ETIKA TATA KRAMA
Sopan santun dalam
bahasa tata krama sekarang sudah menjadi hal yang langka, tergerus dalam era
moderenisasi ditambah faktor lingkungan tentunya,dibutuhkan peran serta orang
tua saja juga mungkin kurang cukup terhadap pergaulan anak,sehingga terkesan
anak yang masih bestatus pelajar tidak mencerminkan sikap seorang
pelajar,sayangnya hal ini terjadi,seharusnya seorang pelajar lebih bisa
menghormati dan menjalankan etika-etika budi pekerti yang telah didapatkan di
bangku sekolah.
Tapi memang kenyataan
sekarang sudah jauh berbeda,faktor lingkungan menjadi penyebab tata krama
dilupakan disisihkan dan hanya dilakukkan oleh beberapa remaja saja,di pedesaan
tata krama ini masih dijunjung tinggi,karena budaya di daerah tersebut tata
krama menjadi patokan dan memang disana menjadi santapan sehari-hari dalam
berkomunikasi baik dengan sesama maupun dengan orang yang lebih tua.
Disini sedikit akan
dipaparkan, seputar pengetahuan umum tentang tata krama dan arti pengaplikasian
sebenarnya, sekali lagi lingkungan dan peran serta orang tua menjadi hal mutlak
dalam penerapan sehari-harinya.
Tata Krama Pergaulan
Setiap orang ingin dihargai, paling sedikit diperlakukan dengan baik oleh orang
lain. Tapi, tidak setiap orang tahu, bagaimana harus membawa diri di depan umum
agar dirinya dihargai. Orang kadang-kadang merasa tersinggung atau menganggap
dirinya telah diperlakukan buruk justru karena sebenarnya ia sendiri tanpa
disadari telah melanggar tata krama.
A. PENGERTIAN
TATA KRAMA
Tata krama
merupakan kata majemuk yang terdiri dari tata dan krama. Tata berarti adat,
aturan, norma. Krama berarti taklum, takjim, sangat hormat. Dengan demikian
tata krama adalah aturan, norma, atau adat kebiasaan mengenai hormat
menghormati yang lazim disebut sopan santun atau etiket.
B. HAKEKAT
TATA KRAMA
Tata krama
timbul dan berlaku di masyarakat atas dasar kesepakatan bersama guna memelihara
hubungan baik antarsesama warga masyarakat. Tata krama pada hakekatnya
merupakan penuntun hidup bermasyarakat demi terciptanya kehidupan yang rukun
dan harmonis. Setiap warga kampus dituntut untuk mentaati, menghayati dan
mengamalkan segala norma yang berlaku.
Namun
kadang-kadang pelanggaran terjadi di luar kemauan kita, tidak kita sadari. Hal
ini terjadi mungkin juga karena salah tanggap atau salah paham. Untuk
menghindari hal tersebut perlu diperhatikan beberapa hal antara lain:
1.
Pertama
Perlakukan orang lain sebagaimana
kita sendiri ingin diperlakukan.
2.
Kedua
Bahwa setiap orang dapat mengalami
kesibukan, kesusahan, kesulitan hingga hatinya menjadi kesal dan wajahnya pun
tidak ramah. Oleh karena itu, janganlah cepat-cepat berprasangka bahwa
ketidakramahan itu ditujukan kepada kita.
3.
Ketiga
Ketahuilah bahwa ada orang-orang
yang memiliki ciri-ciri lahir dan atau batin yang berbeda dengan orang banyak.
Misalnya ada orang yang secara alamiah tidak ramah, mahal senyum, pemurung,
pendiam dan sebagainya . Oleh karena itu janganlah kita membenci mereka.
4.
Keempat
Tanamkanlah kepercayaan/keyakinan
pada diri kita bahwa semua orang pada dasarnya baik, agar kita tidak merasa
kecewa tanpa alasan dan karenanya wajah kita selalu cerah dan ramah.
5.
Kelima
Jadilah orang pemaaf, suka
memaafkan kesalahan orang lain, terlebih-lebih jika orang tersebut telah
meminta maaf.
6.
Keenam
Jika kita sedang merasa kecewa pada
seseorang atau diri sendiri, sembunyikanlah perasaan itu dari orang lain yang
tidak bersangkut paut agar mereka tidak tersinggung.
7.
Ketujuh
Janganlah memandang orang dari sisi
negatifnya saja. Ingatlah segi positifnya pasti banyak, terlebih-lebih orang
dekat. Oleh karena itu janganlah mengadili orang terlalu kejam jika ia sesekali
berbuat keliru.
C. RUANG
LINGKUP TATA KRAMA PERGAULAN
Berikut ini
diuraikan secara ringkas norma-norma sopan santun yang berlaku umum di kalangan
bangsa Indonesia.
D. TATA
KRAMA PERGAULAN SESAMA TEMAN
Hidup tanpa teman sungguh tidak terbayangkan.
Hidup tanpa teman berarti hidup sendiri, sunyi, sepi, tidak ada tempat bersuka
cita, tidak ada tempat mengeluh atau minta pertolongan manakala kesulitan. Oleh
karena itu perlu dijaga hubungan baik dengan teman-teman tetapi tetap
terpelihara. Untuk itu, perlu diperhatikan beberapa hal antara lain:
•
Bantulah teman yang minta pertolongan
dengan kemampuan kita. Jika karena sesuatu hal kita tidak dapat memenuhi
permintaan itu, sampaikanlah hal itu secara halus disertai alasan-alasan yang
masuk akal.
•
Hargailah pendapat teman. Jika kita
tidak sependapat, kemukakanlah pendapat kita sendiri secara baik-baik,
•
Hindarilah penggunaan kata-kata buruk,
jelek, tidak pantas, dan sebagainya dalam mengomentari pekerjaan atau pakaian
teman, karena masalah penilaian baik atau buruk dalam hal ini umumnya bersifat
subjektif. Baik menurut kita, belum tentu baik buat orang lain. Ingat bahwa
tidak seorangpun yang rela dicela,
•
Seringlah menggunakan kata-kata pujian
kepada teman-teman setelah mereka melakukan sesuatu dengan baik,
•
Ucapkanlah terima kasih yang tulus
kepada teman yang telah berbuat baik kepada kita betapapun kecilnya kebaikan
itu,
•
Jauhilah kebiasaan berguncing karena
pergunjingan merupakan sumber pertikaian atau perpecahan.
•
Janganlah memendam rasa kecewa
berlama-lama, karena hal ini bisa meledak menjadi kemarahan yang berakibat
pertengkaran.
•
Curahkanlah perasaan itu segera secara
terbuka dan baik-baik. Ingat kekecewaan belum tentu beralasan, mungkin kita
sendiri yang salah mengerti,
•
Terimalah setiap teguran dengan hati
yang lapang. Jika memeang kita bersalah, akuilah secara jantan dan mintalah
maaf; jika tidak, jelaskanlah baik-baik duduk persoalannya. Hindarkanlah sikap
mau menang sendiri, mau benar sendiri. Ingatlah peribahasa ”Orang pandai
berbicara dengan mulut, orang bodoh berbicara dengan tinju”,
•
Biasakanlah menggunakan kata-kata manis,
seperti ” Selamat Pagi” dan sebagainya, ”Sampai Jumpa”, ”Silakan….!”, ”Maaf….!,
”Tolong…!, dan lain-lain.
•
Kembalikanlah segera barang/uang
pinjaman; jangan dibiarkan si pemilik mengambilnya sendiri (dengan kecewa).
E. TATA
KRAMA PERGAULAN DENGAN DOSEN
Dalam tata krama
masyarakat Jawa dikenal ungkapan ”Guru, ratu, wong atau karo”. Ini mengandung
arti bahwa guru, menurut urutan kata-katanya, adalah orang yang pertama-tama
harus dihormat, kemudian berturut-turut raja dan orang tua. Agaknya ini
tidaklah berlebihan, karena gurulah yang memberikan pengetahuan, kepandaian,
ketrampilan sebagai bekal hidup. Setiap guru selalu dengan ikhlas berusaha agar
anak didiknya menjadi orang yang berguna bagi dirinya sendiri maupun bagi orang
lain. Oleh karena itu, setiap mahasiswa hendaknya memiliki rasa hormat kepada
guru/dosen.
Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam pergaulan dengan dosen: Tunjukkanlah sikap hormat dan
gunakanlah bahasa yang halus dan sopan, jika sedang berhadapan / berbicara
dengan dosen. Jika perkuliahan sedang berlangsung, curahkanlah seluruh
perhatian kepada dosen, janganlah berbuat gaduh atau bercakap-cakap karena hal
itu di samping mengganggu ketenangan, juga sangat menyinggung perasaan dosen.
Pertanyaan atau tanggapan mengenai materi perkuliahan hendaknya dikemukakan
secara sopan, jangan sampai timbul kesan mahasiswa lebih tahu dari dosen atau
mengajarinya. Usahakanlah untuk tidak keluar ruangan belajar (misalnya ke kamar
kecil). Kalaupun sangat terpaksa, minta izin terlebih dahulu pada waktu dosen
tidak berbicara.Saling berbisik terus menerus sambil masing-masing memandang
pada dosen pada waktu dosen sedang berbicara (misalnya menyajikan kuliah) juga
dipandang kurang sopan dan dosen bisa tersinggung karenanya. Hendaklah sudah
berada di dalam ruangan sebelum dosen datang masuk. Jika terlambat, mintalah
maaf sambil memberikan alasan yang tepat. Kerjakanlah setiap tugas dari dosen
dengan sebaik-baiknya.
F.
TATA KRAMA DI LINGKUNGAN KELUARGA
Kita, manusia,
diciptakan Tuhan melalui kedua orang tua kita, yaitu ayah dan bunda. Oleh
karena itu jika kita merasa senang atau bahagia dilahirkan ke dunia, maka di
samping bersyukur kepada Tuhan, kita pun berkewajiban untuk berterima kasih
kepada kedua orang tua kita.
Perlu disadari
secara mendalam bahwa orang tua bukan saja melahirkan kita, melainkan juga
dengan kasih sayang telah membesarkan dan mendewasakan kita, memberikan kepada
kita makanan, pakaian, pendidikan, menjaga kesehatan, dan melindungi kita dari
berbagai mara bahaya, betapapun besarnya resiko bagi mereka.
Kasih sayang dan
pengorbanan itu dicurahkan dengan segala keikhlasan demi kebahagian kita. Oleh
karena itu, wajarlah apabila kita selalu berterima kasih kepada orang tua. Lalu
apa yang harus kita lakukan sebagai tanda terima kasih? Bukan balas budi berupa
materi.
Orang tua sudah
merasa cukup bahagia apabila anaknya melakukan hal-hal yang dapat menjamin masa
depannya sendiri dengan baik, antara lain:
1.
Mentaati segala nasihat, baik orang tua
dan tidak membantahnya tanpa alasan yang masuk akal. Setiap keberatan atas
nasihat/saran orang tua dikemukakan dengan baik-baik,
2.
Tidak melakukan hal-hal tercela,
lebih-lebih yang dapat menimbulkan aib bagi keluarga,
3.
Selalu bersikap dan berbahasa lembut
kepada orang tua, saudara-saudara dan orang lain,
4.
Rajin belajar dan suka membantu orang
tua di rumah,
5. Saling mengerti, saling menghargai dan
saling menolong dengan saudara-saudara, tidak pernah bersikap mau menang
sendiri, mau kenyang sendiri, mau menang sendiri tanpa memikirkan orang lain,
6. Memelihara kebersihan di dalam rumah dan
menjaga keselamatan/keutuhan barang-barang yang ada di rumah serta tidak
meminjamkan barang apapun kepada orang lain tanpa izin orang tua atau saudara
yang memiliki barang,
7.
Tidak menuntut sesuatu di luar kemampuan
orang tua,
8. Selalu terbuka, tidak pernah
menyembunyikan masalah pribadi dari orang tua, lebih-lebih yang pada akhirnya
menuntut keterlibatan keluarga,
9. Memberitahu jika hendak pergi dan tidak
berada di luar rumah berlama-lama sehingga menimbulkan kegelisahan orang tua,
10. Tidak
bergaul terlalu rapat dengan teman-teman tak sejenis dan tidak terlalu sering
membawa teman-teman ke rumah karena hal itu merepotkan orang tua, terutama ibu,
11. Jujur,
suka mengaku setiap kesalahan sendiri dan tidak pernah melemparkannya kepada
orang lain,
12. Memperlakukan
pembantu seperti keluarga sendiri, tidak pernah menyakitinya agar ia betah
karena ketidakbetahan membantu sangat merepotkan ibu.
G. TATA
KRAMA BERPAKAIAN
Gunakan pakaian
sesuai dengan fungsinya masing-masing. Pakaian olah raga, piyama, atau daster
misalnya tidak baik digunakan untuk menerima tamu resmi di ruang tamu keluarga,
Kaus oblong dan sandal termasuk pakaian santai, seyogianya tidak dipergunakan
di tempat-tempat resmi, juga di dalam kampus, lebih-lebih di ruang kuliah,
Pakaian
hendaknya tidak terlalu ketat atau terlalu pendek di bagian bawah maupun bagian
atas, Pakaian selalu rapi, bersih dan tidak kusut, Perhiasan seperlunya, tidak
berlebihan, terutama di kampus, Di tengah hari yang terik sebaiknya tidak
menggunakan pakaian berwarna hitam pekat atau merah menyala dan dalam cuaca
yang mendung atau hujan (becek) tidak dianjurkan menggunakan pakaian berwarna
putih.
H. TATA
KRAMA BERBICARA
Berbicara dan
tertawa pun sering menarik perhatian orang. Agar tidak menarik perhatian yang
negatif hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
· Suara hendaknya sekedar cukup terdengar
oleh lawan bicara agar tidak mengganggu, Berbicara tenang, tidak tergesa-gesa
agar ludah tidak berkecipratan ke luar mulut, Mulut tidak terlalu dekat pada
muka lawan bicara agar uap mulut tidak tercium olehnya.
·
Waktu tertawa, mulut tidak dibuka
terlalu lebar sehingga tampak bagian dalam mulut, demikian pula suaranya, tidak
keras-keras, Janganlah berbicara atau ketawa jika mulut penuh berisi makanan,
Pada waktu berbicara, wajah dan pandangan kita hendaknya selalu terarah lurus
kepada lawan bicara.
· Bicara sambil berpaling ke sana ke mari
dianggap tidak sopan. Demikianpula jika lawan bicara sedang
berbicara,Palingkanlah muka sejenak ke arah lain dan/atau tutuplah mulut dengan
tangan atau sapu tangan jika kita tiba-tiba batuk atau bersin ketika sedang berbicara,
· Usahakanlah agar tidak memotong bicara,
apalagi tiba-tiba menegur/menyapa atau berbicara dengan orang lain pada waktu
lawan bicara masih berbicara. Kalaupun sangat terpaksa, mintalah izin/maaf
terlebih dahulu kepada lawan bicara,
· Ingat-ingatlah agar tidak memasukkan
kedua tangan ke dalam saku celana atau melipat keduanya di dada atau
menggendong keduanya di belakang atau berdiri dengan sebelah kaki yang
dilenturkan atau diangkat ke atas waktu berbicara/bercakap-cakap dengan
orang-orang yang dihormati.
I.
TATA KRAMA MAKAN BERSAMA DI MEJA MAKAN
Pada waktu makan
bersama, lebih-lebih di meja makan, hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
·
Gunakanlah sendok garpu jika makanan
basah, misalnya nasi bercampur kuah dan lain-lain, Janganlah menumpuk makanan
di atas piring makanan kita, tetapi habiskanlah makanan makanan yang telah kita
ambil. Karena penyisaan makanan dapat menyinggung tuan rumah,
·
Tidak mengisi mulut terlalu padat
sehingga menyebabkan sukar menelan atau makanan menyumbat di tenggorokan.
·
Tidak berbicara pada waktu mulut masih
penuh dengan makanan, Kunyahlah makanan demikian rupa sehingga tidak terdengar
dari dalam mulut bunyi keciplak atau gigi-gigi yang beradu.
·
Mengunyah terlalu cepat juga dapat
memberikan kesan orang yang rakus.
·
Tempatkanlah mulut di atas piring
makanan agar makanan yang jatuh waktu diangkat tidak jatuh ke luar piring atau
mengotori pakaian kita.
·
Usahakanlah agar selama makan tidak
bercerita tentang hal-hal yang menjijikkan sehingga membuat orang mual atau
yang terlalu lucu sehingga membuat orang tertawa terpingkal-pingkal.
·
Usahakanlah pula agar tidak batuk,
bersin, atau mengeluarkan/membuang ingus. Jika sangat terpaksa, tinggalkanlah
dahulu meja makan ke tempat yang cukup jauh. Juga tidak dibenarkan bersendawa,
Usahakanlah agar alat-alat makan tidak berdentingan atau gemerincing.
·
Sehabis makan tidak dibenarkan berkumur,
mencuci tangan dengan air minum di atas piring makan, menggunakan tusuk gigi
sebelum semua orang selesai makan,
· Menggunakan tusuk gigi hendaknya sambil
melindungi mulut dengan tangan dan sarbet hanya digunakan untuk menyeka mulut
atau melap tangan, bukan untuk menyeka ingus,
· Sebaiknya sebelum makan dimulai,
masing-masing mengucapkan selamat makan dan mengajak makan pada orang yang
tidak ikut makan.
· Yang terakhir ini lebih banyak bersifat
basa-basi, tetapi jika tidak dilakukan, orang bisa menganggap kita tidak tahu
sopan-santun.
J.
TATA KRAMA BERJALAN
·
Berjalan yang sesuai dengan norma-norma
sopan-santun meliputi antara lain hal-hal sebagai berikut:
·
Berjalan secara wajar, langkah tidak
dibuat-buat seakan-akan agar tampak gagah (laki-laki) atau menarik/menggiurkan
dengan lenggang-lenggok berlebihan (wanita).
· Usahakanlah agar tumit sepatu yang keras
tidak terlalu keras memukul jalan atau lantai, lebih-lebih di tempat-tempat
yang memerlukan keheningan (ruang kuliah, ruang rapat, poliklinik, dll.).
· Berjalan di depan/di dekat atau melewati
orang-orang yang sedang duduk atau berdiri hendaknya tidak terlalu dekat,
apalagi menyentuh mereka.
·
Sebaiknya katakan ”Permisi sambil
membungkuk pada saat melewati mereka.