sosial Makassar diatur berdasarkan adat dan agama Islam yang
disebut Pangadakkang. Selain norma tersebut, masyarakat Makassar juga mengenal
pelpisan sosial; lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan dan keluarganya
disebut “Anakarung/Karaeng”, sedangkan rakyat kebanyakan disebut “to maradeka”,
dan masyarakat lapisan bawah yaitu para hamba-sahaya disebut golongan “ata”.
Mengingat
statusnya sebagai negara maritim, sebagian besar kebudayaannya bercorak
maritim. Hasil kebudayaannya yang terkenal adalah perahu pinisi. Perahu-perahu
ini berlayar tidak saja berlayar di perairan Indonesia, tapi juga sampai ke mancanegara.
2.5.
Hubungan antara VOC dengan Kerajaan Gowa Tallo
Perang Makassar (1666-1669)
Pada
masa pemerintahan Hasanuddin, Kesultanan Gowa Tallo terlibat perang besar
dengan VOC, yang terkenal dengan nama Perang Makassar Perang ini termasuk
perang terbesar yang dialami oleh VOC abad ke abad ke-17. Perang tersebut
dilatar belakangi cita-cita Hassanudin menjadikan Makassar pusat kegiatan
perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini mengancam aktivitas ekonomi
Belanda. Pertama bagi Belanda kehadiran kesultanan, Gowa Tallo saja mengancam
lalu lintas perdagangan mereka dari Maluku ke Batavia. Kedua, rencana
Hasanuddin mengancam eksistensi dan penguasaan ekonomi mereka di Maluku. Sudah
lama Belanda yang merasa berkuasa atas Maluku sebagai seumber rempah-rempah menganggap
Makassar sebagai pelabuhan gelap karna ikut juga memperjual belikan
rempah-rempah dari Maluku
Diawali
perlucutan dan perampasan terhadap armada Belanda di Maluku oleh pasukan
Hasanuddin, Belanda kemudian menyerang Makassar setelah sebelumnya mendapat
kepastian bantuan dari Sultan Bone, Aru Palaka. Aru Palaka bersedia membantu
Belanda tetapi Sempat terdesak, Belanda akhirnya berhasil memaksa Hasanuddin
menyepakati Perjanjian Bongaya pada tahun 1667, yang isinya :
·
VOC (Serikat
dagang Belanda) memperoleh monopoli perdagangan di Makassar.
·
Belanda
mendirikan benteng di Makassar (kelak bernama benteng Rotterdam).
·
Makassar
melepaskan daerah jajahannya seperti Bone dan pulau-pulau disekitar Makassar.
·
Makassar
mengakui Aru Palaka sebagai raja Bone.
Keberanian
Hasanuddin memorak-porandakan pasukan Belanda di Maluku membuatnya mendapat julukan
“Ayam Jantan Dari Timur”.
Sepeninggal
Hasanuddin, Makassar dipimpin oleh putranya bernama Mapasomba. Sama seperti
ayahnya, sultan ini menentang kehadiran Belanda di Makassar, bahkan lebih
keras. Konon, sultan Hasanuddin menasehati Mapasomba agar dapat bekerjasama
dengan Belanda dengan tujuan menjamin eksistensi Kesultanan Makassar. Namun,
Mapasomba gigih pada tekadnya : Mengusir Belanda dari Makassar. Sikapnya yang
keras dan tidak mau bekerja sama menjadi alasan Belanda mengerahkan pasukan
secara besar-besaran. Pasukan Mapasomba berhasilkan dihancurkan dan Mapasomba
sendiri tidak diketahui nasibnya. Belanda pun berkuasa sepenuhnya atas
Kesultanan Makassar.
2.6.
Runtuhnya Kerajaan Gowa Tallo
Daerah
kekuasaan Makassar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia timur dapat
dikuasainya. Sultan Hasanuddin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada
dominasi asing. Oleh karena itu ia menentang kehadiran dan monopoli yang dipaksakan
oleh VOC yang telah berkuasa di Ambon. Untuk itu hungan antara Batavia (pusat
kekuasaan VOC di Hindia Timur) dan Ambon terhalangi oleh adanya Kerajaan
Makassar. Dengan kondisi tersebut maka timbul pertentangan antara sultan
Hasanuddin dengan VOC. Bahkan menyebabkan terjadinya perperangan, perperangan
tersebut terjadi didaerah Maluku.
Dalam
perperangan melawan VOC, Sultan Hasanuddin memimpin sendiri pasukannya untuk
memporak-porandakan pasuka Belanda di maluku. Akibatnya kedudukan Belanda
semakin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasanuddin tersebut maka Belanda
memberikan julukan padanya sebagai Ayam Jantan dari Timur. Upaya Belanda untuk
mengakhiri perperangan dengan Makassar yaitu dengan melakukan politik adu domba
antara Makassar dengan Kerajaan Bone (daerah kekuasaan Makassar). Raja Bone
yaitu Aru Palaka yang merasa dijajah oleh Makassar meminta bantuan kepada VOC
untuk melepaskan diri dari kekuasaan Makassar. Sebagai akibatnya Aru Palaka
bersekutu dengan VOC untuk menghancurkan Makassar.
Akibat
persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota Kerajaan
Makassar. Dan secara terpaksa Kerajaan Makassar harus mengakui kekalahannya dan
menandatangani perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya tentu sangat merugikan
Kerajaan Makassar.
Walaupun
perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan Makassar terhadap Belanda tetap
berlangsung. Bahkan pengganti dari Sultan Hasanuddin yaitu Mapasomba (Putera
Hasanuddin) meneruskan perlawanan melawan Belanda. Untuk mengahadapi perlawanan
Rakyat Makassar, Belanda mengerahkan pasukannya secara besar-besaran. Akhirnya
Belanda dapat menguasai sepenuhnya Kerajaan Makassar, dan Makassar atau
Kerajaan Gowa Tallo mengalami kehancuran
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kesultanan
Gowa atau kadang ditulis goa adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses
yang terdapat di daerah Sulawesi selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari
suku makassar yang berdiam diujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Sejak
Gowa Tallo sebagai pusat perdagangan laut, kerajaan ini menjalin hubungan
dengan ternate yang sudah menerima islam dari gresik. Raja ternate yakni
baabullah mengajak Raja Gowa Tallo untuk masuk islam, tapi gagal. Baru pada
masa raja datu ri bandang datang kekerajaan gowa tallo, agama islam mulai masuk
ke kerajaan ini.
Setaun
kemudian hampir seluruh penduduk gowa tallo memeluk islam. Mubaligh yang
berjasa menyebarkan islam adalah Abdul kodir khotib tunggal yang berasal dari
Minangkabau. Makassar mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan
sultan hasanuddin(1653-1669). Daerah kekuasaan makassar luas seluruh jalur
perdagangan di Indonesia timur dapat dikuasainya. Sultan hasanuddin terkenal
sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Dalam peperangan melawan
voc, sultan hasanuddin memimpin sendiri pasukannya untuk memporak-porandakan
pasukan belanda di maluku. Akibatnya kedudukan belanda semakin terdesak. Atas
keberanian sultan hasanuddin tersebut maka belanda memberikan julukan padanya sebagai
ayam jantan dari timur.
Demikian
gowa telah mengalami pasang surut dalam perkembangan sejak raja gowa pertama,
Tumanurung (abad 13) hingga mencapai puncak keemasannya pada abad 18 kemudian
sampai mengalami transisi setelah bertaun taun berjuang menghadapi penjajahan.
Dalam pada itu, sistem pemerintahan pun mengalami transisi dimasa raja gowa
xxxvi andi itjo karaeng lalolang, setelah menjadi bagian republik Indonesia
yang bersatu, berubah bentuk dari kerajaan menjadi daerah tingkat II otonom.
Sehingga dengan perubahan tersebut, andi itjo pun tercatat dalam sejarah
sebagai raja gowa terakhir dan sekaligus bupati gowa pertama.
3.2
Saran
Saran
yang bersifat membangun dari para guru, pembaca dan teman-teman lainnya kami
harapkan demi perbaikan makalah tentang Kerajaan Gowa Tallo ini. Kami pun mohon
maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan dan kata-kata. Sekian dan
Terimakasih