28.8.18

MATERI PELAJARAN SEKOLAH : MAKALAH KERAJAAN SAMUDRA PASAI




KATA PENGANTAR

Puji syukur Ke Hadirat Yang Maha Esa akhirnya masih diberi kemampuan untuk menyelesaikan secara tuntas makalah kerajaan islam samudra pasai yang berkarakter dalam rangka mengembangkan kompetensi, membangun karakter dan budaya bangsa.
Suatu kebahagiaan tersendiri bagi kami bisa mengimlementasikan apa yang ada di benak sanubari kami yang berupa idealisme kami dalam rangka ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.
Di sisi lain kami harus berfikir dan bekerja keras karena dituntut untuk selalu menyesuaikan dengan kebutuhan agar makalah yang kami susun ini ada manfaatnya untuk menjadikan anak didik / siswa-siswi sebagai generasi bangsa yang cerdas serta berbudi pekerti yang luhur, menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa. Berdasarkan nilai-nilai luhur yang tersirat pada butir-butir Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.terima kasih
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ ... iii
BAB   I      PENDAHULUAN.................................................................................. 1
            1.1  Latar Belakang Masalah..................................................................... .... 1
            1.2  Perumusan Masalah................................................................................. 1
            1.3  Tujuan Penulisan...................................................................................... 2
BAB   II    ISI............................................................................................................ 3
            2.1  Awal masuk islam di Kerajaan Samudra Pasai........................................ 3
            2.2  Proses berkembangnya Kerajaan Samudra Pasai di segala bidang.......... 4
            2.3  Raja- raja yang berpengaruh di Kerajaan Samudra Pasai........................ 5
            2.4  Puncak kejayaan Kerajaan Samudra Pasai.............................................. 7
            2.5  Kemunduran Kerajaan Samudra Pasai.................................................... 9
            2.6  Peninggalan dari Kerajaan Samudra Pasai............................................ 13
BAB   III   PENUTUP............................................................................................. 15
            3.1  Simpulan................................................................................................ 15
            3.2  Saran...................................................................................................... 15

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang  Masalah
Setelah kedatangan Islam, terjadi proses penyebaran yang begitu luas. Akibatnya tumbuh dan berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam dikepulauan Indonesia. Kerajaan Islam tersebut tumbuh dan berkembang di daerah Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan.
Kerajaan islam di Sumatra yang dimulai dari berita awal abad ke-16 dari Tome Pires dalam Sume Oriental (1512-1515) mengatakan bahwa Sumatra, terutama disepanjang pesisir selat Malaka dan pesisir barat Sumatra telah banyak kerajaan islam baik yang besar maupun yang kecil. Kerajaan-kerajaan tersebut adalah Aceh, Bican, Lambri, Pedir, Pirada, Pase, Aru, Arcat, Rupat, Siak, Kampar, Tongakal, Indragiri, Jambi, Palembang, Andalas, Pariaman, Minangkabau, Tiku, Panchur, dan Barus.
Kerajaan-kerajaan tersebut ada yang tengah mengalami perkembangan bahkan ada yang sedang mengalami keruntuhan karena pergeseran politik satu dengan lainnya. Berdasarkan sumber sejarah lainnya bahkan data arkeologis ada kerajaan Islam yang sudah tumbuh sejak dua abad sebelum kehadiran Tome Pires, yaitu Kerajaan Islam Samudra Pasai. Tumbuhnya kerajaan Islam Samudra Pasai tidak dapat dipisahkan dari letak geografisnya yang senantiasa tersentuh pelayaran dan perdagangan internasional melalui Selat Malaka yang sudah ada sejak abad-abad pertama Masehi. Sejak abad ke-7 dan ke-8 Masehi para pedagang muslim dari Arabia, Persi (Iran), dan dari negeri-negeri Tmur Tengah mulai memegang peranan penting. Dari latar belakang inilah akan dibahas lebih jauh mengenai kerajaan islam kedua di Indonesia yang sangat memiliki pengaruh terhadap kerajaan islam lainnya di Nusantara.
1.2.  Perumusan Masalah
Berdasarkan tema penulisan yang akan di uraikan dalam makalah ini, kami merumuskan masalah yang hendak dibahas antara lain sebagai berikut.
1)          Bagaimana Awal masuk Islam di Kerajaan Samudra Pasai?
2)          Seperti apa Proses berkembangnya Kerajaan Samudra Pasai di segala bidang?
3)          Siapa saja Raja- raja yang berpengaruh di Kerajaan Samudra Pasai?
4)          Bagaimana keadaan Puncak kejayaan Kerajaan Samudra Pasai?
5)          Faktor apa yang mempengaruhi Kemunduran Kerajaan Samudra Pasai?
6)          Apa saja Peninggalan dari Kerajaan Samudra Pasai?
1.3.  Tujuan Penulisan
Penulisan makalah   ini bertujuan untuk membantu  dan mempermudah pembelajaran, serta melengkapi pematerian.  Mendeskripsikan tentang  Awal masuk Islam di Kerajaan Samudra Pasai, Proses berkembangnya Kerajaan Samudra Pasai di segala bidang, Raja- raja yang berpengaruh di Kerajaan Samudra Pasai, Puncak kejayaan Kerajaan Samudra Pasai, Kemunduran Kerajaan Samudra Pasai, Peninggalan dari Kerajaan Samudra Pasai.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.  Awal masuk islam di Kerajaan Samudra Pasai
Kedatangan Islam di berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan. Sekitar abad ke-7 dan 8, Selat Malaka sudah mulai dilalui oleh pedagang-pedagang Muslim dalam pelayarannya ke negeri-negeri di Asia Tenggara dan Asia Timur. Berdasarkan berita Cina zaman T’ang, pada abad-abad tersebut diduga masyarakat Muslim telah ada, baik di Kanton maupun di daerah Sumatera.
Di Sumatera, daerah yang pertama kali disinggahi oleh orang-orang Islam adalah pesisir Samudera. Penyebabnya terdiri dari para mubaligh dan saudagar Islam yang datang dari Arab, Mesir, Persia dan Gujarat. Para saudagar ini banyak dijumpai di beberapa pelabuhan di Sumatera yaitu di Barus yang terletak di pesisir Barat Sumatera, Lamuri di pesisir Timur Sumatera dan di pesisir lainnya seperti di Perlak,yaitu  sekitar tahun 674 Masehi.
Kehadiran agama Islam di Pasai mendapat tanggapan yang cukup berarti di kalangan masyarakat. Di Pasai agama Islam tidak hanya diterima oleh lapisan masyarakat pedesaan atau pedalaman malainkan juga merambah lapisan masyarakat perkotaan. Dalam perkembangan selanjutnya, berdirilah kerajaan Samudera Pasai.
Samudera Pasai didirikan oleh Nizamudin Al-Kamil pada tahun 1267. Nizamudin Al-Kamil adalah seorang laksmana angkatan laut dari Mesir sewaktu dinasti Fatimiyah berkuasa. Ia ditugaskan untuk merebut pelabuhan Kambayat di Gujarat pada tahun 1238 M. Setelah itu, ia mendirikan kerajaan Pasai untuk menguasai perdagangan Lada. Dinasti Fatimiyah merupakan dinasti yang beraliran paham Syiah, maka bisa dianggap bahwa pada waktu itu Kerajaan Pasai juga berpaham Syiah. Akan tetapi, pada saat ada ekspansi ke daerah Sampar Kanan dan Sampar Kiri sang laksamana Nizamudin Al-Kamil gugur.
Setelah keruntuhan dinasti Fatimiyah yang beraliran Syiah pada tahun 1284, dinasti Mamuluk yang bermadzhab Syafi’I berinisiatif mengambil alih kekuasaan Kerajaan Pasai. Selain untuk menghilangkan pengaruh Syiah, penaklukan ini juga bertujuan untuk menguasai pasar rempah-rempah dan lada dan pelabuhan Pasai. Maka, Syekh Ismail bersama Fakir Muhammad menunaikan tugas tersebut. Mereka akhirnya dapat merebut Pasai. Selanjutnya dinobatkanlah Marah Silu sebagai raja Samudera Pasai yang pertama oleh Syekh Ismail. Setelah Marah Silu memeluk Islam dan dinobatkan menjadi raja, dia diberi gelar “Malikus Saleh” pada tahun 1285. Nama ini adalah gelar yang dipakai oleh pembangunan kerajaan Mamuluk yang pertama di Mesir yaitu “Al Malikus Shaleh Ayub”.
Ada kisah-kisah menarik yang diterangkan dalam Hikayat Raja Pasai seputar Marah Silu. Kisah-kisah ini nyaris di luar nalar dan beraroma mistis. Seperti adanya sabda Rasulullah yang menaubatkan berdirinya kerajaan Samudera Pasai ataupun kisah Merah Silu yang tanpa diajari siapapun mampu membaca Al Quran 30 juz dengan sempurna. Terlepas dari itu, Malik As Saleh kemudian berpindah paham, dari Syiah menjadi paham Syafi’i. Maka aliran paham di Kerajaan Samudera Pasai yang semula Syiah berubah menjadi paham Syafi’I yang sunni.
2.2.  Proses berkembangnya Kerajaan Samudra Pasai di segala bidang
Dengan  timbulnya Kerajaan Samudra Pasai maka Kesultanan Perlak mengalami kemunduran. Samudra Pasai tampil sebagai bandar dagang utama di pantai timur Sumatra Utara. Samudra Pasai tidak hanya menjadi pusat perdagangan lada ketika itu, tetapi juga sebagai pusat pengembangan agama Islam bermazhab Syafi’i.
Pada masa pemerintahan Sultan Malik Al Saleh berkembanglah agama Islam mazhab Syafi’i. Awalnya Sultan Malik Al Saleh merupakan pemeluk Syi’ah yang di bawa dari pedagang-pedagang Gujarat yang datang ke Indonesia pada abad 12. Pedagang-pedagang Gujarat bersama-sama pedagang Arab dan Persia menetap di situ dan mendirikan kerajaan-kerajaan Islam pertama di Indonesia, yaitu Kerajaan Perlak di muara Sungai Perlak dan Kerajaan Samudra Pasai di muara Sungai Pasai.  Namun kemudian Sultan Malik Al Saleh berpindah menjadi memeluk Islam bermazhab Syafi’i atas bujukan Syekh Ismail yang merupakan utusan Dinasti Mameluk di Mesir yang beraliran mazhab Syafi’i. Pada masa pemerintahan Sultan Malik Al Saleh juga Samudra Pasai mendapat kunjungan dari Marco Polo.
2.2.1.  Kehidupan Politik
Raja pertama samudra pasai sekaligus pendiri kerajaan adalah Marah silu bergelar sultan Malik al Saleh, dan memerintah antara tahun 1285-1297. Pada masa pemerintahan Sultan Malik Al Saleh, kerajaan tersebut telah memiliki lembaga Negara yang teratur dengan angkatan perang laut dan darat yang kuat, meskipun demikian, secara politik kerajaan Samudra Pasai masih berada dibawah kekuasaan Majapahit. Pada tahun 1295, Sulthan malik al saleh menunjuk anaknya sebagai raja, yang kemudian dikenal dengan Sultan Malik Al Zahir I (1297-1326), Pada masa pemerintahannya samudra pasai berhasail menaklukkan kerajaan islam Perlak.
Setelah sultan Malik Al Zahir I mangkat, Pimpinan kerajaan diserahkan kepada Sultan ahmad laikudzahir yang bergelar Sulthan Malik Al Zahir II (1326-1348)
2.2.2.  Kehidupan Ekonomi
Karena letak geografisnya yang strategis, ini mendukung kreativitas mayarakat untuk terjun langsung ke dunia maritim. Samudera pasai juga mempersiapkan bandar – bandar yang digunakan untuk:
a)         Menambah perbekalan untuk pelayaran selanjutnya
b)        Mengurus soal – soal atau masalah – masalah perkapalan
c)         Mengumpulkan barang – barang dagangan yang akan dikirim ke luar negeri
d)        Menyimpan barang – barang dagangan sebelum diantar ke beberapa daerah di Indonesia
Tahun 1350 M merupakan masa puncak kebesaran kerajaan Majapahit, masa itu juga merupakan masa kebesaran Kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan Samudera Pasai juga berhubungan langsung dengan Kerajaan Cina sebagai siasat untuk mengamankan diri dari ancaman Kerajaan Siam yang daerahnya meliputi Jazirah Malaka.
Perkembangan ekonomi masyarakat Kerajaan Samudera Pasai bertambah pesat, sehingga selalu menjadi perhatian sekaligus incaran dari kerajaan – kerajaan di sekitarnya. Setelah Samudera Pasai dikuasai oleh Kerajaan Malaka maka pusat perdagangan dipindahkan ke Bandar Malaka.
2.2.3.  Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai diatur menurut aturan – aturan dan okum – okum Islam. Dalam pelaksanaannya banyak terdapat persamaan dengan kehidupan sosial masyarakat di negeri Mesir maupun di Arab. Karena persamaan inilah sehingga daerah Aceh mendapat julukan Daerah Serambi Mekkah.
2.3.  Raja- raja yang berpengaruh di Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudra Pasai ini merupakan kerajaan islam kedua sesudah Perlak. Sumber-sumber sejarah mengenai kerajaan ini jauh lebih lengkap dibandingkan dengan kerajaan pertama. Disamping Hikayat, berita-berita luar negeri, kerajaan ini juga meninggalkan peninggalan arkeologis berupa prasasti yang dapat menjadi saksi utama mengenai telah berdirinya kerajaan ini.
Menurut buku Daliman, Pendiri kerajaan Samudra Pasai adalah Sultan Malik Al Shaleh. Hal ini diketahui dengan pasti dari prasasti yang terdapat dari batu nisan makamnya yang menyatakan bahwa sultan Malik Al Shaleh ini meninggal pada bulan Ramadhan 676 tahun sesudah hijrah Nabi atau 1297, jadi 5 tahun sesudah kunjungan Marcopolo ke negeri ini dalam perjalanannya pulang dari Cina.
Tradisi dari hikayat raja-raja Pasai menceritakan asal-usul Sultan Malik Al-Saleh. Sebelum menjadi raja dan bergelar Sultan, raja ini semula adalah seorang marah dan bernama Marahsilu. Ayah Marahsilu bernama Marah Gajah dan ibunya adalah Putri Betung. Putri Betung mempunyai rambut pirang di kepalanya. Ketika rambut pirang itu dibantun oleh Marah Gajah keluarlah darah putih. Setelah darah putih itu berhenti mengalir, maka menghilanglah Putri Betung. Peristiwa itu didengar oleh ayah angkat Putri Betung ialah Raja Muhammad. Raja Muhammad karena marah segera mengerahkan orang-orangnya untuk mencari dan menangkap Marah Gajah. Marah Gajah yang takut karena kehilangan Putri Betung menyingkir dan meminta perlindungan dari ayah angkatnya pula yang bernama Raja Ahmad. Ternyata Raja Muhammad dan Raja Ahmad adalah dua orang bersaudara. Tetapi karena peristiwa Putri Betung d atas, maka kedua orang bersaudara itu akhirnya berperang.
Keduanya tewas dan Marah Gajah sendiri juga tewas terbunuh dalam peperangan. Putri Betung meninggalkan dua orang putra yaitu Marah Sum dan Marah Silu, mereka berdua meninggalkan tempat kediamannya dan mulai hidup mengembara. Marah Sum kemudian menjadi raja Biruen. Sedang Marah Silu akhirnya dapat merebut rimba Jirun dan menjadi raja di situ. Marah Slu mendirikan istana kerajaannya di atas bukit yang banyak didiami oleh semut besar yang oleh rakyat di sekitarnya disebut Semut Dara (Samudra). Itulah sebabnya maka negara itu kemudian dinamakan negara Samudra.
Semula Marah Silu adalah penganut agama Islam aliran Syi’ah. Seperti kita ketahui bahwa agama Islam yang berpengaruh di pantai timur Sumatra Utara pada waktu itu adalah agama Islam aliran Syi’ah.
Untuk melenyapkan pengaruh Syi’ah dan untuk kemudian mengembangkan Islam mahzab Syafi’i di pantai timur Sumatra Utara, maka Dinasti Mameluk di Mesir yang beraliranmahzab Syafi’i pada 1254 mengirimkan Syekh Ismail ke pantai timur Sumatra Utara bersama Fakir Muhammad, bekas ulama di pantai barat India. Di Samudra Pasai, Syekh Ismail berhasil menemui Marah Silu dan berhasil pula membujukknya untk memeluk agama Islam mahzab Syafi’i kemudian Syekh Ismail menobatkan Marah Silu sebagai Sultan pertama di kerajaan Samudra Pasai dan bergelar Sultan Malik Al-Saleh. Pengikut Marah Silu yang bernama Sri Kaya dan Bawa Kaya ikut juga masuk mahzab Syafi’i dan berganti nama pula menjadi Sidi Ali Khiauddin dan Sidi Ali Hassanuddin.
Penobatan Marah Silu sebagai Sultan pertama di Samudra Pasai oleh Syekh Ismail ini didasarkan atas beberapa pertimbangan. Setelah Sultan Malik Al Saleh meninggal pada 1297 ia digantikan oleh putranya, Sultan Muhammad, yang lebih terkenal dengan Sultan Malik Al Tahir yang memerintah sampai tahun 1326. Kemudian ia digantikan oleh Sultan Ahmad Bahian Syah Malik Al Tahir dan pada masa pemerintahan beliau Samudra Pasai juga mendapat kunjungan dari Ibnu Batutah. Ibnu Battutah adalah seorang dari Afrika Utara yang bekerja pada Sultan Delhi di India. Ia mengunjungi Samudra Pasai dalam rangka singgah ketika melakukan perjalanannya ke Cina sebagai utusan Sultan Delhi. Dalam catatan-catatan Ibnu Batutah  kita dapat mengetahui bagaimana peranan Samudra Pasai ketika perkembangannya. Sebagai bandar utama perdagangan di pantai timur Sumatra Utara, Samudra Pasai banyak didatangi oleh kapal-kapal dari India, Cina, dan dari daerah-daerah lain di Indonesia. Di bandar tersebut kapal-kapal saling bertemu, transit, membongkar serta memuat barang-barang dagangannya.
Dalam sistem pemerintahanannya, Samudra Pasai mengadopsi dari India dan Persia. Keraton dan Istana Kerajaan Samudra Pasai dibangun bergaya arsitektur India. Pengaruh Persia dapat terlihat dari gelar-gelar yang digunakan oleh pemerintahan kerajaan. Raja sendiri menggunakan gelar syah, sedang patihnya yang mendampingi raja bergelar amir, bahkan di antara pembesar-pembesar kerajaan terdapat pula orang Persia.
2.4.  Puncak kejayaan Kerajaan Samudra Pasai
Puncak Kejayaan Samudra Pasai Puncak kejayaan kerajaan samudra pasai ini ditandai dengan adanya perkembangan dibidang-bidang kehidupan kerajaan Samudra pasai, seperti ;
a.         Di bidang perekonomian dan perdagangan
Dalam segi ekonomi perkembangan kerajaan Samudra Pasai ini ditandai dengan sudah adanya mata uang yang diciptakan sendiri untuk alat pembayaran yang terbuat dari emas, uang ini dinamakan Dirham. Selain itu, ditandai juga dengan berkembangnya Kerajaan Samudra Pasai menjadi pusat perdagangan internasional pada masa pemerintahan Sultan Malikul Dhahir, dengan lada sebagai salah satu komoditas ekspor utama. Saat itu Pasai diperkirakan mengekspor lada sekitar 8.000- 10.000 bahara setiap tahunnya, selain komoditas lain seperti sutra, kapur barus, dan emas yang didatangkan dari daerah pedalaman. Bukan hanya perdagangan ekspor-impor yang maju. Sebagai bandar dagang yang maju. Hubungan dagang dengan pedagang-pedagang Pulau Jawa juga terjalin. Produksi beras dari Jawa ditukar dengan lada. Pedagang -pedagang Jawa mendapat kedudukan yang istimewa di pelabuhan Samudera Pasai. Mereka dibebaskan dari pembayaran cukai.
b.         Di bidang sosial dan budaya
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai diatur menurut aturan–aturan dan hukum – hukum Islam. Dalam pelaksanaannya banyak terdapat persamaan dengan kehidupan sosial masyarakat di negeri Mesir maupun di Arab. Karena persamaan inilah sehingga daerah Aceh mendapat julukan Daerah Serambi Mekkah. Kerajaan Samudera Pasai berkembang sebagai penghasil karya tulis yang baik. Beberapa orang berhasil memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh agama Islam untuk menulis karya mereka dalam bahasa Melayu, yang kemudian disebut dengan bahasa Jawi dan hurufnya disebut Arab Jawi. Di antara karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai (HRP). Bagian awal teks ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. HRP menandai dimulainya perkembangan sastra Melayu klasik di bumi nusantara. Bahasa Melayu tersebut kemudian juga digunakan oleh Syaikh Abdurrauf al-Singkili untuk menuliskan buku-bukunya. Selain itu juga berkembang ilmu tasawuf yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu.
c.         Di bidang agama
Sesuai dengan berita dari Ibn Battutah tentang kehadiran ahli-ahli agama dari Timur Tengah, telah berperan penting dalam proses perkembangan Islam di Nusantara. Berdasarkan hal itu pula, diceritakan bahwa Sultan Samudra Pasai begitu taat dalam menjalankan agama Islam sesuai dengan Mahzab Syafi'I dan ia selalu di kelilingi oleh ahli-ahli teologi Islam. Dengan raja yang telah beragama Islam, maka rakyat pun memeluk Islam untuk menunjukan kesetiaan dan kepatuhannya kepada sang raja. Karena wilayah kekuasaan Samudra Pasai yang cukup luas, sehingga penyebaran agama Islam di wilayah Asia Tenggara menjadi luas.
d.        Di bidang politik
Pada masa pemerintahan Sultan Malik as-Shalih telah terjalin hubungan baik dengan Cina. Diberitakan bahwa Cina telah meminta agar Raja Pasai untuk mengirimkan dua orang untuk dijadikan duta untuk Cina yang bernama Sulaeman dan Snams-ad-Din. Selain dengan Cina, Kerajaan Samudra Pasai juga menjalin hubungan baik dengan negeri-negeri Timur Tengah. Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Malik az-Zahir, ahli agama mulai dari berbagai negeri di Timur Tengah salah satunya dari Persi (Iran) yang bernama Qadi Sharif Amir Sayyid dan Taj-al-Din dari Isfahan. Hubungan persahatan Kerajaan Samudra Pasai juga terjalin dengan Malaka bahkan mengikat hubungan perkawinan.
2.5.  Kemunduran Kerajaan Samudra Pasai
2.5.1.  Faktor  Interen Kemunduran Kerajaan Samudra Pasai
a.         Tidak Ada Pengganti  yang Cakap dan Terkenal  Setelah Sultan Malik At Thahrir
Kerajaan Samudera Pasai mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Malik At Tahrir, sistem pemerintahan Samudera Pasai sudah teratur baik, Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan internasional. Pedagang-pedagang dari Asia, Afrika, China, dan Eropa berdatangan ke Samudera Pasai. Hubungan dagang dengan pedagang-pedagang Pulau Jawa juga terjalin erat. Produksi beras dari Jawa ditukar dengan lada.
Setelah Sultan Malik At Tahrir wafat tidak ada penggantinya yang cakap dalam meminmpin kerajaan Samudra Pasai dan terkenal, sehingga peran penyebaran agama Islam diambil alih oleh kerajaan Aceh.
Kerajaan Samudera Pasai semakin lemah ketika di Aceh berdiri satu lagi kerajaan yang mulai merintis menjadi sebuah peradaban yang besar dan maju. Pemerintahan baru tersebut yakni Kerajaan Aceh Darussalam yang didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah. Kesultanan Aceh Darussalam sendiri dibangun di atas puing-puing kerajaan-kerajaan yang pernah ada di Aceh pada masa pra Islam, seperti Kerajaan Indra Purba, Kerajaan Indra Purwa, Kerajaan Indra Patra, dan Kerajaan Indrapura. Pada 1524, Kerajaan Aceh Darussalam di bawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah menyerang Kesultanan Samudera Pasai. Akibatnya, pamor kebesaran Kerajaan Samudera Pasai semakin meredup sebelum benar-benar runtuh. Sejak saat itu, Kesultanan Samudera Pasai berada di bawah kendali kuasa Kesultanan Aceh Darussalam.
b.         Terjadi Perebutan kekuasaan
Pada tahun 1349 Sultan Ahmad Bahian Syah malik al Tahir meninggal dunia dan digantikan putranya yang bernama Sultan Zainal Abidin Bahian Syah Malik al-Tahir. Bagaimana pemerintahan Sultan Zainal Abidin ini tidak banyak diketahui. Rupanya menjelang akhir abad ke-14 Samudra Pasai banyak diliputi suasana kekacauan karenaa terjadinya perebutan kekuasaan, sebagai dapat diungkap dari berita-berita Cina.
Beberapa faktor yang menyebabkan runtuhnya kerajaan Samudra Pasai, yaitu pemberontakan yang dilakukan sekelompok orang yang ingin memberontak kepada pemerintahan kerajaan Samudra Pasai.  Karena pemberontakan ini, menyebabkan beberapa pertikaian di Kerajaan Samudra Pasai. Sehingga terjadilah perang saudara yang membuat pertumpahan darah yang sia-sia.
Untuk mengatasi hal ini, Sultan Kerajaan Samudra Pasai waktu itu melakukan sesuatu hal yang bijak, yaitu meminta bantuan kepada Sultan Malaka untuk segera menengahi dan meredam pemberontakan. Namun Kesultanan Pasai sendiri akhirnya runtuh setelah ditaklukkan oleh Portugal tahun1521 yang sebelumnya telah menaklukan Malaka tahun 1511, dan kemudian tahun 1524 wilayah Pasai sudah menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Aceh.
2.5.2.  Faktor Eksteren kemunduran Kerajaan Samudra Pasai
a.         Serangan dari Majapahit Tahun 1339
Kejayaan Kerajaan Samudera Pasai mulai mengalami ancaman dari Kerajaan Majapahit dengan Gajah Mada sebagai mahapatih. Gajah Mada diangkat sebagai patih di Kahuripan pada periode 1319-1321 Masehi oleh Raja Majapahit yang kala itu dijabat oleh Jayanegara. Pada 1331, Gajah Mada naik pangkat menjadi Mahapatih ketika Majapahit dipimpin oleh Ratu Tribuana Tunggadewi. Ketika pelantikan Gajah Mada menjadi Mahapatih Majapahit inilah keluar ucapannya yang disebut dengan Sumpah Palapa, yaitu bahwa Gajah Mada tidak akan menikmati buah palapa sebelum seluruh Nusantara berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Mahapatih Gajah Mada rupanya sedikit terusik mendengar kabar tentang kebesaran Kerajaan Samudera Pasai di seberang lautan sana. Majapahit khawatir akan pesatnya kemajuan Kerajaan Samudera Pasai. Oleh karena itu kemudian Gajah Mada mempersiapkan rencana penyerangan Majapahit untuk menaklukkan Samudera Pasai. Desas-desus tentang serangan tentara Majapahit, yang menganut agama Hindu Syiwa, terhadap kerajaan Islam Samudera Pasai santer terdengar di kalangan rakyat di Aceh. Ekspedisi Pamalayu armada perang Kerajaan Majapahit di bawah komando Mahapatih Gajah Mada memulai aksinya pada 1350 dengan beberapa tahapan.
Serangan awal yang dilakukan Majapahit di perbatasan Perlak mengalami kegagalan karena lokasi itu dikawal ketat oleh tentara Kesultanan Samudera Pasai. Namun, Gajah Mada tidak membatalkan serangannya. Ia mundur ke laut dan mencari tempat lapang di pantai timur yang tidak terjaga. Di Sungai Gajah, Gajah Mada mendaratkan pasukannya dan mendirikan benteng di atas bukit, yang hingga sekarang dikenal dengan nama Bukit Meutan atau Bukit Gajah Mada.
Gajah Mada menjalankan siasat serangan dua jurusan, yaitu dari jurusan laut dan jurusan darat. Serangan lewat laut dilancarkan terhadap pesisir di Lhokseumawe dan Jambu Air. Sedangkan penyerbuan melalui jalan darat dilakukan lewat Paya Gajah yang terletak di antara Perlak dan Pedawa. Serangan dari darat tersebut ternyata mengalami kegagalan karena dihadang oleh tentara Kesultanan Samudera Pasai. Sementara serangan yang dilakukan lewat jalur laut justru dapat mencapai istana.
Selain alasan faktor politis, serangan Majapahit ke Samudera Pasai dipicu juga karena faktor kepentingan ekonomi. Kemajuan perdagangan dan kemakmuran rakyat Kerajaaan Samudera Pasai telah membuat Gajah Mada berkeinginan untuk dapat menguasai kejayaan itu. Ekspansi Majapahit dalam rangka menguasai wilayah Samudera Pasai telah dilakukan berulangkali dan Kesultanan Samudera Pasai pun masih mampu bertahan sebelum akhirnya perlahan-lahan mulai surut seiring semakin menguatnya pengaruh Majapahit di Selat Malaka.
Hingga menjelang abad ke-16, Kerajaan Samudera Pasai masih dapat mempertahankan peranannya sebagai bandar yang mempunyai kegiatan perdagangan dengan luar negeri. Para ahli sejarah yang menumpahkan minatnya pada perkembangan ekonomi mencatat bahwa Kerajaan Samudera Pasai pernah menempati kedudukan sebagai sentrum kegiatan dagang internasional di nusantara semenjak peranan Kedah berhasil dipatahkan.
Namun, kemudian peranan Kerajaan Samudera Pasai yang sebelumnya sangat penting dalam arus perdagangan di kawasan Asia Tenggara dan dunia mengalami kemerosotan dengan munculnya bandar perdagangan Malaka di Semenanjung Melayu Bandar Malaka segera menjadi primadona dalam bidang perdagangan dan mulai menggeser kedudukan Pasai. Tidak lama setelah Malaka dibangun, kota itu dalam waktu yang singkat segera dibanjiri perantau-perantau dari Jawa.
Akibat kemajuan pesat yang diperoleh Malaka tersebut, posisi dan peranan Kerajaan Samudera Pasai kian lama semakin tersudut, nyaris seluruh kegiatan perniagaannya menjadi kendor dan akhirnya benar-benar patah di tangan Malaka sejak tahun 1450. Apalagi ditambah kedatangan Portugis yang berambisi menguasai perdagangan di Semenanjung Melayu. Orang-orang Portugis yang pada 1521 berhasil menduduki Kesultanan Samudera Pasai.
b.         Berdirinya Bandar Malaka yang Letaknya Lebih Strategis
Tercatat, selama abad 13 sampai awal abad 16, Samudera Pasai dikenal sebagai salah satu kota di wilayah Selat Malaka dengan bandar pelabuhan yang sangat sibuk. Pasai menjadi pusat perdagangan internasional dengan lada sebagai salah satu komoditas ekspor utama.
Letak geografis kerajaan samudera pasai terletak di Pantai Timur Pulau Sumatera bagian utara berdekatan dengan jalur pelayaran internasional (Selat Malaka). Letak Kerajaan Samudera Pasai yang strategis, mendukung kreativitas mayarakat untuk terjun langsung ke dunia maritim. Samudera pasai juga mempersiapkan bandar - bandar yang digunakan untuk:
1.        Menambah perbekalan pelayaran selanjutnya
2.        Mengurus masalah – masalah perkapalan
3.        Mengumpulkan barang – barang dagangan yang akan dikirim ke luar negeri
4.        Menyimpan barang – barang dagangan sebelum diantar ke beberapa daerah di Indonesia.
Namun Setelah kerajaan Samudra Pasai dikuasai oleh Kerajaan Malaka pusat perdagangan dipindahkan ke Bandar Malaka. Dengan beralihnya  pusat perdagangan ke Bandar Malaka maka perekonomian di Bandar Malaka menjadi ramai karena letaknya yang lebih strategis dibanding bandar-bandar di Samudra Pasai.
c.         Serangan Portugis
Orang-orang Portugis memanfaatkan keadaan kerajaan Samudra Pasai yang sedang lemah ini karena adanya berbagai perpecahan (kemungkinan karena politik / kekuasaan) dengan menyerang kerajaan Samudra Pasai hingga akhirnya kerajaan Samudra Pasai runtuh. Sebelumnya memang orang-orang Portugis telah menaklukan kerajaan Malaka, yang merupakan kerajaan yang sering membantu kerajaan Samudra Pasai dan menjalin hubungan dengan kerajaan Samudra Pasai.
Orang-orang Portugis datang ke Malaka, karena telah mengetahui bahwa pelabuhan Malaka merupakan pelabuhan transito yang banyak didatangi pedagang dari segala penjuru angin. Malaka dikenal sebagai pintu gerbang Nusantara. Julukan itu diberikan mengingat peranannya sebagai jalan lalu lintas bagi pedagang-pedagang asing yang hendak masuk dan keluar pelabuhan-pelabuhan Indonesia. Malaka pada akhir abad ke-15 dikunjungi oleh para saudagar yang datang dari Arab, India, Asia Tenggara dan saudagar-saudagar Indonesia. Hal ini sangat menarik perhatian orang-orang Portugis.
Maksud Portugis untuk menduduki Malaka adalah untuk menguasai perdagangan melalui selat Malaka.Kedatangan orang-orang Portugis di bawah pimpinan Diego Lopez de Squeira ke Malaka atas perintah raja Portugis, bertujuan untuk membuat perjanjian-perjanjian dengan penguasa-penguasa di Malaka. Perjanjian-perjanjian ini dimaksudkan untuk memperoleh suatu izin perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Jadi semboyan orang-orang Portugis untuk meluaskan daerah pengaruhnya tidak hanya bermotif penyebaran agama akan tetapi terutama motif ekonomi.
2.6.  Peninggalan dari Kerajaan Samudra Pasai
1.         Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudera Pasai diyakini pernah berjaya dibuktikan dengan beberapa peninggalan dari kerajaan tersebut. Sayangnya, kerajaan Samudra Pasai tidak banyak meninggalkan batu prasasti sebagai peninggalan bersejarah. Hal tersebut dikarenakan kurangnya perhatian masyarakat dan pemerintah setempat terhadap bukti- bukti peninggalan sejarah. Peneliti independen dari pusat informasi Samudra Pasai Heritage Lhouksemawe, Taqiyuddin mengungkapkan benda peninggalan bersejarah Kerajaan Samudera Pasai tersebar di hampir seluruh wilayah Aceh, khususnya Aceh Utara. Namun, sampai saat ini belum ada upaya untuk menggali dan meneliti peninggalan bersejarah tersebut. Umumnya peninggalan bersejarah Samudera Pasai berupa nisan bertuliskan kaligrafi arab gundul yang khas. (Mohamad Burhanuddin,2011).
Sekelompok minoritas kreatif berhasil memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh agama Islam, untuk menulis karya mereka dalam  bahasa  Melayu.  Inilah  yang kemudian disebut sebagai bahasa Jawi, dan hurufnya disebut Arab Jawi. Di antara karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai (HRP). Bagian awal teks ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. Hikayat Raja Pasai ini dapatlah dibagi menjadi tiga bagian yaitu mengenai asal usul pembukaan negeri-negeri Pasai dan Samudera, pengislaman Merah Silau dan kejatuhan kerajaan Pasai ke Majapahit. Hikayat Raja Pasai ini juga berisi  kisah-kisah mitos seperti kelahiran Puteri Buluh Betung, mitos pembukaan negeri Samudera (semut besar), silsilah  raja-raja Majapahit dan legenda tokoh-tokoh Tun Beraim Bapa, Sultan Ahmad dan Sultan Malikul Saleh yang seharusnya dipercayai dalam wujud  realiti sejarah Samudera-Pasai. HRP menandai dimulainya perkembangan sastra Melayu klasik di bumi nusantara.
Sejalan dengan itu, juga berkembang ilmu tasawuf. Di antara buku tasawuf yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu  adalah Durru al-Manzum, karya Maulana Abu Ishak. Kitab ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu oleh Makhdum Patakan, atas permintaan dari Sultan Malaka. Informasi di atas mencerminkan sekelumit peran yang telah dimainkan oleh Samudra Pasai dalam posisinya sebagai pusat pertumbuhan Islam di Asia Tenggarapada masa itu.
Samudera Pasai merupakan pusat perniagaan penting di kawasan itu, dikunjungi oleh para saudagar dari berbagai negeri, seperti Cina, India, Siam, Arab dan Persia. Komoditas utama adalah lada. Sebagai bandar perdagangan yang besar, Samudera Pasai mengeluarkan mata uang emas yang disebut dirham. Uang ini digunakan secara resmi di kerajaan tersebut.  Uang dirham juga menjadi peninggalan kerajaan Samudra Pasai yang menandakan kekuatan ekonomi pada saat itu.  Pada satu sisi dirham atau mata uang emas itu tertulis; Muhammad Malik Al-Zahir. Sedangkan di sisi lainnya tercetak nama Al-Sultan Al-Adil. Diameter Dirham itu sekitar 10 mm dengan berat 0,60 gram dengan kadar emas 18 karat.
Di samping sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasai juga merupakan pusat perkembangan agama Islam.  Banyak makam – makam para pemimpin kerajaan Samudra Pasai yang merupakan bukti nyata  adanya kerajaan Samudra  Pasai. Beberapa  makam    terseut  adalah :
a.         Makam Sultan Malik AL-Saleh
b.        Makam Sultan Maulana Al Zhahir
c.         Makam Nahriyah
d.        Makam Teungku Sidi Abdullah Tajul Nillah
e.         Makam Naina Hasanuddin
f.         Makam Perdana Menteri
g.        Makam Teungku Peuet Ploh Peuet        
h.        Makam Said Syarif
i.          Makam Teungku Diboih
j.          Makam Batte


BAB III
PENUTUP

3.1    Simpulan
Kerajaan Samudra Pasai muncul pada abad ke 13 Masehi ketika Kerajaan Sriwijaya hancur. Kota Kerajaan di sebut Pasai, sekarang ini letaknya di Desa Beuringen Kec. Samudera Geudong Kab. Aceh Utara Provinsi Aceh. Wilayah Kekuasaan Kesultanan Pase (Pasai) pada masa kejayaannya sekitar abad ke 14 terletak di daerah yang diapit oleh dua sungai besar di pantai Utara Aceh, yaitu sungai Peusangan dan sungai Jambo Aye, jelasnya Kerajaan Samudra Pasai adalah daerah aliran sungai yang hulunya berasal jauh ke pedalaman daratan tinggi Gayo Kab.
Aceh Tengah daerah yang pertama kali disinggahi oleh orang-orang Islam adalah pesisir Samudera. Penyebabnya terdiri dari para mubaligh dan saudagar Islam yang datang dari Arab, Mesir, Persia dan Gujarat. Para saudagar ini banyak dijumpai di beberapa pelabuhan di Sumatera yaitu di Barus yang terletak di pesisir Barat Sumatera, Lamuri di pesisir Timur Sumatera dan di pesisir lainnya seperti di Perlak,yaitu  sekitar tahun 674 Masehi.
Kehadiran agama Islam di Pasai mendapat tanggapan yang cukup berarti di kalangan masyarakat. Di Pasai agama Islam tidak hanya diterima oleh lapisan masyarakat pedesaan atau pedalaman malainkan juga merambah lapisan masyarakat perkotaan.
3.2    Saran
Dari keberadaanya kerajaan samudera pasai di wilayah nusantara pada masa yang lalu. Maka kita wajib mensyukurinya. Maka kita harus mengetahui tentang awal berdirinya suatu kerajaan dengan mengusung corak agama islam yang seperti kita tahu bahwa islam menjadi negara mayoritas didunia. Kita bisa belajar tentang bagaimana suatu kerajaan dalam memulai suatu pemerintahan hingga mencapai puncak kejayaan yang memerlukan waktu yang sangat lama. Kita bisa mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut untuk kehidupan yang akan datang.

Artikel Lainnya