EFEK
FOTOLISTRIK
Efek
foto listrik adalah peristiwa terlepasnya elektron dari permukaan suatu zat
(logam), bila permukaan logam tersebut disinari cahaya (foton) yang memiliki
energi lebih besar dari energi ambang (fungsi kerja) logam.
Efek
fotolistrik ini ditemukan oleh Albert Einstein, yang menganggap bahwa cahaya
(foton) yang mengenai logam bersifat sebagai partikel.
Energi
kinetik foto elektron yang terlepas:
Ek =
h f - h fo
Ek
maks = e Vo
h
f
|
=
energi foton yang menyinari logam
|
h
fo
|
= Fo frekuensi
ambang = fungsi kerja
|
=
energi minimum untuk melepas elektron
|
|
e
|
=
muatan elektron = 1.6 x 10-19C
|
Vo
|
=
potensial penghenti
|
Proses kebalikan foto listrik adalah proses pembentukan sinar X yaitu proses perubahan energi kinetik elektron yang bergerak menjadi gelombang elektromagnetik (disebut juga proses Bremmsstrahlung).
Kesimpulan:
1.
Agar
elektron dapat lepas dari permukaan logam maka f >
fo atau l < lo
2.
Ek maksimum
elektron yang terlepas tidak tergantung pada intensitas cahaya yang digunakan,
hanya tergantung pada energi atau frekuensi cahaya. Tetapi intensitas cahaya
yang datang sebanding dengan jumlah elektron yang terlepas dari logam.
Efek
fotolistrik adalah
pengeluaran elektron dari suatu permukaan (biasanya
logam) ketika dikenai, dan menyerap, radiasi elektromagnetik(seperti cahaya tampak dan radiasi ultraungu) yang berada di atas
frekuensi ambang tergantung pada jenis permukaan. Istilah lama untuk efek
fotolistrik adalah efek Hertz (yang saat ini tidak
digunakan lagi). Hertz mengamati dan kemudian menunjukkan bahwa elektroda
diterangi dengan sinar ultraviolet menciptakan bunga api listrik lebih mudah.
Efek
fotolistrik membutuhkan foton dengan energi dari beberapa electronvolts sampai
lebih dari 1 MeV unsur yang nomor atomnya tinggi. Studi efek fotolistrik
menyebabkan langkah-langkah penting dalam memahami sifat kuantum cahaya,
elektron dan mempengaruhi pembentukan konsep Dualitas gelombang-partikel.
fenomena di mana cahaya mempengaruhi gerakan muatan listrik termasuk efek
fotokonduktif (juga dikenal sebagai fotokonduktivitas atau photoresistivity),
efek fotovoltaik , dan efek fotoelektrokimia .
MEKANISME EMISI
Foton
dari sinar memiliki energi karakteristik yang ditentukan oleh frekuensi cahaya.
Dalam proses photoemission, jika elektron dalam beberapa bahan menyerap energi
dari satu foton dan dengan demikian memiliki lebih banyak energi daripada
fungsi kerja (energi ikat elektron) dari materi, itu dikeluarkan. Jika energi
foton terlalu rendah, elektron tidak bisa keluar dari materi. Peningkatan
intensitas sinar meningkatkan jumlah foton dalam berkas cahaya, dan dengan
demikian meningkatkan jumlah elektron, tetapi tidak meningkatkan energi setiap
elektron yang dimemiliki. Energi dari elektron yang dipancarkan tidak
tergantung pada intensitas cahaya yang masuk, tetapi hanya pada energi atau
frekuensi foton individual. Ini adalah interaksi antara foton dan elektron
terluar.
Elektron
dapat menyerap energi dari foton ketika disinari, tetapi mereka biasanya
mengikuti prinsip "semua atau tidak" . Semua energi dari satu foton
harus diserap dan digunakan untuk membebaskan satu elektron dari atom yang
mengikat, atau energi dipancarkan kembali. Jika energi foton diserap, sebagian
energi membebaskan elektron dari atom, dan sisanya dikontribusi untuk energi
kinetik elektron sebagai partikel bebas.
Tidak
ada elektron yang dilepaskan oleh radiasi di bawah frekuensi ambang, karena
elektron tidak mendapatkan energi yang cukup untuk mengatasi ikatan atom.
Elektron yang dipancarkan biasanya disebut fotoelektron dalam
banyak buku pelajaran.
Efek
fotolistrik banyak membantu penduaan
gelombang-partikel,
dimana sistem fisika (seperti foton dalam kasus ini) dapat menunjukkan kedua sifat dan
kelakuan seperti-gelombang dan seperti-partikel, sebuah konsep yang banyak
digunakan oleh pencipta mekanika kuantum. Efek fotolistrik dijelaskan secara
matematis oleh Albert Einstein yang memperluas kuanta yang
dikembangkan oleh Max
Planck.
Hukum
emisi fotolistrik:
1.
Untuk
logam dan radiasi tertentu, jumlah fotoelektro yang dikeluarkan berbanding
lurus dengan intensitas cahaya yg digunakan.
2.
Untuk
logam tertentu, terdapat frekuensi minimum radiasi. di bawah frekuensi ini
fotoelektron tidak bisa dipancarkan.
3.
Di
atas frekuensi tersebut, energi kinetik yang dipancarkan fotoelektron tidak
bergantung pada intensitas cahaya, namun bergantung pada frekuensi cahaya.
4.
Perbedaan
waktu dari radiasi dan pemancaran fotoelektron sangat kecil, kurang dari 10-9 detik.
EFEK
FOTOLISTRIK
Ketika
seberkas cahaya dikenakan pada logam, ada elektron yang keluar dari permukaan
logam. Gejala ini disebut efek fotolistrik. Efek fotolistrik diamati melalui
prosedur sebagai berikut. Dua buah pelat logam (lempengan logam tipis) yang
terpisah ditempatkan di dalam tabung hampa udara. Di luar tabung kedua pelat
ini dihubungkan satu sama lain dengan kawat. Mula-mula tidak ada arus yang
mengalir karena kedua plat terpisah. Ketika cahaya yang sesuai dikenakan kepada
salah satu pelat, arus listrik terdeteksi pada kawat. Ini terjadi akibat adanya
elektron-elektron yang lepas dari satu pelat dan menuju ke pelat lain secara
bersama-sama membentuk arus listrik.
Hasil
pengamatan terhadap gejala efek fotolistrik memunculkan sejumlah fakta yang
merupakan karakteristik dari efek fotolistrik. Karakteristik itu adalah sebagai
berikut.
1.
hanya
cahaya yang sesuai (yang memiliki frekuensi yang lebih besar dari frekuensi
tertentu saja) yang memungkinkan lepasnya elektron dari pelat logam atau
menyebabkan terjadi efek fotolistrik (yang ditandai dengan terdeteksinya arus
listrik pada kawat). Frekuensi tertentu dari cahaya dimana elektron terlepas
dari permukaan logam disebut frekuensi ambang logam. Frekuensi ini berbeda-beda
untuk setiap logam dan merupakan karakteristik dari logam itu.
2.
ketika
cahaya yang digunakan dapat menghasilkan efek fotolistrik, penambahan
intensitas cahaya dibarengi pula dengan pertambahan jumlah elektron yang
terlepas dari pelat logam (yang ditandai dengan arus listrik yang bertambah
besar). Tetapi, Efek fotolistrik tidak terjadi untuk cahaya dengan frekuensi yang
lebih kecil dari frekuensi ambang meskipun intensitas cahaya diperbesar.
3.
ketika
terjadi efek fotolistrik, arus listrik terdeteksi pada rangkaian kawat segera
setelah cahaya yang sesuai disinari pada pelat logam. Ini berarti hampir tidak
ada selang waktu elektron terbebas dari permukaan logam setelah logam disinari
cahaya.
Karakteristik
dari efek fotolistrik di atas tidak dapat dijelaskan menggunakan teori
gelombang cahaya. Diperlukan cara pandang baru dalam mendeskripsikan cahaya
dimana cahaya tidak dipandang sebagai gelombang yang dapat memiliki energi yang
kontinu melainkan cahaya sebagai partikel.
Perangkat
teori yang menggambarkan cahaya bukan sebagai gelombang tersedia melalui konsep
energi diskrit atau terkuantisasi yang dikembangkan oleh Planck dan terbukti
sesuai untuk menjelaskan spektrum radiasi kalor benda hitam. Konsep energi yang
terkuantisasi ini digunakan oleh Einstein untuk menjelaskan terjadinya efek
fotolistrik. Di sini, cahaya dipandang sebagai kuantum energi yang hanya
memiliki energi yang diskrit bukan kontinu yang dinyatakan sebagai E = hf.
Konsep
penting yang dikemukakan Einstein sebagai latar belakang terjadinya efek
fotolistrik adalah bahwa satu elektron menyerap satu kuantum energi. Satu
kuantum energi yang diserap elektron digunakan untuk lepas dari logam dan untuk
bergerak ke pelat logam yang lain. Hal ini dapat dituliskan sebagai
Energi
cahaya = Energi ambang + Energi kinetik maksimum elektron
E = W0 + Ekm
hf = hf0 + Ekm
Ekm = hf – hf0
Persamaan
ini disebut persamaan efek fotolistrik Einstein. Perlu diperhatikan
bahwa W0 adalah energi ambang logam atau fungsi
kerja logam, f0 adalah frekuensi ambang
logam, f adalah frekuensi cahaya yang digunakan, dan Ekm adalah
energi kinetik maksimum elektron yang lepas dari logam dan bergerak ke pelat
logam yang lain. Dalam bentuk lain persamaan efek fotolistrik dapat ditulis
sebagai
Dimana m adalah massa elektron
dan ve adalah dan kecepatan elektron. Satuan energi
dalam SI adalah joule (J) dan frekuensi adalah hertz (Hz). Tetapi, fungsi kerja
logam biasanya dinyatakan dalam satuan elektron volt (eV) sehingga perlu
diingat bahwa 1 eV = 1,6 × 10−19 J.
Potensial
Penghenti
Gerakan
elektron yang ditandai sebagai arus listrik pada gejala efek fotolistrik dapat
dihentikan oleh suatu tegangan listrik yang dipasang pada rangkaian. Jika pada
rangkaian efek fotolistrik dipasang sumber tegangan dengan polaritas terbalik
(kutub positif sumber dihubungkan dengan pelat tempat keluarnya elektron dan
kutub negatif sumber dihubungkan ke pelat yang lain), terdapat satu nilai
tegangan yang dapat menyebabkan arus listrik pada rangkaian menjadi nol.
Arus
nol atau tidak ada arus berarti tidak ada lagi elektron yang lepas dari
permukaan logam akibat efek fotolistrik. Nilai tegangan yang menyebabkan
elektron berhenti terlepas dari permukaan logam pada efek fotolistrik disebut
tegangan atau potensial penghenti (stopping potential). Jika V0 adalah
potensial penghenti, maka
Ekm = eV0
Persamaan
ini pada dasarnya adalah persamaan energi. Perlu diperhatikan bahwa e adalah
muatan elektron yang besarnya 1,6 × 10−19 C dan tegangan
dinyatakan dalam satuan volt (V).
Aplikasi
Efek fotolistrik
Efek
fotolistrik merupakan prinsip dasar dari berbagai piranti fotonik (photonic
device) seperti lampu LED (light emitting device) dan piranti
detektor cahaya (photo detector).
EFEK
COMPTON
massa diam
elektron, c adalah Pada efek fotolistrik, cahaya dapat
dipandang sebagai kuantum energi dengan energi yang diskrit. Kuantum energi
tidak dapat digambarkan sebagai gelombang tetapi lebih mendekati bentuk
partikel. Partikel cahaya dalam bentuk kuantum dikenal dengan sebutan foton.
Pandangan cahaya sebagai foton diperkuat lagi melalui gejala yang dikenal
sebagai efek Compton. Jika seberkas sinar-X ditembakkan ke sebuah elektron
bebas yang diam, sinar-X akan mengalami perubahan panjang gelombang dimana
panjang gelombang sinar-X menjadi lebih besar. Gejala ini dikenal sebagai
efek Compton, sesuai dengan nama penemunya, yaitu Arthur Holly Compton. Sinar-X
digambarkan sebagai foton yang bertumbukan dengan elektron (seperti halnya dua
bola bilyar yang bertumbukan). Elektron bebas yang diam menyerap sebagian
energi foton sehingga bergerak ke arah membentuk sudut terhadap arah foton
mula-mula. Foton yang menumbuk elektron pun terhambur dengan sudut θ terhadap
arah semula dan panjang gelombangnya menjadi lebih besar. Perubahan panjang
gelombang foton setelah terhambur dinyatakan sebagai
Dimana m adalah kecepatan cahaya, dan h adalah konstanta Planck.
Dimana m adalah kecepatan cahaya, dan h adalah konstanta Planck.
Penyebaran
Compton
Penyebaran
Compton adalah suatu efek yang merupakan bagian interaksi sebuah penyinaran
terhadap suatu materi. Efek Compton adalah salah satu dari 3 proses yang
melemahkan energi suatu sinar ionisasi. Bila suatu sinar jatuh pada permukaan
suatu materi sebagian daripada energinya akan diberikan kepada materi tersebut,
sedangkan sinar itu sendiri akan di sebarkan. Sebagai contoh : Element
dalam sistem periodik dengan nomer atom yang besar seperti timbal akan meyerap
energi sinar ionisasi efek fotoelektrik, sedangkan element yang bernomer
atom kecil akan menyebarkan sinar ionisasi tersebut. Penyebaran sinar Rontgen
pada dasarnya lebih kuat dari sinar cahayayang dapat dilihat polychromatik.
Bahkan sinar rontgen normal pada perjalanannya di udara mengalami penyebaran,
ini juga yang menjadi sumber bahaya yang serius di dalam penggunaan sinar
rontgen di kedokteran tanpa pakaian khusus. Pada penyebaran secara normal
energi sinar rontgen tidak berubah, yang berubah adalah arah begeraknya.
Apabila
foton dianggap sebagai suatu zarah, bagaimanakah diperoleh momentum linearnya?
Berpijak dari teori kuantum Einstein, bahwa energi foton E bergantung pada
frekuensi radiasi sebagai berikut :
E
= hv
Energi
relativistik total suatu zarah yang bergerak dengan kecepatan v adalah :
Karena
kecepatan foton adalah c, dan energinya maka m0 harus sama
dengan nol. Jadi foton harus dianggap sebagai zarah dengan massa diam
sama dengan nol. Energinya hanya energi kinetik saja, sehingga ungkapan umum
untuk energi total adalah :
untuk
sebuah foton diperoleh :
E
=
pc
dari
ungkapan tersebut diperoleh :
Hubungan
ini dipergunakan untuk menelaah tumbukan antara foton dengan elektron.
Tinjau
sebuah foton sinar x yang melakukan tumbukan dengan sebuah elektron dari bahan
penghambur. Karena energi foton sangat besar dibandingkan dengan tenaga ikat
elektron dalam bahan maka secara praktis elektron dapat dianggap sebagai
elektron bebas.
KONSEP
FOTON
Foton adalah partikel elementer dalam
fenomena elektromagnetik.
Biasanya foton dianggap sebagai pembawa radiasi elektromagnetik, seperti
cahaya, gelombang radio, dan Sinar-X. Foton berbeda dengan partikel
elementer lain seperti elektron dan quark, karena ia tidak bermassa dan dalam ruang vakum foton
selalu bergerak dengan kecepatan cahaya, c. Foton memiliki baik
sifat gelombang maupun partikel ("dualisme gelombang-partikel").
Sebagai
gelombang, satu foton tunggal tersebar di seluruh ruang dan menunjukkan
fenomena gelombang seperti pembiasan oleh lensa dan interferensi destruktif ketika gelombang
terpantulkan saling memusnahkan satu sama lain.
Sebagai
partikel, foton hanya dapat berinteraksi dengan materi dengan memindahkan
energi sejumlah:,
di
mana h adalah konstanta Planck, c adalah laju
cahaya, dan λ adalah panjang gelombangnya.
Selain
energi partikel foton juga membawa momentum dan memiliki polarisasi. Foton mematuhi hukum mekanika kuantum, yang berarti kerap kali
besaran-besaran tersebut tidak dapat diukur dengan cermat. Biasanya besaran-besaran
tersebut didefinisikan sebagai probabilitas mengukur polarisasi, posisi, atau
momentum tertentu.
Sebagai contoh, meskipun sebuah foton dapat mengeksitasi satu molekul tertentu, sering tidak mungkin meramalkan sebelumnya molekul yang mana yang akan tereksitasi.
Deskripsi foton sebagai pembawa radiasi elektromagnetik biasa digunakan oleh para fisikawan. Namun dalam fisika teoretis sebuah foton dapat dianggap sebagai mediator buat segala jenis interaksi elektromagnetik, seperti medan magnet dan gaya tolak-menolak antara muatan sejenis. Konsep modern foton dikembangkan secara berangsur-angsur antara 1905-1917 oleh Albert Einstein untuk menjelaskan pengamatan eksperimental yang tidak memenuhi model klasik untuk cahaya. Model foton khususnya memperhitungkan ketergantungan energi cahaya terhadap frekuensi, dan menjelaskan kemampuan materidan radiasi elektromagnetik untuk berada dalam kesetimbangan termal. Fisikawan lain mencoba menjelaskan anomali pengamatan ini dengan model semiklasik, yang masih menggunakan persamaan Maxwell untuk mendeskripsikan cahaya. Namun dalam model ini objek material yang mengemisi dan menyerap cahaya dikuantisasi. Meskipun model-model semiklasik ini ikut menyumbang dalam pengembangan mekanika kuantum, percobaan-percobaan lebih lanjut membuktikan hipotesisEinstein bahwa cahaya itu sendirilah yang terkuantisasi. Kuantum cahaya adalah foton. Konsep foton telah membawa kemajuan berarti dalam fisika teoretis dan eksperimental, seperti laser, kondensasi Bose-Einstein, teori medan kuantum dan interpretasi probabilistik dari mekanika kuantum. Menurut model standar fisika partikel, foton bertanggung jawab dalam memproduksi semua medan listrik dan medan magnet dan foton sendiri merupakan hasil persyaratan bahwa hukum-hukum fisika memiliki kesetangkupan pada tiap titik pada ruang-waktu. Sifat-sifat intrinsik foton seperti muatan listrik, massa dan spin ditentukan dari kesetangkupan gauge ini.
Konsep foton diterapkan dalam banyak area seperti fotokimia, mikroskopi resolusi tinggi dan pengukuran jarak molekuler. Baru-baru ini foton dipelajari sebagai unsur komputer kuantum dan untuk aplikasi canggih dalam komunikasi optik seperti kriptografi kuantum
Sebagai contoh, meskipun sebuah foton dapat mengeksitasi satu molekul tertentu, sering tidak mungkin meramalkan sebelumnya molekul yang mana yang akan tereksitasi.
Deskripsi foton sebagai pembawa radiasi elektromagnetik biasa digunakan oleh para fisikawan. Namun dalam fisika teoretis sebuah foton dapat dianggap sebagai mediator buat segala jenis interaksi elektromagnetik, seperti medan magnet dan gaya tolak-menolak antara muatan sejenis. Konsep modern foton dikembangkan secara berangsur-angsur antara 1905-1917 oleh Albert Einstein untuk menjelaskan pengamatan eksperimental yang tidak memenuhi model klasik untuk cahaya. Model foton khususnya memperhitungkan ketergantungan energi cahaya terhadap frekuensi, dan menjelaskan kemampuan materidan radiasi elektromagnetik untuk berada dalam kesetimbangan termal. Fisikawan lain mencoba menjelaskan anomali pengamatan ini dengan model semiklasik, yang masih menggunakan persamaan Maxwell untuk mendeskripsikan cahaya. Namun dalam model ini objek material yang mengemisi dan menyerap cahaya dikuantisasi. Meskipun model-model semiklasik ini ikut menyumbang dalam pengembangan mekanika kuantum, percobaan-percobaan lebih lanjut membuktikan hipotesisEinstein bahwa cahaya itu sendirilah yang terkuantisasi. Kuantum cahaya adalah foton. Konsep foton telah membawa kemajuan berarti dalam fisika teoretis dan eksperimental, seperti laser, kondensasi Bose-Einstein, teori medan kuantum dan interpretasi probabilistik dari mekanika kuantum. Menurut model standar fisika partikel, foton bertanggung jawab dalam memproduksi semua medan listrik dan medan magnet dan foton sendiri merupakan hasil persyaratan bahwa hukum-hukum fisika memiliki kesetangkupan pada tiap titik pada ruang-waktu. Sifat-sifat intrinsik foton seperti muatan listrik, massa dan spin ditentukan dari kesetangkupan gauge ini.
Konsep foton diterapkan dalam banyak area seperti fotokimia, mikroskopi resolusi tinggi dan pengukuran jarak molekuler. Baru-baru ini foton dipelajari sebagai unsur komputer kuantum dan untuk aplikasi canggih dalam komunikasi optik seperti kriptografi kuantum
NOMENKLATUR
Foton awalnya dinamakan
sebagai kuantum cahaya (das Lichtquant) oleh Albert Einstein. . Nama modern "photon"
berasal dari kata Bahasa Yunani untuk cahaya φῶς,
ditransliterasi sebagai phôs, dan ditelurkan oleh kimiawan
fisik Gilbert N. Lewis,
yang menerbitkan teori spekulatif yang menyebutkan foton sebagai
"tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan". Meskipun teori Lewis ini
tidak dapat diterima karena bertentangan dengan hasil banyak percobaan, nama
barunya ini, photon, segera diadopsi oleh kebanyakan
fisikawan. Isaac
Asimovmenyebut Arthur Compton sebagai orang yang pertama
kali mendefinisikan kuantum cahaya sebagai foton pada tahun 1927 [
Dalam fisika, foton biasanya dilambangkan oleh simbol γ abjad Yunani gamma. Simbol ini kemungkinan berasal dari sinar gamma, yang ditemukan dan dinamakan oleh Villard , dan dibuktikan sebagai salah satu bentuk radiasi elektromagnetik pada 1914 oleh Ernest Rutherford dan Edward Andrade. Dalam kimia dan rekayasa optik, foton biasanya dilambangkan oleh hν, energi foton, h adalah konstanta Planck dan abjad Yunani ν adalah frekuensi foton. Agak jarang ditemukan adalah foton disimbolkan sebagai hf, f di sini melambangkan frekuensi.
Dalam fisika, foton biasanya dilambangkan oleh simbol γ abjad Yunani gamma. Simbol ini kemungkinan berasal dari sinar gamma, yang ditemukan dan dinamakan oleh Villard , dan dibuktikan sebagai salah satu bentuk radiasi elektromagnetik pada 1914 oleh Ernest Rutherford dan Edward Andrade. Dalam kimia dan rekayasa optik, foton biasanya dilambangkan oleh hν, energi foton, h adalah konstanta Planck dan abjad Yunani ν adalah frekuensi foton. Agak jarang ditemukan adalah foton disimbolkan sebagai hf, f di sini melambangkan frekuensi.
SIFAT-SIFAT FISIK
Foton
tidak bermassa, tidak memiliki muatan listrik, dan tidak meluruh secara
spontan di ruang hampa. Sebuah foton memiliki dua keadaan polarisasi yang
dimungkinkan, dan dapat dideskripsikan dengn tiga parameter kontinu:
komponen-komponen vektor gelombang,
yang menentukan panjang gelombangnya (λ) dan arah perambatannya. Foton adalah
boson gauge untuk elektromagnetisme, dan sebab itu semua bilangan
kuantum lainnya seperti bilangan lepton, bilangan baryon atau strangeness bernilai
persis nol. Foton diemisikan dalam banyak proses alamiah, contohnya ketika
muatan dipercepat, saat transisi molekuler, atomik atau nuklir ke tingkat
energi yang lebih rendah, atau ketika sebuah partikel dan antipartikel bertumbukan dan saling
memusnahkan. Foton diserap dalam proses dengan waktu mundur (time-reversed)
yang berkaitan dengan yang sudah disebut di atas: contohnya dalam produksi
pasangan partikel-antipartikel, atau dalam transisi molekuler, atomik atau
nuklir ke tingkat energi yang lebih tinggi. Dalam ruang hampa foton bergerak
dengan laju c (laju cahaya). Energinya E dan momentum p dihubungkan
dalam persamaan E = pc, di mana p merupakan
nilai momentum. Sebagai perbandingan, persamaan terkait untuk partikel
dengan massa m adalah E2 = c2p2 + m2c4,
sesuai dengan teori relativitas khusus.
GELOMBANG
DE’ BROGLIE
Sifat
Dualisme Gelombang Materi
Pada
tahun 1924, Louis de Broglie, seorang ahli fisika dari prancis
mengemukakan hipotesis tentang gelombang materi. Gagasan ini adalh timbale
balik daripada gagasab partikel cahaya yang dikemukakan Max Planck. Louis de
Broglie meneliti keberadaan gelombang melalui eksperimen difraksi berkas
elektron. Dari hasil penelitiannya inilah diusulkan “materi mempunyai sifat gelombang
di samping partikel”, yang dikenal dengan prinsip dualitas.
Sifat
partikel dan gelombang suatu materi tidak tampak sekaligus, sifat yang tampak
jelas tergantung pada perbandingan panjang gelombang de Broglie dengan
dimensinya serta dimensi sesuatu yang berinteraksi dengannya. Pertikel yang
bergerak memiliki sifat gelombang. Fakta yang mendukung teori ini adalah petir
dan kilat. Kilat akan lebih dulu terjadi daripada petir. Kilat menunjukan sifat
gelombang berbentuk cahaya, sedangkan petir menunjukan sifat pertikel berbentuk
suara.
Gelombang
Materi
Hipotesis
tentang gelombang materi berasal dari gagasan foton Einstein. Kemudian
diterapkan Louis de Broglie pada 1922,
sebelum Compton membuktikannya, untuk menurunkan Hukum Wien (1896).
Ini menyatakan bahwa "bagian tenaga elektromagnet yang paling banyak
dipancarkan benda (hitam) panas adalah yang frekuensinya sekitar 100 milyar
kali suhu mutlak (273 + suhu Celsius) benda itu". Pekerjaan ini ternyata
memberi dampak yang berkesan bagi de Broglie.
Pada
musim panas 1923, de Broglie menyatakan, "secara tiba-tiba muncul gagasan
untuk memperluas perilaku rangkap (dual) cahaya mencangkup pula alam
partikel". Ia kemudian memberanikan diri dengan mengemukakan bahwa
"partikel, seperti elektron juga berperilaku sebagai gelombang".
Gagasannya ini ia tuangkan dalam tiga makalah ringkas yang diterbitkan pada
1924; salah satunya dalam jurnal vak fisika Perancis, Comptes Rendus.
Penyajiannya
secara terinci dan lebih luas kemudian menjadi bahan tesis doktoralnya yang ia
pertahankan pada November 1924 di Sorbonne, Paris. Tesis ini berangkat dari dua
persamaan yang telah dirumuskan Einstein untuk foton, E=hf dan p=h/. Dalam
kedua persamaan ini, perilaku yang "berkaitan" dengan partikel
(energi E dan momentum p) muncul di ruas kiri, sedangkan ruas kanan dengan
gelombang (frekuensi f dan panjang gelombang , baca: lambda). Besaran h adalah
tetapan alam yang ditemukan Planck, tetapan Planck. Secara tegas, de Broglie
mengatakan bahwa hubungan di atas juga berlaku untuk partikel. Ini merupakan
maklumat teori yang melahirkan gelombang partikel atau de Broglie. Untuk
partikel, seperti elektron, momentum p adalah
hasilkali massa (sebanding dengan berat) dan lajunya. Karena itu,
panjang gelombang de Broglie berbanding terbalik dengan massa dan
laju partikel. Sebagai contoh, elektron dengan laju 100 cm per detik, panjang
gelombangnya sekitar 0,7 mm. Menurut de Broglie, partikel yang bergerak sangat
cepat, mempunyai cirri-ciri gelombang. Sifat-sifat gelombang dari partikel
dinyatakan dalam persamaan:
λ
= h/mv
dimana:
λ = panjang gelombang
m
= massa partikel
v
= kecepatan
h
= tetapan Planck
persamaan
diatas dikenal dengan nama persamaan de Broglie dimana persamaan ini dapat
dipergunakan untuk menghitung besarnya panjang gelombang dari suatu partikel
yang bergerak dengan kecepatan v.
Louis-Victor-Pierre-Raymond, duc de Broglie (banyak
dikenal sebagai Louis de Broglie; lahir di Dieppe, Seine-Maritime, Perancis, 15Agustus1892 – meninggal
di Louveciennes,
Perancis, 19 Maret 1987 pada
umur 94 tahun) ialah fisikawan Perancis dan pemenang Hadiah Nobel. Louis berasal dari keluarga Perancis yang dikenal memiliki
diplomasi dan kemiliteran yang baik. Pada mulanya ia adalah siswa sejarah, namun akhirnya ia mengikuti
jejak kakaknya Maurice de Broglie untuk membina karier
dalam fisika.
Pada 1924,
tesis doktoralnya mengemukakan usulan bahwa
benda yang bergerak memiliki sifat gelombang yang melengkapi sifat partikelnya. 2 tahun kemudian Erwin Schrodinger menggunakan konsep gelombang de Broglie untuk mengembangkan teori umum
yang dipakai olehnya bersama dengan ilmuwan lain untuk menjelaskan
berbagai gejala atomik. Keberadaan gelombang de Broglie
dibuktikan dalam eksperimen difraksi berkas elektron pada 1927 dan
pada 1929 ia menerima Hadiah Nobel Fisika.
DIFRAKSI
ELEKTRON
Elektron adalah partikel subatom
yang bermuatan negatif dan umumnya ditulis sebaga e-.
Elektron tidak memiliki komponen dasar ataupun substruktur apapun yang
diketahui, sehingga ia dipercayai sebagai partikel elementer. Elektron memiliki massa
sekitar 1/1836 massa proton. Momentum sudut (spin)
instrinsik elektron adalah setengah nilai integer dalam satuan ħ, yang berarti bahwa ia termasuk fermion. Antipartikel elektron disebut sebagai positron, yang identik dengan elektron, tapi
bermuatan positif. Ketika sebuah elektron bertumbukan dengan positron, keduanya
kemungkinan dapat saling berhambur
ataupun musnah total,
menghasilan sepasang (atau lebih) foton sinar gama.
Elektron,
yang termasuk ke dalam generasi keluarga partikel lepton pertama, berpartisipasi dalam interaksi gravitasi, interaksi elektromagnetik
dan interaksi lemah. Sama seperti semua materi, elektron
memiliki sifat bak partikel maupun bak gelombang (dualitas gelombang-partikel), sehingga ia dapat bertumbukan dengan partikel lain dan
berdifraksi seperti cahaya. Oleh karena
elektron termasuk fermion, dua elektron berbeda tidak dapat menduduki keadaan
kuantum yang sama sesuai dengan asas pengecualian Pauli.
Konsep
muatan listrik yang tidak dapat dibagi-bagi lagi diteorikan untuk menjelaskan
sifat-sifat kimiawi atom oleh filsuf alam Richard Laming pada
awal tahun 1838; nama
electron diperkenalkan untuk menamakan muatan ini pada tahun 1894 oleh
fisikawan Irlandia George Johnstone
Stoney. Elektron
berhasil diidentifikasikan sebagai partikel pada tahun 1897 oleh J. J. Thomson.
Dalam
banyak fenomena fisika, seperti listrik, magnetisme dan konduktivitas termal,
elektron memainkan peran yang sangat penting. Suatu elektron yang bergerak
relatif terhadap pengamat akan menghasilkan medan magnetik dan lintasan elektron tersebut
juga akan dilengkungkan oleh medan magnetik eksternal. Ketika sebuah
elektron dipercepat, ia dapat menyerap ataupun memancarkan energi dalam bentuk
foton. Elektron bersama-sama dengan inti atom yang terdiri dari proton dan neutron, membentuk atom. Namun, elektron
hanya mengambil 0,06% massa total atom. Gaya tarik Coulomb antara elektron dengan proton menyebabkan
elektron terikat dalam atom. Pertukaran ataupun perkongsian elektron antara dua
atau lebih atom merupakan sebab utama terjadinya ikatan kimia.
Menurut
teorinya, kebanyakan elektron dalam alam semesta diciptakan pada
peristiwa Big
Bang (ledakan besar), namun ia juga
dapat diciptakan melalui peluruhan beta isotop radioaktif maupun dalam
tumbukan berenergi tinggi, misalnya pada saat sinar kosmis memasuki atmosfer. Elektron
dapat dihancurkan melalui pemusnahan dengan positron, maupun dapat diserap
semasa nukleosintesis bintang. Peralatan-peralatan laboratorium
modern dapat digunakan untuk memuat ataupun memantau elektron individual.
Elektron memiliki banyak kegunaan dalam teknologi modern, misalnya dalam mikroskop elektron, terapi radiasi,
dan pemercepat partikel.
Prinsip
Ketidakpastian Heisenberg
Dalam
fisika klasik terdapat anggapan bahwa setiap variabel dinamis dapat diukur
dengan ketelitian sekehendak. Anggapan ini tidak menyadari bahwa pada
prinsipnya terdapat suatu batas ketelitian dalam pengukuran. Werner
Heisenberg pada tahun 1927 mengemukakan bahwa perkalian ketidakpastian
kedudukan benda Δx pada suatu saat dengan ketidakpastian dalam pengukuran
momentum Δpx (komponen ke arah x) pada saat itu, lebih besar atau
sama dengan tetapan Planck dibagi dengan 4π . Pernyataan ini dapat ditulis:
Δx Δpx ³ h/4π
...(1)
Ini
berarti bahwa kedudukan benda dan momentumnya tidak dapat ditentukan secara
sekehendak. Dengan kata lain fungsi distribusi untuk posisi dan momentum
keduanya tidak dapat dibuat sesempit mungkin tetapi dibatasi oleh relasi
seperti pada persamaan (1). Ketidakpastian ini bukan disebabkan oleh alat ukur
atau masalah statistik, melainkan timbul dan sifat ketidakpastian alami yang
disebabkan oleh sifat partikel dan gelombang dari materi dan cahaya. Tertihat
bahwa dalam keterbatasan ketelitian inipun yang digambarkan oleh prinsip
ketidakpastian, tetapan Planck memegang peranan yang penting.
ketidakpastian
momentum dan posisi suatu zarah tidak dapat lepas satu dari lainnya. Apabila
dituntut ketakpastian yang tak berhingga bagi harga posisi elektron (Dx=0),
maka tidak akan diperoleh sama sekali informasi mengenai besarnya momentum
linear elektron (Dpx=~), dan sebaliknya.
Ketidakpastian
bukan lagi bergantung dari ketelitian alat, akan tetapi merupakan sesuatu yang
fundamental, sesuatu yang hakiki dengan dunia fisika pada tingkat atom.
FUNGSI
GELOMBANG
Fungsi
gelombang dan probabilitas menemukan partikel
Pada
efek fotolistrik, intensitas cahaya (kuadrat dari amplitude gelombang
elektromagnetik) yang semakin meningkat akan semakin meningkatkan jumlah foton
secara linier. Dinyatakan kemudian bahwa jumlah foton adalah sebanding dengan
kuadrat dari amplitude. Pada tahun 1926, Born memperluas ide ini dengan
mengusulkan bahwa kuadrat dari nilai absolut dari fungsi gelombang Ψ adalah
sebanding dengan probabilitas untuk mendapatkan partikel tersebut. Nilai
absolut harus digunakan untuk persamaan gelombang karena gelombang dapat berupa
sebuah fungsi kompleks dan bukan hanya sebuah fungsi yang riil.
Dengan
Ψ* sebagai konjugat kompleks dari Ψ dan ini diberikan melalui penggantian yang
sederhana dari setiap unit imajiner i yang terdapat pada ekspresi matematik Ψ
dengan −i.
Probabilitas
untuk menemukan sebuah partikel yang bergerak sepanjang sumbu x pada suatu
daerah tertentu antara x dan x + dx dinyatakan sebagai |Ψ(x,t)|2dx
dengan menggunakan fungsi gelombang Ψ(x,t). Karena probabilitas untuk
menemukan partikel pada daerah antara x = -∞ hingga x = +∞ adalah sama dengan
1, maka integral berikut harus sama dengan 1.
Ini
disebut sebagai kondisi renormalisasi dari sebuah fungsi gelombang. Jika
kondisi ini dipenuhi, maka fungsi gelombang tersebut dikatakan ternormalisasi.
Ketika
sebuah fungsi gelombang merupakan solusi dari persamaan (1.35), setiap
perkalian dari fungsi gelombang tersebut dengan konstanta yang sembarang juga
akan menghasilkan fungsi gelombang yang menjadi solusi dari persamaan (1.35).
Solusi-solusi dari persamaan gelombang karenanya dikatakan bersifat sembarang
terhadap konstanta. Kondisi renormalisasi menghilangkan sifat kesembarangan
dari fungsi gelombang kecuali terhadap tandanya. Dalam kasus fungsi gelombang
kompleks, makna ganda terhadap faktor fasa dengan eiθ tidak
akan berubah. Akan tetapi, faktor fasa tidak akan merubah kuadrat dari nilai
absolut dan arti fisis dari persamaan gelombang tidak relevan dengan faktor
fasa. Dengan demikian. Kita boleh memilih nilai secara sembarang nilai θ dari
faktor fasa, sebagai contoh θ dapat dipilih sama dengan 0.
Karena
turunan pertama dari fungsi gelombang ini berhubungan dengan energi E dan
momentum p menurut persamaan (1.28)−(1.29), fungsi gelombang yang menyatakan
sebuah keadaan dengan energi yang finit dan momentum yang harus bersifat
kontinyu terhadap waktu dan posisi. Ini adalah sifat yang penting dari fungsi
gelombang yang dapat diterima dan tidak dapat diabaikan ketika kita memerlukan
untuk mendapatkan sebuah fungsi gelombang dengan memecahkan persamaan
gelombang.
Sebelum
mengakhiri bagian ini, adalah penting untuk mencatat bahwa pentingnya persamaan
gelombang pada mekanika kuantum.
1.
Keadaan
dari sebuah sistem dinyatakan dengan fungsi gelombang.
2.
Probabilitas
sebuah partikel akan ditemukan pada sebuah posisi adalah sebanding dengan
kuadrat dari nilai absolut persamaan gelombang.
3.
Fungsi
gelombang akan memiliki perubahan terhadap waktu mengikuti persamaan.
Secara
umum, fungsi gelombang (notasi: ψ ) adalah elemen paling dasar yang menyusun
seluruh dunia mekanika kuantum. Fungsi ini bisa dibilang sebagai fungsi yang
paling ultimate — partikel apapun, seperti apa keadaannya dan propertinya,
dapat diwakili oleh sebuah fungsi gelombang ψ.