Kisah
Perjalanan Hidup Nabi Muhammad
Garis
Keturunan
Rasulullah Saw mempunyai nama lengkap
Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushayi
bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luayy bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin
Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar
bin Ma’ad bin ‘Adnan dan selanjutnya bertemu garis keterunan beliau dengan Nabi
Ismail as.
Adapun garis keturunan beliau dari sisi
Ibunya adalah Muhammad bin Aminahbinti Wahab bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin
Kilab. Dengan demikian, garis keturunan beliau dari sisi ayah dan ibu bertemu
pada kakek beliau, Kilab.
Kelahiran
Nabi Muhammad SAW
Menurut pendapat yang paling kuat, Rasulullah
Saw dilahirkan pada hari Senin, malam 12 Rabiul Awwal di Makkah bertepatan
dengan awal Tahun Gajah. Jarak antara kelahiran Nabi Muhammad Saw dengan
kelahiran Nabi Isa As adalah 571 tahun, antara Nabi Isa as hingga wafatnya Nabi
Musa As adalah 1716 tahun, antara Nabi Musa As dan Nabi Ibrahim As adalah 545
tahun, antara Nabi Ibrahim As dan air bah yang terjadi pada masa Nabi Nuh As
adalah 1080 tahun, antara air bah Nabi Nuh As dan Nabi Adam As adalah 2242
tahun. Sehingga jarak antara kelahiran Nabi Muhammad Saw dan Nabi Adam As
adalah 6155 tahun, berdasarkan riwayat yang masyhur dari para ahli sejarah.
Nabi Muhammad Saw dibesarkan di Makkah
sebagai anak yatim, karena ayahnya Abdullah wafat di Madinah dua bulan sebelum
Beliau lahir. Pada waktu itu ayahnya sedang berdagang di Syam dan singgah di
Madinah dalam keadaan sakit, hingga wafat di rumah pamannya dari bani Najjar. Ayahnya
tidak meninggalkan apa-apa kecuali 5 ekor unta dan sahaya perempuan.
Pada waktu itu bangsa Arab mempunyai
kebiasaan untuk menitipkan penyusuan anak-anak mereka kepada perempuan lain di
dusun dengan harapan agar anak tersebut di kemudian hari mempunyai tubuh yang
kuat dan omongan yang fasih.
Berdasarkan kebiasaan inilah kakeknya Abdul
Muthalib menyerahkan cucunya Muhammad Saw kepada Halimah binti Dzuaib
As-Sa’diyah salah seorang perempuan dari Bani Sa’ad untuk menyusui Beliau. Pada
saat itu, Bani Sa’ad sedang dilanda paceklik, kemarau panjang melanda daerah
tempat tinggal mereka. Tapi ketika Muhammad kecil tiba di kediaman halimah dan
menetap di sana untuk disusui, lambat laun tanah di sekitar kediaman Halimah
kembali subur.
Ketika Rasulullah Saw tinggal di kediaman Halimah
sering terjadi hal-hal luar biasa pada diri Nabi Muhammad Saw termasuk
peristiwa “pembelahan dada”. Setelah disapih, Nabi Muhammad pun dikembalikan
kepada ibundanya Aminah. Saat itu, Rasulullah Saw baru berusia lima tahun.
Perjalanan
Pertama Nabi Muhammad Saw ke Syam
Tatkala Nabi Muhammad Saw mencapai usia 12
tahun, Beliau dibawa berniaga oleh pamannya, Abu Thalib ke negeri Syam, dan ini
merupakan perjalanan beliau yang pertama. Para kafilah dagang ini berkumpul di
dekat kota Basrah dan di sana bertemu dengan seorang pendeta Yahudi bernama
Buhaira dan ada pula yang mengatakan pendeta Nasrani. Pendeta ini memahami
adanya keistimewaan pada diri Nabi Muhammad Saw dan berkata kepada Abu Thalib:
“Sesungguhnya anak saudara ini akan mendapatkan kedudukan yang tinggi, maka
jagalah dia baik-baik.” Kemudian pulanglah Abu Thalib bersama Nabi Muhammad Saw
ke Mekkah.
Berperan
Dalam Perang Fijar
Pada tahun kelima belas, beliau pernah ikut
dalam peperangan Fijar yang terjadi di suatu tempat antara Nahlah dan Thaif. Peperangan ini sebenarnya akan dimenangkan
oleh kelompok dimana beliau SAW berada di dalamnya, namun akhirnya terjadi
suatu perdamaian diantara dua kelompok yang berperang itu.
Perjalanan
Kedua Nabi Muhammad Saw ke Syam
Ketika Nabi Muhammad Saw mencapai usia 25
tahun, Beliau pun pergi ke Syam untuk kedua kalinya dengan membawa barang
dagangan milik Khadijah binti Khuwailid, seorang wanita ternama dan kaya yang
dipercayakan kepada Beliau. Dalam perjalanan itu Nabi Muhammad Saw disertai
seorang sahaya Khadijah yang bernama Maisaroh. Dalam perjalanan itu beliau
bertemu dengan rahib bernama Nasthur, dan ia pun memahami adanya
keistimewaan-keistemewaan pada diri Nabi Muhammad Saw sebagaimana yang pernah
dilihat oleh Buhaira.
Nabi
Muhammad Saw Menikah Dengan Siti Khadijah
Setibanya di Mekkah dari perjalanan dagang
ini, Beliau menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, yaitu dua bulan sesudah
kedatangannya. Setelah itu Nabi Muhammad Saw pindah ke rumah Khadijah untuk
memulai lembaran baru dari kehidupannya, umur Khadijah pada waktu itu 40 tahun.
Dari pernikahan itu lahir 3 orang putera yaitu Al Qasim, Abdullah dan Thayyib,
yang semuanya meninggal di waktu kecil, serta 4 orang puteri yaitu Zainab,
Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Fatimah. Keempat puteri itu hidup sampai mereka
besar. Yang tertua dari mereka menikah dengan Abil Aash ibnu Rabi’ bin Abdus
Syam. Ruqayyah menikah dengan Utbah bin abi Lahab, sedang Ummu Kultsum menikah
dengan Utaibah bin Abi Lahab. Ruqayyah dan Ummu Kultsum kemudian menikah lagi
dengan Usman bin Affan. Adapun yang termuda yaitu Fatimah Az Zahra menikah
dengan Ali bin Abi Thalib ra.
Partisipasi
Nabi Muhammad Saw Dalam Perbaikan Ka’bah
Ka’bah adalah bangunan pertama yang didirikan
atas nama Allah Swt untuk beribadah dan menauhidkan-Nya. Bangunan ini didirikan
oleh Abul Anbiya, Nabi Ibrahim As setelah berhasil menghancurkan
berhala-berhala yang disembah kaumnya sekaligus kuil tempat pemujaannya. Setelah
masa Nabi Ibrahim As, ka’bah beberapa kali dilanda bencana yang melemahkan
dinding dan fondasinya. Banjir besar menggoyahkan
bangunan Ka’bah beberapa tahun sebelum nubuwwah. Nabi Muhammad Saw ikut aktif
dalam perbaikan Ka’bah. Beliau ikut memanggul batu di atas pundaknya dengan
beralaskan sehelai kain. Menurut pendapat yang sahih, peristiwa itu terjadi
ketika Nabi Muhammad Saw menginjak usia 35 tahun.
Nabi Muhammad Saw juga memainkan peranan
penting dalam memecahkan masalah pelik yang menyebabkan semua kabilah
bertengkar sengit. Tak kunjung ada keputusan siapa yang paling berhak untuk
mendapatkan kehormatan mengembalikan Hajar Aswad di tempat semula. Nabi
Muhammad Saw berhasil memecahkan masalah itu dengan sangat brilian. Beliau
memutuskan untuk meletakkan Hajar Aswad di atas surbannya dan masing-masing
kabilah memilih memilih seorang wakil yang memegang ujung sorban dan
mengangkatnya bersama-sama, hingga tiba di tempatnya lalu Nabi Muhammad Saw
mengambil Hajar Aswad dan menaruhnya di tempatnya, maka bereslah persoalannya.
Pengangkatan
Muhammad Saw Sebagai Nabi dan Rasul
Pada tahun keempat puluh, Allah Swt
memuliakan beliau SAW dengan ditetapkannya sebagai Nabi dan Rasul dengan
turunnya Malaikat Jibril kepadanya, dimana sebelumnya beliau menyendiri
beruzlah dan beribadah dengan memilih tempat di Gua Hira disebelah atas Jabal
Nur. Dan pertama kali yang beliau rasakan dan diperlihatkan kepada beliau
adalah adanya mimpi yang benar.
Turunnya
Wahyu Pertama
Ketika Nabi Muhammad Saw menyendiri di Gua
Hira, turunlah wahyu pertama dibawa oleh Jibril yang merupakan wahyu dari Allah
SWT, ialah firman Allah yang berbunyi :
Yang artinya :
“Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar
(manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya.” (Al-‘Alaq, 1-4)
Adalah Waraqah bin Nauval anak paman Khadijah
binti Khuwailid, seorang yang masyhur di Makkah karena keluasan ilmunya dalam
hal ihwal agama-agama samawi. Tatkala Jibril turun membawa wahyu kepada Nabi
Muhammad Saw, Khadijah pergi menemuinya dan memberitahukan kepadanya tentang
peristiwa tersebut. Waraqah berkata: “Demi Tuhan yang nyawa Waraqah berada
ditangan-Nya, jika engakau percaya hai Khadijah, telah datang malaikat agung
yang pernah datang kepada Musa dan sesungguhnya ia (Nabi Muhammad Saw) adalah
nabi dari umat ini.”
Dakwah
Secara Rahasia
Dan diantara orang yang pertama kali beriman
dari kalangan laki-laki adalah Abu Bakar bin Kuhafah, dan dari kalangan wanita
adalah istri beliau, Khadijah dan dari kalangan anak-anak adalah Ali bin Abi
Thalib, dimana Ali belum pernah melakukan sujud sama sekali terhadap suatu
patung, sehingga dengan demikian kepada beliau diberi tambahan (sesudah
menyebut namanya) dengan sebutan Karramallahu Wajhah (Allah telah memuliakan
pribadinya).
Perintah
Dakwah Secara Terang-terangan
Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada
beliau untuk melakukan dakwah secara terang-terangan, dengan firmanNya, pada
surat Al Hijr ayat 94 yang artinya :
“Maka
sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (Al-Hijr, 94)
Maka beliau respon dan sambut perintah Allah
SWT ini dengan baik, maka beliau melakukan dakwah kepada manusia untuk
mengesakan Allah dan meninggalkan perbuatan syirik dan kekufuran. Sebagian
mereka ada yang beriman dan sebagian ada yang kafir. Rasulullah Saw mempunyai
nama lengkap Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf
bin Qushayi bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luayy bin Ghalib bin Fihr bin
Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar
bin Nizar bin Ma’ad bin ‘Adnan dan selanjutnya bertemu garis keterunan beliau
dengan Nabi Ismail as. Adapun garis keturunan beliau dari sisi Ibunya adalah
Muhammad bin Aminahbinti Wahab bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Dengan
demikian, garis keturunan beliau dari sisi ayah dan ibu bertemu pada kakek
beliau, Kilab.
Hijrah ke Habasyah
Pada tahun ini, Nabi Muhammad Saw
memerintahkan kepada para sahabatnya untuk berhijrah ke negeri Habasyah
(Ethiopia), setelah mengetahui bahwa Kaum Quraisy selalu melakukan
tindakan-tindakan yang menyakitkan kepada mereka, padahal tidak ada kaum
kerabat yang akan menolong dan menghalang-halangi tindakan kaum Quraisy
tersebut. Maka sebagian sahabat berhijrah untuk menyelamatkan agama mereka, dan
ini adalah hijrah pertama dari Mekkah, dimana jumlah mereka yang berhijrah
adalah 80 orang sahabat. Mereka kembali lagi ke Mekkah dari Habasyah setelah
berdiam di sana selama tiga bulan.
Pada tahun ketujuh ini, Nabi bersama-sama
pamannya, Abu Thalib dan Bani Hasyim serta Bani Muthalib, baik yang muslim
maupun yang masih kafir, memasuki Syi’ib. Maka pada kesempatan ini kalangan
Quraisy memboikot dengan memutus jalur suplai makanan dan kegiatan berniaga di
pasar kepada mereka, kecuali apabila mereka menyerahkan Nabi Muhammad Saw
kepada kalangan Quraisy untuk dibunuh. Kaum Quraisy menulis isi boikot di
lembaran kulit yang digantungkan di Kabah. Maka Nabi Muhammad Saw memerintahkan
kepada para sahabatnya untuk melakukan hijrah ke Habasyah, yakni hijrah untuk
kedua kalinya.
Penghentian
Boikot
Nabi Muhammad Saw dan kaumnya terkurung di
dalam Syi’ib selama 3 tahun tidak menerima makanan kecuali secara
sembunyi-sembunyi, sehingga mereka makan dedaunan. Kemudian orang-orang
Quraisy menghentikan pemboikotan, sedang
lembaran kulit yang berisi pengumuman biokot itu telah dimakan rayap. Maka
keluarlah Nabi Muhammad Saw dari tempat yang terkurung itu, perisitiwa itu
terjadi pada 10 tahun kenabian.
Tahun
Kesedihan (‘Amul Huzni)
Pada tahun kesepuluh, Khadijah istri Nabi
Muhammad Saw wafat dan dua bulan kemudian wafat pula paman Nabi Muhammad Saw,
Abu Thalib, pada usia delapan puluh tujuh tahun. Setelah wafat Abu Thalib ini,
tindakan menyakiti Nabi Muhammad Saw dari kalangan Quraisy semakin bertambah
keras, karena mereka beranggapan bahwa apa yang telah mereka usahakan dan capai
dari Rasulullah SAW tidak seperti apa yang telah mereka peroleh ketika Abu
Thalib masih hidup.
Hijrah ke
Thaif
Pada tahun kesepuluh ini, Rasulullah
melakukan hijrah ke Thaif, dan beliau berdiam di sana selama satu bulan,
melakukan dakwah kepada penduduk Thaif. Namun dakwah beliau di sana tidak
mendapat respon dari mereka, bahkan justru menolaknya dengan suatu penolakan
dan tindakan yang buruk. Mereka melakukan pelemparan batu kepada beliau,
sehingga mengenai kepala beliau dan menyebabkan luka-luka di kepalanya. Setelah
dakwah di sana gagal, beliau kembali lagi ke Mekkah.
Isra dan
Mi’raj
Pada tahun kesebelas ini, terjadinya peristiwa
Isra dan Mi’raj. Isra adalah perjalanan Rasulullah Saw di waktu malam hari dari
Masjidil Haram di Mekkah ke Masjdiil Aqsha di Baitul Maqdis di Palestina, dan
beliau pulang kembali pada malam itu juga ke Mekkah. Al-Qur’an telah
menjelaskan peristiwa ini dengan firman Allah Swt pada surat Al Isra
Yang artinya :
”Maha Suci
Allah yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Masjidil Haram
ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan
kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah
Maha Mendengar dan Maha Melihat.” (Al-Isra, 1)
Sedangkan Mi’raj adalah naiknya beliau pada
malam itu juga ke alam tinggi dan di sana diwajibkannya ibadah shalat yang lima
waktu.
Hijrah ke
Madinah
Dan ketika tindakan menyakiti Nabi dan para
sahabat serta kaum muslimin bertambah keras dari kalangan Quraisy, maka Nabi
memerintahkan kaum muslimin untuk melakukan hijrah ke Madinah dan selanjutnya
beliau pun bersama-sama dengan Abu Bakar juga melakukan hijrah dengan berjalan
kaki cepat-cepat hingga beliau berdua sampai ke Gua Tsur.
Masjid
Pertama Quba
Setelah tiga malam beliau dan Abu Bakar
berdiam di Gua Tsur, seorang petunjuk jalan datang menemui beliau berdua dengan
membawa dua ekor unta tunggangan. Maka kemudian mereka bertiga pergi berjalan
menuju kota Madinah.
Mereka tiba di kota Quba pada hari Senin
tanggal dua belas Rabi’ul Awwal. Itulah tanggal hijrahnya Rasulullah SAW ke
Madinah, yang kelak dijadikan awal penanggalan Islam yang dimulai dari bulan
Muharram, yaitu awal Tahun Hijriyah yang disandarkan kepada hijrah beliau ke
Madinah.
Di kota Quba ini, Rasulullah SAW mendirikan
sebuah masjid yang oleh Allah SWT diberikan sifat sebagai masjid yang dibangun
atas dasar taqwa (kepada Allah) dari semenjak pertama hari dibangunnya. Di
dalamnya terdapat orang-orang yang cinta untuk bersuci, dan Rasulullah SAW
melakukan shalat di dalam masjid ini bersama-sama empat puluh orang sahabatnya.
Keluar
Menuju Kota Madinah
Setelah melakukan shalat Jum’at pertama yang
Rasulullah SAW lakukan di desa Bani Salim bin ‘Auf, beliau kemudian menaiki
untanya menuju kota Madinah. Di sana para kaum Anshar menyambut beliau dengan
suka cita penuh kegembiraan, setaya mengelilingi beliau, sementara para wanita
dan anak-anak keluar dari rumah mereka ingin menemui beliau seraya
mendendangkan nasyid :
Thala’al badru ‘alaina, min tsaniyatil wada’i
Wajabasy syukru’alaina, ma da’a lillahi da’i
Ayyuhal mab’utsu fina, ji ta bil amri mutha’i
Yang artinya,
“Di atas
kita telah muncul bulan purnama. Muncul dari Tsaniyah al-Wada. Kita wajib
bersyukur kepadaNya, Seorang Da’I menyeru kita ke jalanNya. Wahai orang yang
diutus kepada kami, Kau datang membawa perintah yang harus ditaati.”
Hijriah
Tahun pertama Di kota Madinah Nabi Muhammad
SAW, mendirikan masjidnya yang mulia. Beliau secara pribadi ikut serta
membangun masjid tersebut, sebagai bentuk dorongan kepada kaum muslimin untuk
cinta bekerja dan beramal. Di tahun ini telah pula disyari’atkan adzan, sebagai
suatu cara dan saran untuk memanggil kaum muslimin untuk berkumpul, di kala
telah masuk waktu shalat.
Di tahun kedua hijrah terjadi perang Waddan,
yaitu suatu desa yang terletak diantara kota Mekkah dan kota Madinah, juga
perang Buwath, yaitu suatu pegunungan dari pegunungan Juhainah, dan perang
Al-‘Asyirah yaitu suatu tempat antara Yanbu’ dan Dzil Marwah, yang kesemua itu
semata-mata untuk menghambat perjalanan kaum Quraisy, bukan untuk membinasakannya.
Pada tahun ke empat Rasulullah SAW
memerintahkan kaum Yahudi untuk pergi meninggalkan kota Madinah. Sebelumnya
diantara mereka dengan Rasulullah SAW telah diadakan suatu perjanjian, dimana
diantara kedua belah pihak harus saling memelihara dan menjaga keamanan
masing-masing dan tidak saling mengkhianati terhadap perjanjian itu.
Namun pihak Yahudi berkhianat terhadap Rasul
dan berusaha membunuh beliau, karena terbujuk oleh rayuan syaithan. Oleh karena
itulah mereka diperintahkan untuk keluar atau diusir oleh Rasulullah SAW dari
Madinah. Namun mereka enggan mematuhi perintah beliau, dan mereka tetap tidak
mau pergi. Maka kaum muslimin mengepung mereka dan melakukan pemboikotan
terhadap mereka serta memaksa mereka untuk pergi meninggalkan Madinah, dan
akhirnya mereka pergi.
Pada tahun ini disyariatkannya shalat Khauf,
shalat karena takut dan diturunkannya wahyu tentang tayammum. Juga di tahun
ini, Rasulullah SAW memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mempelajari tulisan
orang Yahudi agar Zaid bias menuliskan untuk Nabi surat kepada orang Yahudi,
dan membacakan kepada beliau surat-surat yang datang dari mereka. Pada tahun
ini pula, Husein bin Ali r.a dilahirkan.
Perang
Khandaq atau Ahzab (Persekutuan Musuh)
Pada tahun 5 hijriah terjadi perang Khandaq,
dimana orang Musyrik dan orang-orang Yahudi bergabung untuk memerangi kaum
Muslimin. Jumlah mereka sebanyak 10.000 orang yang dipimpin oleh Abu Sufyan,
dan mereka mengepung kota Madinah serta mengadakan penekanan-penekanan ketat
kepada kaum Muslimin, dan mempersempit ruang gerak mereka.
Rasulullah SAW beserta segenap kaum Muslimin,
tidak keluar sama sekali dari kota Madinah, tetapi atas saran Salman Al-Farisi
beliau memerintahkan kaum Muslimin untuk menggali parit, sebagai bentuk
strategi untuk menghindari serbuan mereka.
Selama dalam pengepungan terhadap kaum
Muslimin itu, Nabi berdoa kepada Allah SWT untuk kehancuran musuh, beliau
mengucapkan doa, yang artinya,
”Ya Allah Tuhan yang menurunkan Kitab, Tuhan
yang cepat perhitunganNya, hancurkanlah kaum sekutu (musyrik dan yahudi). Ya
Allah hancurkanlah mereka sehancur-hancurnya, dan porak-porandakan mereka.”
Doa Nabi Muhammad Saw didengan Allah SWT,
Tuhan mengirim angin putting beliung yang memporak-porandakan pasukan sekutu,
dan mereka lari pontang panting meninggalkan kota Madinah pada malam itu juga.
Perjanjian
Damai Hudaibiyah
Pada tahun 6 hijriah telah terjadi Shulhul
Hudaibiyah (perjanjian damai hudaibiyah). Rasulullah SAW bersama-sama kaum
Muslimin sebanyak 1400 orang pergi meninggalkan kota Madinah menuju Mekkah
untuk melaksanakan ibadah Umroh. Mereka tidak membawa senjata, hanya
perlengkapan untuk bepergian sebagai musafir.Ketika sampai di Hudaibiyah,
rombongan Rasulullah SAW dicegat oleh orang-orang kafir Quraisy dan mereka
dihalang-halangi untuk melanjutkan perjalanan ke Baitullah Haram. Setelah
diadakan perundingan diantara kedua belah pihak, dicapai kesepakatan damai
meliputi lima hal, yaitu :
·
Disepakati adanya gencatan
senjata (penghentian perang) antara kedua belah pihak selama sepuluh tahun.
·
Saling memelihara keamanan
masing-masing antara kedua belah pihak.
·
Kaum Muslimin agar kembali
pulang ke Madinah, tidak meneruskan perjalanan untuk Umrah pada tahun ini.
·
Rasulullah SAW harus
mengembalikan ke pihak kaum Musyrikin Quraisy bila ada dari mereka yang datang
ke Madinah, meskipun telah masuk Islam.
·
Tidak ada kewajiban bagi
kaum Musyrikin Quraisy untuk mengembalikan kepada Rasulullah SAW orang yang
datang ke pihak mereka dari Madinah.
Barangsiapa yang ingin masuk ke kelompok
Muhammad, boleh masuk ke kelompoknya. Dan barangsiapa yang ingin masuk ke
kelompok Quraisy, juga dipersilahkan masuk ke kelompoknya.
Pengiriman
Surat Kepada Raja-raja
Nabi Muhammad Saw pada tahun 6 hijriah ini
berkirim surat kepada beberapa orang Raja, mengajak mereka untuk memeluk Islam.
Surat-surat itu diberi stempel dengan sebuah cincin yang terbuat dari perak
yang tertulis padanya kata-kata: Muhammad Rasulullah. Sebagian mereka ada yang
menyambut ajakan ini dan masuk Islam, dari sebagian lagi ada yang tetap dalam
kekafirannya. Dan diantara mereka yang beriman, adalah Najasyi Raja Habasyah, Mundzir
bin Sawa Raja Bahrain dan Jaifar dan ‘Abd dan dua orang Raja ‘Amman.
Fathu Mekkah
(Penaklukan Kota Mekkah)
Kaum Musyrikin Quraisy ternyata merobek-robek
Perjanjian Damai yang pernah disepakati di Hudaibiyah dan mengkhianati
butir-butir yang tercantum di dalamnya. Menghadapi kenyataan ini maka Nabi
Muhammad Saw mempersiapkan dan mengerahkan prajurit Muslimin untuk
diberangkatkan ke Mekkah.
Nabi Muhammad Saw beserta sebagian prajurit
berangkat melalui jalan sebelah bawah, sementara Khalid bin Walid mengepalai
sebagian prajuritnya berangkat melalui jalan sebelah atas. Ketika Rasulullah
Saw sampai di kota Mekkah, Beliau mendapati bahwa di sekeliling Ka’bah terdapat
tiga ratus enam puluh patung yang tergantung padanya, maka dengan kayu di
tangan.
Kemudian Nabi Muhammad Saw menyampaikan
pidato sambal berdiri di tengah-tengah Masjidil Haram: Sesungguhnya Allah Swt
telah memuliakan Mekkah pada hari diciptakannya langit dan bumi, dan ia
berkedudukan mulia dengan kemuliaan Allah Swt sampai hari kiamat. Maka tidak
halal bagi seseorang yang beriman kepada Allah Swt dan hari akhir untuk
melakukan pertumpahan darah atau menebang atau mencabut sesuatu pohon di kota
Mekkah.
Bila ada seseorang yang menganggap ringan
untuk memerangi Rasulullah Saw di kota Mekkah, maka katakanlah oleh kamu:
Bahwasanya Allah Swt telah memberikan ijin kepada Rasul-Nya dan tidak
memberikan ijin kepadamu, dan bahwasanya telah dihalalkan dan dibolehkan bagiku
pada saat diwaktu siang dan kini kemuliaan kota Mekkah pada hari ini telah
kembali, sebagaimana kemuliaannya di hari kemarin. Maka hendaknya yang hadir
diantara kalian pada saat ini, untuk menyampaikan berita ini kepada yang tidak
hadir.
Nabi
Muhammad Saw Kembali ke Madinah
Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya kembali
ke Madinah setelah sebelumnya berdiam di Ji’ranah selama tiga belas malam.
Dari Ji’ranah ini beliau berihram untuk
melaksanakan umrah, kemudian memasuki kota Mekkah di waktu malam hari, maka
beliau bertawaf dan bersa’i memberi isyarat dengan tangan beliau ke arah Hajar
Aswad. Rasulullah Saw telah meninggalkan kota Madinah selama dua bulan enam
belas hari.
Haji Wada’
Nabi Muhammad Saw beserta seluruh sahabatnya
pada tahun 10 hijriah berangkat menunaikan ibadah haji tepatnya pada hari Sabtu
tanggal 25 Dzulqo’dah menuju kota Mekkah. Sesudah sampai di kota Mekkah, maka
pada tanggal 8 Dzulqo’dah Beliau berangkat menuju Mina dan bermalam di sana.
Dan pada tanggal 9 Dzulhijjah Beliau menuju
Arafah dan di sana Beliau berkhutbah yang dikenal dengan nama Khutbatul Wada’,
dimana Beliau dalam khutbah itu menjelaskan tentang hal-hal terpenting dari
pokok-pokok dan cabang-cabang Agama Islam.
Dan pada hari itu turun wahyu Allah Swt berfirman
pada surat Al Maidah ayat 3 Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Pada hari
ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan kepadamu
ni’mat Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”(Al-Maidah, 3).
Setelah selesai menunaikan ibadah haji, Nabi
Muhammad Saw pulang ke Madinah dengan selamat. Dan dengan berakhirnya tahun
kesepuluh dari hijrahnya Rasulullah Saw dari Mekkah ke Madinah, maka telah
sempurna misi Beliau di Madinah selama sepuluh tahun kurang dua bulan dan
sebelas hari.
Sakitnya
Nabi Muhammad Saw
Pada tahun 11 hijriah Nabi Muhammad Saw mulai
sakit-sakitan. Dan ketika sakit Beliau semakin parah, Beliau meminta ijin
kepada seluruh isterinya, agar Beliau bisa dirawat di kediaman Aisyah saja. Ketika
Beliau merasa udzur untuk melaksanakan shalat berjamaah dengan kaum Muslimin
para sahabatnya, beliau menyuruh Abu Bakar agar shalat mengimami mereka.Beliau
sendiri kemudian pergi keluar masjid, berjalan dipapah oleh Ali dan Fadhal,
sementara Abbas mendahului berjalan di depan.
Nabi Muhammad Saw dibebat kepalanya sambil
berjalan tertatih-tatih dengan kedua kakinya, hingga sampai di undakan terbawah
dari mimbar.Maka para sahabat mengerumuni Beliau berebutan. Maka Beliau
mengucapkan hamdalah seraya memuji dan memuja Allah Swt, kemudian bersabda:
Wahai manusia, sampai berita kepadaku bahwa engkau semua takut kematian nabimu.
Apakah ada Nabi sebelum aku ini yang kekal, sehingga aku juga akan kekal (tidak
mati)? Ketauhilah, bahwa Aku akan menemui Rabbku, dan kamu akan menemuiku
kelak. Maka aku wasiatkan kepadamu agar berbuat paik terhadap para Muhajirin
Pertama, dan juga Aku wasiatkan kepadamu agar sesama kamu semua berbuat
kebajikan. Kemudian berkata di akhir khutbahnya: Ketauhilah bahwa Aku adalah pendahulu
bagimu dan kamu akan menyusul menemuiku. Ketauhilah bahwa sesungguhnya janjimu
nanti ketemu di Haudh (Telaga). Ketauhilah, bahwa barangsiapa yang senang untuk
bisa datang ke telaga itu dan bertemu denganku, maka hendaklah tangan dan
lidahnya dijaga dari berbuat dan berkata yang tidak pada tempatnya, kecuali
yang pantas untuk dikerjakan.
Wafatnya
Nabi Muhammad Saw
Ketika Nabi Muhammad Saw wafat, sahabat Abu
Bakar sedang tidak ada di Madinah. Sewaktu diberi tahu bahwa Nabi Muhammad Saw
wafat, maka beliau segera datang ke rumah Aisyah dan masuk ke dalam seraya
membuka kain penutup wajah jenazah Rasulullah Saw dan kemudian menciumnya dan
terus menangis. Selanjutnya beliau keluar dan mengucapkan pidato, maka beliau
memuji Allah dan menyanjungnya. Selanjutnya berkata: “Ketauhilah, barangsiapa
yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad kini telah mati, dan
barangsiapa menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah tetap senantiasa hidup
tidak akan pernah mati. Kemudian beliau membaca firman Allah Swt pada surat Az
Zumar ayat 30 Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Sesungguhnya
kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula).”
Dan firman Allah Swt pada surat Ali Imran
ayat 144 Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Muhammad,
itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya
beberapa orang Rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu akan berbalik ke
belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat
mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan
kepada orang-orang yang bersyukur.”
Jenazah Nabi Muhammad Saw baru dimakamkan
setelah selesai ditetapkan dan dibai’atnya Abu Bakar menjadi Khalifah pengganti
Beliau, menjadi pemimpin kaum Muslimin.Jasad Rasulullah Saw dimandikan kemudian
dikafani dengan tiga helai kain, tidak ada padanya baju, dan tidak adanya pula
surban.
Kemudian jamaah kaum Muslimin menshalati
jenazah Beliau satu persatu tanpa imam, secara bergantian. Pertama kaum lelaki,
kemudian wanita dan selanjutnya anak-anak. Jenazah Beliau dimakamkan di rumah
Aisyah, tempat dimana Beliau wafat. Dimakamkan pada malam rabu tengah malam,
dan di atas makamnya dipercikkan air oleh Bilal, sementara letaknya agak
ditinggikan sekedar satu jengkal dari permukaan bumi. Semoga Allah Swt
menganugerahkan shalawat dan salam kesejahteraan kepada Beliau, dan kepada
keluarga serta para sahabatnya semua. Usia Nabi Muhammad Saw adalah 63 tahun.
Empat puluh tahun dijalani sebelum ditetapkannya sebagai Nabi di Mekkah, tiga
belas tahun sesudah beliau menjadi Nabi di Mekkah juga, dan sepuluh tahun
beliau jalani di Madinah sesudah hijrah.
Para ahli tarikh telah bersepakat bahwa hari
lahir Nabi Muhammad Saw, hijrahnya dan wafatnya adalah pada hari senin tanggal
12 Rabiul Awwal. Semoga Allah Swt menganugerahkan shalawat dan salam
kesejahteraan kepada Beliau dan kepada keleuarga serta para sahabatnya semua.