KATA PENGANTAR
Puji syukur Ke Hadirat
Yang Maha Esa akhirnya masih diberi kemampuan untuk menyelesaikan secara
tuntas makalah kerajaan islam samudra pasai yang berkarakter dalam
rangka mengembangkan kompetensi, membangun karakter dan budaya bangsa.
Suatu kebahagiaan tersendiri
bagi kami bisa mengimlementasikan apa yang ada di benak sanubari kami yang
berupa idealisme kami dalam rangka ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.
Di sisi lain kami
harus berfikir dan bekerja keras karena dituntut untuk selalu menyesuaikan
dengan kebutuhan agar makalah yang kami susun ini ada manfaatnya
untuk menjadikan anak didik / siswa-siswi sebagai generasi bangsa yang cerdas
serta berbudi pekerti yang luhur, menjunjung tinggi harkat dan martabat
bangsa. Berdasarkan nilai-nilai luhur yang tersirat pada butir-butir Pancasila
sebagai dasar negara Indonesia.terima kasih
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ ... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar
Belakang Masalah..................................................................... .... 1
1.2 Perumusan
Masalah................................................................................. 1
1.3 Tujuan
Penulisan...................................................................................... 2
BAB II ISI............................................................................................................ 3
2.1 Awal
masuk islam di Kerajaan Samudra Pasai........................................ 3
2.2 Proses
berkembangnya Kerajaan Samudra Pasai di segala bidang.......... 4
2.3 Raja-
raja yang berpengaruh di Kerajaan Samudra Pasai........................ 5
2.4 Puncak
kejayaan Kerajaan Samudra Pasai.............................................. 7
2.5 Kemunduran
Kerajaan Samudra Pasai.................................................... 9
2.6 Peninggalan
dari Kerajaan Samudra Pasai............................................ 13
BAB III PENUTUP............................................................................................. 15
3.1 Simpulan................................................................................................ 15
3.2 Saran...................................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah
Setelah kedatangan
Islam, terjadi proses penyebaran yang begitu luas. Akibatnya tumbuh dan
berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam dikepulauan Indonesia. Kerajaan Islam
tersebut tumbuh dan berkembang di daerah Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku,
Sulawesi, dan Kalimantan.
Kerajaan islam di
Sumatra yang dimulai dari berita awal abad ke-16 dari Tome Pires dalam Sume
Oriental (1512-1515) mengatakan bahwa Sumatra, terutama disepanjang pesisir
selat Malaka dan pesisir barat Sumatra telah banyak kerajaan islam baik yang
besar maupun yang kecil. Kerajaan-kerajaan tersebut adalah Aceh, Bican, Lambri,
Pedir, Pirada, Pase, Aru, Arcat, Rupat, Siak, Kampar, Tongakal, Indragiri,
Jambi, Palembang, Andalas, Pariaman, Minangkabau, Tiku, Panchur, dan Barus.
Kerajaan-kerajaan
tersebut ada yang tengah mengalami perkembangan bahkan ada yang sedang
mengalami keruntuhan karena pergeseran politik satu dengan lainnya. Berdasarkan
sumber sejarah lainnya bahkan data arkeologis ada kerajaan Islam yang sudah
tumbuh sejak dua abad sebelum kehadiran Tome Pires, yaitu Kerajaan Islam
Samudra Pasai. Tumbuhnya kerajaan Islam Samudra Pasai tidak dapat dipisahkan
dari letak geografisnya yang senantiasa tersentuh pelayaran dan perdagangan
internasional melalui Selat Malaka yang sudah ada sejak abad-abad pertama
Masehi. Sejak abad ke-7 dan ke-8 Masehi para pedagang muslim dari Arabia, Persi
(Iran), dan dari negeri-negeri Tmur Tengah mulai memegang peranan penting. Dari
latar belakang inilah akan dibahas lebih jauh mengenai kerajaan islam kedua di
Indonesia yang sangat memiliki pengaruh terhadap kerajaan islam lainnya di
Nusantara.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan tema
penulisan yang akan di uraikan dalam makalah ini, kami merumuskan masalah yang
hendak dibahas antara lain sebagai berikut.
1)
Bagaimana Awal masuk Islam di Kerajaan Samudra Pasai?
2)
Seperti apa Proses berkembangnya Kerajaan Samudra Pasai di
segala bidang?
3)
Siapa saja Raja- raja yang berpengaruh di Kerajaan Samudra
Pasai?
4)
Bagaimana keadaan Puncak kejayaan Kerajaan Samudra Pasai?
5)
Faktor apa yang mempengaruhi Kemunduran Kerajaan Samudra Pasai?
6)
Apa saja Peninggalan dari Kerajaan Samudra Pasai?
1.3. Tujuan Penulisan
Penulisan
makalah ini bertujuan untuk membantu dan mempermudah
pembelajaran, serta melengkapi pematerian. Mendeskripsikan tentang
Awal masuk Islam di Kerajaan Samudra Pasai, Proses berkembangnya Kerajaan
Samudra Pasai di segala bidang, Raja- raja yang berpengaruh di Kerajaan Samudra
Pasai, Puncak kejayaan Kerajaan Samudra Pasai, Kemunduran Kerajaan Samudra
Pasai, Peninggalan dari Kerajaan Samudra Pasai.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Awal masuk islam di
Kerajaan Samudra Pasai
Kedatangan Islam di
berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan. Sekitar abad ke-7 dan 8, Selat
Malaka sudah mulai dilalui oleh pedagang-pedagang Muslim dalam pelayarannya ke
negeri-negeri di Asia Tenggara dan Asia Timur. Berdasarkan berita Cina zaman
T’ang, pada abad-abad tersebut diduga masyarakat Muslim telah ada, baik di
Kanton maupun di daerah Sumatera.
Di Sumatera, daerah
yang pertama kali disinggahi oleh orang-orang Islam adalah pesisir Samudera.
Penyebabnya terdiri dari para mubaligh dan saudagar Islam yang datang dari
Arab, Mesir, Persia dan Gujarat. Para saudagar ini banyak dijumpai di beberapa
pelabuhan di Sumatera yaitu di Barus yang terletak di pesisir Barat Sumatera,
Lamuri di pesisir Timur Sumatera dan di pesisir lainnya seperti di
Perlak,yaitu sekitar tahun 674 Masehi.
Kehadiran agama Islam
di Pasai mendapat tanggapan yang cukup berarti di kalangan masyarakat. Di Pasai
agama Islam tidak hanya diterima oleh lapisan masyarakat pedesaan atau
pedalaman malainkan juga merambah lapisan masyarakat perkotaan. Dalam
perkembangan selanjutnya, berdirilah kerajaan Samudera Pasai.
Samudera Pasai
didirikan oleh Nizamudin Al-Kamil pada tahun 1267. Nizamudin Al-Kamil adalah
seorang laksmana angkatan laut dari Mesir sewaktu dinasti Fatimiyah berkuasa.
Ia ditugaskan untuk merebut pelabuhan Kambayat di Gujarat pada tahun 1238 M.
Setelah itu, ia mendirikan kerajaan Pasai untuk menguasai perdagangan Lada.
Dinasti Fatimiyah merupakan dinasti yang beraliran paham Syiah, maka bisa
dianggap bahwa pada waktu itu Kerajaan Pasai juga berpaham Syiah. Akan tetapi,
pada saat ada ekspansi ke daerah Sampar Kanan dan Sampar Kiri sang laksamana
Nizamudin Al-Kamil gugur.
Setelah keruntuhan
dinasti Fatimiyah yang beraliran Syiah pada tahun 1284, dinasti Mamuluk yang
bermadzhab Syafi’I berinisiatif mengambil alih kekuasaan Kerajaan Pasai. Selain
untuk menghilangkan pengaruh Syiah, penaklukan ini juga bertujuan untuk
menguasai pasar rempah-rempah dan lada dan pelabuhan Pasai. Maka, Syekh Ismail
bersama Fakir Muhammad menunaikan tugas tersebut. Mereka akhirnya dapat merebut
Pasai. Selanjutnya dinobatkanlah Marah Silu sebagai raja Samudera Pasai yang
pertama oleh Syekh Ismail. Setelah Marah Silu memeluk Islam dan dinobatkan
menjadi raja, dia diberi gelar “Malikus Saleh” pada tahun 1285. Nama ini adalah
gelar yang dipakai oleh pembangunan kerajaan Mamuluk yang pertama di Mesir
yaitu “Al Malikus Shaleh Ayub”.
Ada kisah-kisah
menarik yang diterangkan dalam Hikayat Raja Pasai seputar Marah Silu.
Kisah-kisah ini nyaris di luar nalar dan beraroma mistis. Seperti adanya sabda
Rasulullah yang menaubatkan berdirinya kerajaan Samudera Pasai ataupun kisah
Merah Silu yang tanpa diajari siapapun mampu membaca Al Quran 30 juz dengan
sempurna. Terlepas dari itu, Malik As Saleh kemudian berpindah paham, dari
Syiah menjadi paham Syafi’i. Maka aliran paham di Kerajaan Samudera Pasai yang
semula Syiah berubah menjadi paham Syafi’I yang sunni.
2.2. Proses berkembangnya
Kerajaan Samudra Pasai di segala bidang
Dengan timbulnya
Kerajaan Samudra Pasai maka Kesultanan Perlak mengalami kemunduran. Samudra
Pasai tampil sebagai bandar dagang utama di pantai timur Sumatra Utara. Samudra
Pasai tidak hanya menjadi pusat perdagangan lada ketika itu, tetapi juga
sebagai pusat pengembangan agama Islam bermazhab Syafi’i.
Pada masa pemerintahan
Sultan Malik Al Saleh berkembanglah agama Islam mazhab Syafi’i. Awalnya Sultan
Malik Al Saleh merupakan pemeluk Syi’ah yang di bawa dari pedagang-pedagang
Gujarat yang datang ke Indonesia pada abad 12. Pedagang-pedagang Gujarat
bersama-sama pedagang Arab dan Persia menetap di situ dan mendirikan
kerajaan-kerajaan Islam pertama di Indonesia, yaitu Kerajaan Perlak di muara
Sungai Perlak dan Kerajaan Samudra Pasai di muara Sungai Pasai. Namun
kemudian Sultan Malik Al Saleh berpindah menjadi memeluk Islam bermazhab
Syafi’i atas bujukan Syekh Ismail yang merupakan utusan Dinasti Mameluk di
Mesir yang beraliran mazhab Syafi’i. Pada masa pemerintahan Sultan Malik Al
Saleh juga Samudra Pasai mendapat kunjungan dari Marco Polo.
2.2.1. Kehidupan
Politik
Raja pertama samudra
pasai sekaligus pendiri kerajaan adalah Marah silu bergelar sultan Malik al
Saleh, dan memerintah antara tahun 1285-1297. Pada masa pemerintahan Sultan
Malik Al Saleh, kerajaan tersebut telah memiliki lembaga Negara yang teratur
dengan angkatan perang laut dan darat yang kuat, meskipun demikian, secara
politik kerajaan Samudra Pasai masih berada dibawah kekuasaan Majapahit. Pada
tahun 1295, Sulthan malik al saleh menunjuk anaknya sebagai raja, yang kemudian
dikenal dengan Sultan Malik Al Zahir I (1297-1326), Pada masa pemerintahannya
samudra pasai berhasail menaklukkan kerajaan islam Perlak.
Setelah sultan Malik
Al Zahir I mangkat, Pimpinan kerajaan diserahkan kepada Sultan ahmad
laikudzahir yang bergelar Sulthan Malik Al Zahir II (1326-1348)
2.2.2. Kehidupan
Ekonomi
Karena letak geografisnya
yang strategis, ini mendukung kreativitas mayarakat untuk terjun langsung ke
dunia maritim. Samudera pasai juga mempersiapkan bandar – bandar yang digunakan
untuk:
a)
Menambah perbekalan untuk pelayaran selanjutnya
b)
Mengurus soal – soal atau masalah – masalah perkapalan
c)
Mengumpulkan barang – barang dagangan yang akan dikirim ke luar
negeri
d)
Menyimpan barang – barang dagangan sebelum diantar ke beberapa
daerah di Indonesia
Tahun 1350 M merupakan
masa puncak kebesaran kerajaan Majapahit, masa itu juga merupakan masa
kebesaran Kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan Samudera Pasai juga berhubungan
langsung dengan Kerajaan Cina sebagai siasat untuk mengamankan diri dari
ancaman Kerajaan Siam yang daerahnya meliputi Jazirah Malaka.
Perkembangan ekonomi
masyarakat Kerajaan Samudera Pasai bertambah pesat, sehingga selalu menjadi
perhatian sekaligus incaran dari kerajaan – kerajaan di sekitarnya. Setelah
Samudera Pasai dikuasai oleh Kerajaan Malaka maka pusat perdagangan dipindahkan
ke Bandar Malaka.
2.2.3. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial
masyarakat Kerajaan Samudera Pasai diatur menurut aturan – aturan dan okum –
okum Islam. Dalam pelaksanaannya banyak terdapat persamaan dengan kehidupan
sosial masyarakat di negeri Mesir maupun di Arab. Karena persamaan inilah
sehingga daerah Aceh mendapat julukan Daerah Serambi Mekkah.
2.3. Raja- raja yang
berpengaruh di Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudra Pasai
ini merupakan kerajaan islam kedua sesudah Perlak. Sumber-sumber sejarah
mengenai kerajaan ini jauh lebih lengkap dibandingkan dengan kerajaan pertama.
Disamping Hikayat, berita-berita luar negeri, kerajaan ini juga meninggalkan
peninggalan arkeologis berupa prasasti yang dapat menjadi saksi utama mengenai
telah berdirinya kerajaan ini.
Menurut buku Daliman,
Pendiri kerajaan Samudra Pasai adalah Sultan Malik Al Shaleh. Hal ini diketahui
dengan pasti dari prasasti yang terdapat dari batu nisan makamnya yang
menyatakan bahwa sultan Malik Al Shaleh ini meninggal pada bulan Ramadhan 676
tahun sesudah hijrah Nabi atau 1297, jadi 5 tahun sesudah kunjungan Marcopolo
ke negeri ini dalam perjalanannya pulang dari Cina.
Tradisi dari hikayat
raja-raja Pasai menceritakan asal-usul Sultan Malik Al-Saleh. Sebelum menjadi
raja dan bergelar Sultan, raja ini semula adalah seorang marah dan bernama
Marahsilu. Ayah Marahsilu bernama Marah Gajah dan ibunya adalah Putri Betung.
Putri Betung mempunyai rambut pirang di kepalanya. Ketika rambut pirang itu
dibantun oleh Marah Gajah keluarlah darah putih. Setelah darah putih itu
berhenti mengalir, maka menghilanglah Putri Betung. Peristiwa itu didengar oleh
ayah angkat Putri Betung ialah Raja Muhammad. Raja Muhammad karena marah segera
mengerahkan orang-orangnya untuk mencari dan menangkap Marah Gajah. Marah Gajah
yang takut karena kehilangan Putri Betung menyingkir dan meminta perlindungan
dari ayah angkatnya pula yang bernama Raja Ahmad. Ternyata Raja Muhammad dan
Raja Ahmad adalah dua orang bersaudara. Tetapi karena peristiwa Putri Betung d
atas, maka kedua orang bersaudara itu akhirnya berperang.
Keduanya tewas dan
Marah Gajah sendiri juga tewas terbunuh dalam peperangan. Putri Betung
meninggalkan dua orang putra yaitu Marah Sum dan Marah Silu, mereka berdua
meninggalkan tempat kediamannya dan mulai hidup mengembara. Marah Sum kemudian
menjadi raja Biruen. Sedang Marah Silu akhirnya dapat merebut rimba Jirun dan
menjadi raja di situ. Marah Slu mendirikan istana kerajaannya di atas bukit
yang banyak didiami oleh semut besar yang oleh rakyat di sekitarnya disebut
Semut Dara (Samudra). Itulah sebabnya maka negara itu kemudian dinamakan negara
Samudra.
Semula Marah Silu
adalah penganut agama Islam aliran Syi’ah. Seperti kita ketahui bahwa agama
Islam yang berpengaruh di pantai timur Sumatra Utara pada waktu itu adalah
agama Islam aliran Syi’ah.
Untuk melenyapkan
pengaruh Syi’ah dan untuk kemudian mengembangkan Islam mahzab Syafi’i di pantai
timur Sumatra Utara, maka Dinasti Mameluk di Mesir yang beraliranmahzab Syafi’i
pada 1254 mengirimkan Syekh Ismail ke pantai timur Sumatra Utara bersama Fakir
Muhammad, bekas ulama di pantai barat India. Di Samudra Pasai, Syekh Ismail
berhasil menemui Marah Silu dan berhasil pula membujukknya untk memeluk agama
Islam mahzab Syafi’i kemudian Syekh Ismail menobatkan Marah Silu sebagai Sultan
pertama di kerajaan Samudra Pasai dan bergelar Sultan Malik Al-Saleh. Pengikut
Marah Silu yang bernama Sri Kaya dan Bawa Kaya ikut juga masuk mahzab Syafi’i
dan berganti nama pula menjadi Sidi Ali Khiauddin dan Sidi Ali Hassanuddin.
Penobatan Marah Silu
sebagai Sultan pertama di Samudra Pasai oleh Syekh Ismail ini didasarkan atas
beberapa pertimbangan. Setelah Sultan Malik Al Saleh meninggal pada 1297 ia
digantikan oleh putranya, Sultan Muhammad, yang lebih terkenal dengan Sultan
Malik Al Tahir yang memerintah sampai tahun 1326. Kemudian ia digantikan oleh
Sultan Ahmad Bahian Syah Malik Al Tahir dan pada masa pemerintahan beliau
Samudra Pasai juga mendapat kunjungan dari Ibnu Batutah. Ibnu Battutah adalah
seorang dari Afrika Utara yang bekerja pada Sultan Delhi di India. Ia mengunjungi
Samudra Pasai dalam rangka singgah ketika melakukan perjalanannya ke Cina
sebagai utusan Sultan Delhi. Dalam catatan-catatan Ibnu Batutah kita
dapat mengetahui bagaimana peranan Samudra Pasai ketika perkembangannya.
Sebagai bandar utama perdagangan di pantai timur Sumatra Utara, Samudra Pasai
banyak didatangi oleh kapal-kapal dari India, Cina, dan dari daerah-daerah lain
di Indonesia. Di bandar tersebut kapal-kapal saling bertemu, transit,
membongkar serta memuat barang-barang dagangannya.
Dalam sistem pemerintahanannya,
Samudra Pasai mengadopsi dari India dan Persia. Keraton dan Istana Kerajaan
Samudra Pasai dibangun bergaya arsitektur India. Pengaruh Persia dapat terlihat
dari gelar-gelar yang digunakan oleh pemerintahan kerajaan. Raja sendiri menggunakan
gelar syah, sedang patihnya yang mendampingi raja bergelar amir, bahkan di
antara pembesar-pembesar kerajaan terdapat pula orang Persia.
2.4. Puncak kejayaan
Kerajaan Samudra Pasai
Puncak Kejayaan
Samudra Pasai Puncak kejayaan kerajaan samudra pasai ini ditandai dengan adanya
perkembangan dibidang-bidang kehidupan kerajaan Samudra pasai, seperti ;
a.
Di bidang perekonomian dan perdagangan
Dalam segi ekonomi perkembangan kerajaan
Samudra Pasai ini ditandai dengan sudah adanya mata uang yang diciptakan
sendiri untuk alat pembayaran yang terbuat dari emas, uang ini dinamakan
Dirham. Selain itu, ditandai juga dengan berkembangnya Kerajaan Samudra Pasai
menjadi pusat perdagangan internasional pada masa pemerintahan Sultan Malikul
Dhahir, dengan lada sebagai salah satu komoditas ekspor utama. Saat itu Pasai
diperkirakan mengekspor lada sekitar 8.000- 10.000 bahara setiap tahunnya,
selain komoditas lain seperti sutra, kapur barus, dan emas yang didatangkan
dari daerah pedalaman. Bukan hanya perdagangan ekspor-impor yang maju. Sebagai
bandar dagang yang maju. Hubungan dagang dengan pedagang-pedagang Pulau Jawa
juga terjalin. Produksi beras dari Jawa ditukar dengan lada. Pedagang -pedagang
Jawa mendapat kedudukan yang istimewa di pelabuhan Samudera Pasai. Mereka
dibebaskan dari pembayaran cukai.
b.
Di bidang sosial dan budaya
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera
Pasai diatur menurut aturan–aturan dan hukum – hukum Islam. Dalam
pelaksanaannya banyak terdapat persamaan dengan kehidupan sosial masyarakat di
negeri Mesir maupun di Arab. Karena persamaan inilah sehingga daerah Aceh
mendapat julukan Daerah Serambi Mekkah. Kerajaan Samudera Pasai berkembang
sebagai penghasil karya tulis yang baik. Beberapa orang berhasil memanfaatkan
huruf Arab yang dibawa oleh agama Islam untuk menulis karya mereka dalam bahasa
Melayu, yang kemudian disebut dengan bahasa Jawi dan hurufnya disebut Arab
Jawi. Di antara karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai (HRP). Bagian
awal teks ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. HRP menandai
dimulainya perkembangan sastra Melayu klasik di bumi nusantara. Bahasa Melayu
tersebut kemudian juga digunakan oleh Syaikh Abdurrauf al-Singkili untuk
menuliskan buku-bukunya. Selain itu juga berkembang ilmu tasawuf yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu.
c.
Di bidang agama
Sesuai dengan berita dari Ibn Battutah tentang
kehadiran ahli-ahli agama dari Timur Tengah, telah berperan penting dalam
proses perkembangan Islam di Nusantara. Berdasarkan hal itu pula, diceritakan
bahwa Sultan Samudra Pasai begitu taat dalam menjalankan agama Islam sesuai
dengan Mahzab Syafi'I dan ia selalu di kelilingi oleh ahli-ahli teologi Islam.
Dengan raja yang telah beragama Islam, maka rakyat pun memeluk Islam untuk
menunjukan kesetiaan dan kepatuhannya kepada sang raja. Karena wilayah
kekuasaan Samudra Pasai yang cukup luas, sehingga penyebaran agama Islam di
wilayah Asia Tenggara menjadi luas.
d.
Di bidang politik
Pada masa pemerintahan Sultan Malik as-Shalih
telah terjalin hubungan baik dengan Cina. Diberitakan bahwa Cina telah meminta
agar Raja Pasai untuk mengirimkan dua orang untuk dijadikan duta untuk Cina
yang bernama Sulaeman dan Snams-ad-Din. Selain dengan Cina, Kerajaan Samudra
Pasai juga menjalin hubungan baik dengan negeri-negeri Timur Tengah. Pada masa
pemerintahan Sultan Mahmud Malik az-Zahir, ahli agama mulai dari berbagai
negeri di Timur Tengah salah satunya dari Persi (Iran) yang bernama Qadi Sharif
Amir Sayyid dan Taj-al-Din dari Isfahan. Hubungan persahatan Kerajaan Samudra
Pasai juga terjalin dengan Malaka bahkan mengikat hubungan perkawinan.
2.5. Kemunduran Kerajaan
Samudra Pasai
2.5.1.
Faktor Interen Kemunduran Kerajaan Samudra Pasai
a.
Tidak Ada Pengganti yang Cakap dan Terkenal Setelah
Sultan Malik At Thahrir
Kerajaan Samudera
Pasai mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Malik At Tahrir,
sistem pemerintahan Samudera Pasai sudah teratur baik, Samudera Pasai menjadi
pusat perdagangan internasional. Pedagang-pedagang dari Asia, Afrika, China,
dan Eropa berdatangan ke Samudera Pasai. Hubungan dagang dengan
pedagang-pedagang Pulau Jawa juga terjalin erat. Produksi beras dari Jawa
ditukar dengan lada.
Setelah Sultan Malik
At Tahrir wafat tidak ada penggantinya yang cakap dalam meminmpin kerajaan
Samudra Pasai dan terkenal, sehingga peran penyebaran agama Islam diambil alih
oleh kerajaan Aceh.
Kerajaan Samudera
Pasai semakin lemah ketika di Aceh berdiri satu lagi kerajaan yang mulai
merintis menjadi sebuah peradaban yang besar dan maju. Pemerintahan baru
tersebut yakni Kerajaan Aceh Darussalam yang didirikan oleh Sultan Ali Mughayat
Syah. Kesultanan Aceh Darussalam sendiri dibangun di atas puing-puing
kerajaan-kerajaan yang pernah ada di Aceh pada masa pra Islam, seperti Kerajaan
Indra Purba, Kerajaan Indra Purwa, Kerajaan Indra Patra, dan Kerajaan
Indrapura. Pada 1524, Kerajaan Aceh Darussalam di bawah pimpinan Sultan Ali
Mughayat Syah menyerang Kesultanan Samudera Pasai. Akibatnya, pamor kebesaran
Kerajaan Samudera Pasai semakin meredup sebelum benar-benar runtuh. Sejak saat
itu, Kesultanan Samudera Pasai berada di bawah kendali kuasa Kesultanan Aceh
Darussalam.
b.
Terjadi Perebutan kekuasaan
Pada tahun 1349 Sultan
Ahmad Bahian Syah malik al Tahir meninggal dunia dan digantikan putranya yang
bernama Sultan Zainal Abidin Bahian Syah Malik al-Tahir. Bagaimana pemerintahan
Sultan Zainal Abidin ini tidak banyak diketahui. Rupanya menjelang akhir abad
ke-14 Samudra Pasai banyak diliputi suasana kekacauan karenaa terjadinya
perebutan kekuasaan, sebagai dapat diungkap dari berita-berita Cina.
Beberapa faktor yang
menyebabkan runtuhnya kerajaan Samudra Pasai, yaitu pemberontakan yang
dilakukan sekelompok orang yang ingin memberontak kepada pemerintahan kerajaan
Samudra Pasai. Karena pemberontakan ini, menyebabkan beberapa pertikaian
di Kerajaan Samudra Pasai. Sehingga terjadilah perang saudara yang membuat
pertumpahan darah yang sia-sia.
Untuk mengatasi hal
ini, Sultan Kerajaan Samudra Pasai waktu itu melakukan sesuatu hal yang bijak,
yaitu meminta bantuan kepada Sultan Malaka untuk segera menengahi dan meredam
pemberontakan. Namun Kesultanan Pasai sendiri akhirnya runtuh setelah
ditaklukkan oleh Portugal tahun1521 yang sebelumnya telah menaklukan Malaka
tahun 1511, dan kemudian tahun 1524 wilayah Pasai sudah menjadi bagian dari
kedaulatan Kesultanan Aceh.
2.5.2. Faktor
Eksteren kemunduran Kerajaan Samudra Pasai
a.
Serangan dari Majapahit Tahun 1339
Kejayaan Kerajaan
Samudera Pasai mulai mengalami ancaman dari Kerajaan Majapahit dengan Gajah
Mada sebagai mahapatih. Gajah Mada diangkat sebagai patih di Kahuripan pada
periode 1319-1321 Masehi oleh Raja Majapahit yang kala itu dijabat oleh
Jayanegara. Pada 1331, Gajah Mada naik pangkat menjadi Mahapatih ketika
Majapahit dipimpin oleh Ratu Tribuana Tunggadewi. Ketika pelantikan Gajah Mada
menjadi Mahapatih Majapahit inilah keluar ucapannya yang disebut dengan Sumpah
Palapa, yaitu bahwa Gajah Mada tidak akan menikmati buah palapa sebelum seluruh
Nusantara berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Mahapatih Gajah Mada
rupanya sedikit terusik mendengar kabar tentang kebesaran Kerajaan Samudera
Pasai di seberang lautan sana. Majapahit khawatir akan pesatnya kemajuan
Kerajaan Samudera Pasai. Oleh karena itu kemudian Gajah Mada mempersiapkan
rencana penyerangan Majapahit untuk menaklukkan Samudera Pasai. Desas-desus
tentang serangan tentara Majapahit, yang menganut agama Hindu Syiwa, terhadap
kerajaan Islam Samudera Pasai santer terdengar di kalangan rakyat di Aceh.
Ekspedisi Pamalayu armada perang Kerajaan Majapahit di bawah komando Mahapatih
Gajah Mada memulai aksinya pada 1350 dengan beberapa tahapan.
Serangan awal yang
dilakukan Majapahit di perbatasan Perlak mengalami kegagalan karena lokasi itu
dikawal ketat oleh tentara Kesultanan Samudera Pasai. Namun, Gajah Mada tidak
membatalkan serangannya. Ia mundur ke laut dan mencari tempat lapang di pantai
timur yang tidak terjaga. Di Sungai Gajah, Gajah Mada mendaratkan pasukannya
dan mendirikan benteng di atas bukit, yang hingga sekarang dikenal dengan nama
Bukit Meutan atau Bukit Gajah Mada.
Gajah Mada menjalankan
siasat serangan dua jurusan, yaitu dari jurusan laut dan jurusan darat.
Serangan lewat laut dilancarkan terhadap pesisir di Lhokseumawe dan Jambu Air.
Sedangkan penyerbuan melalui jalan darat dilakukan lewat Paya Gajah yang
terletak di antara Perlak dan Pedawa. Serangan dari darat tersebut ternyata
mengalami kegagalan karena dihadang oleh tentara Kesultanan Samudera Pasai.
Sementara serangan yang dilakukan lewat jalur laut justru dapat mencapai istana.
Selain alasan faktor
politis, serangan Majapahit ke Samudera Pasai dipicu juga karena faktor
kepentingan ekonomi. Kemajuan perdagangan dan kemakmuran rakyat Kerajaaan
Samudera Pasai telah membuat Gajah Mada berkeinginan untuk dapat menguasai
kejayaan itu. Ekspansi Majapahit dalam rangka menguasai wilayah Samudera Pasai
telah dilakukan berulangkali dan Kesultanan Samudera Pasai pun masih mampu
bertahan sebelum akhirnya perlahan-lahan mulai surut seiring semakin menguatnya
pengaruh Majapahit di Selat Malaka.
Hingga menjelang abad
ke-16, Kerajaan Samudera Pasai masih dapat mempertahankan peranannya sebagai
bandar yang mempunyai kegiatan perdagangan dengan luar negeri. Para ahli
sejarah yang menumpahkan minatnya pada perkembangan ekonomi mencatat bahwa Kerajaan
Samudera Pasai pernah menempati kedudukan sebagai sentrum kegiatan dagang
internasional di nusantara semenjak peranan Kedah berhasil dipatahkan.
Namun, kemudian
peranan Kerajaan Samudera Pasai yang sebelumnya sangat penting dalam arus
perdagangan di kawasan Asia Tenggara dan dunia mengalami kemerosotan dengan
munculnya bandar perdagangan Malaka di Semenanjung Melayu Bandar Malaka segera
menjadi primadona dalam bidang perdagangan dan mulai menggeser kedudukan Pasai.
Tidak lama setelah Malaka dibangun, kota itu dalam waktu yang singkat segera
dibanjiri perantau-perantau dari Jawa.
Akibat kemajuan pesat
yang diperoleh Malaka tersebut, posisi dan peranan Kerajaan Samudera Pasai kian
lama semakin tersudut, nyaris seluruh kegiatan perniagaannya menjadi kendor dan
akhirnya benar-benar patah di tangan Malaka sejak tahun 1450. Apalagi ditambah
kedatangan Portugis yang berambisi menguasai perdagangan di Semenanjung Melayu.
Orang-orang Portugis yang pada 1521 berhasil menduduki Kesultanan Samudera
Pasai.
b.
Berdirinya Bandar Malaka yang Letaknya Lebih Strategis
Tercatat, selama abad
13 sampai awal abad 16, Samudera Pasai dikenal sebagai salah satu kota di
wilayah Selat Malaka dengan bandar pelabuhan yang sangat sibuk. Pasai menjadi
pusat perdagangan internasional dengan lada sebagai salah satu komoditas ekspor
utama.
Letak geografis
kerajaan samudera pasai terletak di Pantai Timur Pulau Sumatera bagian utara
berdekatan dengan jalur pelayaran internasional (Selat Malaka). Letak Kerajaan
Samudera Pasai yang strategis, mendukung kreativitas mayarakat untuk terjun
langsung ke dunia maritim. Samudera pasai juga mempersiapkan bandar - bandar
yang digunakan untuk:
1.
Menambah perbekalan pelayaran selanjutnya
2.
Mengurus masalah – masalah perkapalan
3.
Mengumpulkan barang – barang dagangan yang akan dikirim ke luar
negeri
4.
Menyimpan barang – barang dagangan sebelum diantar ke beberapa
daerah di Indonesia.
Namun Setelah kerajaan
Samudra Pasai dikuasai oleh Kerajaan Malaka pusat perdagangan dipindahkan ke
Bandar Malaka. Dengan beralihnya pusat perdagangan ke Bandar Malaka maka
perekonomian di Bandar Malaka menjadi ramai karena letaknya yang lebih
strategis dibanding bandar-bandar di Samudra Pasai.
c.
Serangan Portugis
Orang-orang Portugis
memanfaatkan keadaan kerajaan Samudra Pasai yang sedang lemah ini karena adanya
berbagai perpecahan (kemungkinan karena politik / kekuasaan) dengan menyerang
kerajaan Samudra Pasai hingga akhirnya kerajaan Samudra Pasai runtuh.
Sebelumnya memang orang-orang Portugis telah menaklukan kerajaan Malaka, yang
merupakan kerajaan yang sering membantu kerajaan Samudra Pasai dan menjalin
hubungan dengan kerajaan Samudra Pasai.
Orang-orang Portugis
datang ke Malaka, karena telah mengetahui bahwa pelabuhan Malaka merupakan
pelabuhan transito yang banyak didatangi pedagang dari segala penjuru angin.
Malaka dikenal sebagai pintu gerbang Nusantara. Julukan itu diberikan mengingat
peranannya sebagai jalan lalu lintas bagi pedagang-pedagang asing yang hendak
masuk dan keluar pelabuhan-pelabuhan Indonesia. Malaka pada akhir abad ke-15
dikunjungi oleh para saudagar yang datang dari Arab, India, Asia Tenggara dan
saudagar-saudagar Indonesia. Hal ini sangat menarik perhatian orang-orang
Portugis.
Maksud Portugis untuk
menduduki Malaka adalah untuk menguasai perdagangan melalui selat
Malaka.Kedatangan orang-orang Portugis di bawah pimpinan Diego Lopez de Squeira
ke Malaka atas perintah raja Portugis, bertujuan untuk membuat
perjanjian-perjanjian dengan penguasa-penguasa di Malaka. Perjanjian-perjanjian
ini dimaksudkan untuk memperoleh suatu izin perdagangan yang menguntungkan
kedua belah pihak. Jadi semboyan orang-orang Portugis untuk meluaskan daerah
pengaruhnya tidak hanya bermotif penyebaran agama akan tetapi terutama motif
ekonomi.
2.6. Peninggalan dari
Kerajaan Samudra Pasai
1.
Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudera
Pasai diyakini pernah berjaya dibuktikan dengan beberapa peninggalan dari
kerajaan tersebut. Sayangnya, kerajaan Samudra Pasai tidak banyak meninggalkan
batu prasasti sebagai peninggalan bersejarah. Hal tersebut dikarenakan
kurangnya perhatian masyarakat dan pemerintah setempat terhadap bukti- bukti
peninggalan sejarah. Peneliti independen dari pusat informasi Samudra Pasai
Heritage Lhouksemawe, Taqiyuddin mengungkapkan benda peninggalan bersejarah
Kerajaan Samudera Pasai tersebar di hampir seluruh wilayah Aceh, khususnya Aceh
Utara. Namun, sampai saat ini belum ada upaya untuk menggali dan meneliti
peninggalan bersejarah tersebut. Umumnya peninggalan bersejarah Samudera Pasai
berupa nisan bertuliskan kaligrafi arab gundul yang khas. (Mohamad
Burhanuddin,2011).
Sekelompok minoritas
kreatif berhasil memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh agama Islam, untuk
menulis karya mereka dalam bahasa Melayu. Inilah yang
kemudian disebut sebagai bahasa Jawi, dan hurufnya disebut Arab Jawi. Di antara
karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai (HRP). Bagian awal teks ini
diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. Hikayat Raja Pasai ini dapatlah
dibagi menjadi tiga bagian yaitu mengenai asal usul pembukaan negeri-negeri Pasai
dan Samudera, pengislaman Merah Silau dan kejatuhan kerajaan Pasai ke
Majapahit. Hikayat Raja Pasai ini juga berisi kisah-kisah mitos seperti
kelahiran Puteri Buluh Betung, mitos pembukaan negeri Samudera (semut besar),
silsilah raja-raja Majapahit dan legenda tokoh-tokoh Tun Beraim Bapa,
Sultan Ahmad dan Sultan Malikul Saleh yang seharusnya dipercayai dalam
wujud realiti sejarah Samudera-Pasai. HRP menandai dimulainya
perkembangan sastra Melayu klasik di bumi nusantara.
Sejalan dengan itu,
juga berkembang ilmu tasawuf. Di antara buku tasawuf yang diterjemahkan ke
dalam bahasa Melayu adalah Durru al-Manzum, karya Maulana Abu Ishak.
Kitab ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu oleh Makhdum Patakan,
atas permintaan dari Sultan Malaka. Informasi di atas mencerminkan sekelumit
peran yang telah dimainkan oleh Samudra Pasai dalam posisinya sebagai pusat
pertumbuhan Islam di Asia Tenggarapada masa itu.
Samudera Pasai
merupakan pusat perniagaan penting di kawasan itu, dikunjungi oleh para
saudagar dari berbagai negeri, seperti Cina, India, Siam, Arab dan Persia.
Komoditas utama adalah lada. Sebagai bandar perdagangan yang besar, Samudera
Pasai mengeluarkan mata uang emas yang disebut dirham. Uang ini digunakan
secara resmi di kerajaan tersebut. Uang dirham juga menjadi peninggalan
kerajaan Samudra Pasai yang menandakan kekuatan ekonomi pada saat itu.
Pada satu sisi dirham atau mata uang emas itu tertulis; Muhammad Malik
Al-Zahir. Sedangkan di sisi lainnya tercetak nama Al-Sultan Al-Adil. Diameter
Dirham itu sekitar 10 mm dengan berat 0,60 gram dengan kadar emas 18 karat.
Di samping sebagai
pusat perdagangan, Samudera Pasai juga merupakan pusat perkembangan agama
Islam. Banyak makam – makam para pemimpin kerajaan Samudra Pasai yang
merupakan bukti nyata adanya kerajaan Samudra Pasai. Beberapa
makam terseut adalah :
a.
Makam Sultan Malik AL-Saleh
b.
Makam Sultan Maulana Al Zhahir
c.
Makam Nahriyah
d.
Makam Teungku Sidi Abdullah Tajul Nillah
e.
Makam Naina Hasanuddin
f.
Makam Perdana Menteri
g.
Makam Teungku Peuet Ploh
Peuet
h.
Makam Said Syarif
i.
Makam Teungku Diboih
j.
Makam Batte
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kerajaan Samudra Pasai
muncul pada abad ke 13 Masehi ketika Kerajaan Sriwijaya hancur. Kota Kerajaan
di sebut Pasai, sekarang ini letaknya di Desa Beuringen Kec. Samudera Geudong
Kab. Aceh Utara Provinsi Aceh. Wilayah Kekuasaan Kesultanan Pase (Pasai) pada
masa kejayaannya sekitar abad ke 14 terletak di daerah yang diapit oleh dua
sungai besar di pantai Utara Aceh, yaitu sungai Peusangan dan sungai Jambo Aye,
jelasnya Kerajaan Samudra Pasai adalah daerah aliran sungai yang hulunya
berasal jauh ke pedalaman daratan tinggi Gayo Kab.
Aceh Tengah daerah
yang pertama kali disinggahi oleh orang-orang Islam adalah pesisir Samudera.
Penyebabnya terdiri dari para mubaligh dan saudagar Islam yang datang dari
Arab, Mesir, Persia dan Gujarat. Para saudagar ini banyak dijumpai di beberapa
pelabuhan di Sumatera yaitu di Barus yang terletak di pesisir Barat Sumatera,
Lamuri di pesisir Timur Sumatera dan di pesisir lainnya seperti di
Perlak,yaitu sekitar tahun 674 Masehi.
Kehadiran agama Islam
di Pasai mendapat tanggapan yang cukup berarti di kalangan masyarakat. Di Pasai
agama Islam tidak hanya diterima oleh lapisan masyarakat pedesaan atau
pedalaman malainkan juga merambah lapisan masyarakat perkotaan.
3.2 Saran
Dari keberadaanya
kerajaan samudera pasai di wilayah nusantara pada masa yang lalu. Maka kita
wajib mensyukurinya. Maka kita harus mengetahui tentang awal berdirinya suatu
kerajaan dengan mengusung corak agama islam yang seperti kita tahu bahwa islam
menjadi negara mayoritas didunia. Kita bisa belajar tentang bagaimana suatu
kerajaan dalam memulai suatu pemerintahan hingga mencapai puncak kejayaan yang
memerlukan waktu yang sangat lama. Kita bisa mengambil pelajaran dari peristiwa
tersebut untuk kehidupan yang akan datang.