Rangkaian R L C - Rangkaian RLC adalah rangkaian elektronika yang didalamnya terdapat tiga buah komponen, yakni resistor, induktor, dan kapasitor. Rangkaian tersebut bisa dihubungkan dalam bentuk seri maupun paralel sesuai kebutuhan dari si pembuat rangkaian itu sendiri. Karakteristik Resistor, Induktor dan Kapasitor
1.
Karakteristik
Resistor
Karakteristik utama dari resistor adalah
resistansinya dan daya listrik yang dapat diboroskan. Karakteristik lain
termasuk koefisien suhu, desah listrik, dan induktansi.
Fungsinya :
- Menghambat arus listrik
- Pembagi tegangan
- Pengatur volume (potensiometer)
- Pengatur kecepatan motor (rheostat)
- Dll tergantung disain komponen
2.
karakteristik induktor
karakteristik dari induktor adalah komponen
elektronika pasif (kebanyakan berbentuk torus) yang dapat menyimpan energi pada
medan magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik yang melintasinya. Kemampuan
induktor untuk menyimpan energi magnet ditentukan oleh induktansinya, dalam
satuan Henry. Biasanya sebuah induktor adalah sebuah kawat penghantar yang
dibentuk menjadi kumparan, lilitan membantu membuat medan magnet yang kuat di
dalam kumparan dikarenakan hukum induksi Faraday
Fungsi utama dari induktor di dalam suatu rangkaian adalah untuk melawan fluktuasi arus yang melewatinya
Fungsi utama dari induktor di dalam suatu rangkaian adalah untuk melawan fluktuasi arus yang melewatinya
3.
karakteristik kapasitor:
Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah
plat metal yang dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik
yang umum dikenal misalnya udara vakum, keramik, gelas dan lain-lain.
fungsinya:menyimpan energi/muatan listrik di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari muatan listrik
fungsinya:menyimpan energi/muatan listrik di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari muatan listrik
Penamaan rangkaian RLC ini bukan tanpa alasan, karena
nama RLC menjadi sebuah simbol listrik untuk ketahanan, induktansi, serta
kapasitansi. Pada kesempatan kali ini belajarelektronika akan membahas lebih
lanjut terkait rangkaian RLC beserta dengan jenis-jenisnya. Oleh karena itu
bagi anda yang penasaran dengan informasi lengkapnya, simak baik-baik ulasan
belajarelektronika.net berikut ini.
Rangkaian RLC dapat membentuk sebuah sistem persamaan
diferensial orde kedua atau bisa juga dua persamaan diferensial orde pertama,
dimana persamaan diferensial tersebut diselesaikan secara simultan. Berikut
adalah rumus frekwensi resonansi dari rangkaian RLC yang harus anda ketahui.
Dalam rangkaian RLC, kita mengenal dua jenis bagiannya yakni rangkaian RLC seri dan rangkaian RLC paralel. Perbedaan dari kedua rangkaian tersebut tentunya terletak pada penyusunan komponen resistor, induktor, dan kapasitornya, dimana yang satu dipasang secara seri, dan yang satunya lagi dipasang secara paralel.
Dalam rangkaian RLC, kita mengenal dua jenis bagiannya yakni rangkaian RLC seri dan rangkaian RLC paralel. Perbedaan dari kedua rangkaian tersebut tentunya terletak pada penyusunan komponen resistor, induktor, dan kapasitornya, dimana yang satu dipasang secara seri, dan yang satunya lagi dipasang secara paralel.
Perbedaan model pemasangan tersebut bukan tanpa maksud.
Terdapat beberapa perbedaan hasil yang ditampilkan oleh kedua rangkaian
tersebut. Berikut ini adalah penjabaran lebih lanjut mengenai rangkaian RLC
seri dan rangkaian RLC paralel secara lebih lengkap.
A.
Rangkaian RLC Seri
Rangkaian seri RLC adalah rangkaian elektronika yang tersusun atas
resistor, induktor, dan kapasitor yang dihubungkan secara seri, dengan sumber
tegangan bolak-balik atau tegangan AC. Pada rangkaian RLC seri, hambatan arus
tegangan sefase, induktor tegangan mendahului arus, serta kapasitor tagangan
didahului arus.
Rangkaian R-L-C seri, sifat rangkaian
seri dari sebuah resistor dan sebuah induktor yang dihubungkan dengan sumber
tegangan bolak-balik sinusioda adalah terjadinya pembagian tegangan di (vR),
(vL) dan (vC) secara vektoris. Arus (i) yang mengalir pada hubungan seri adalah sama besar. Arus (i) tertinggal 90 derajad terhadap
tegangan induktor (vL). Tidak terjadi perbedaan fasa antara
tegangan jatuh pada resistor (vR) dan arus (i). Gambar dibawah
memperlihatkan rangkaian
seri R-L-C dan hubungan
arus (i), tegangan resistor (vR), tegangan kapasitor (vC)
dan tegangan induktor (vL) secara vektoris.
Suatu alat listrik arus bolak-balik dapat
juga memiliki berbagai macam reaktansi, seperti misalnya hubungan seri yang
terdiri dari resistor (R), reaktansi induktif (XL) dan raktansi kapasitif (XC).
Dengan demikian besarnya tegangan total (v) sama dengan jumlah dari
tegangan pada resistor (vR), kapasitor (vC) dan tegangan pada induktor (vL).
Dengan banyaknya tegangan dengan bentuk gelombang yang serupa, sehingga terjadi
hubungan yang tidak jelas. Oleh karena itu hubungan tegangan lebih baik
dijelaskan dengan menggunakan diagram fasor.
Melalui ketiga resistansi (R), (XL) dan (XC)
mengalir arus (i) yang sama. Oleh sebab itu fasor arus diletakkan pada t
= 0. Tegangan (v) pada resistor (R) berada satu fasa dengan arus (i). Tegangan
(vL) pada reaktansi induktif (XL) mendahului sejauh 90o terhadap arus
(i), sedangkan tegangan (vC) pada reaktansi kapasitif (XC) tertinggal sejauh
90o terhadap arus (i). Kedua tegangan reaktif mempunyai arah saling
berlawanan, dimana selisihnya ditunjukkan sebagai tegangan (vS). Tegangan total
(v) merupakan fasor jumlah dari tegangan (vL) dan tegangan (vC) sebagai hasil
diagonal persegi panjang antara tegangan (vL) dan tegangan (vC).
Bila tegangan jatuh pada reaktif induktif
(vL) lebih besar dari tegangan jatuh pada reaktif kapasitif (vC), maka tegangan
total (v) mendahului arus (i), maka rangkaian seri ini cenderung bersifat
induktif. Sebaliknya bila tegangan jatuh pada reaktif induktif (vL) lebih kecil
dari tegangan jatuh pada reaktif kapasitif (vC), maka tegangan total (v)
tertinggal terhadap arus (i), maka rangkaian seri ini cenderung bersifat
kapasitif.
Untuk menghitung hubungan seri antara
R, XL dan XC pada setiap diagram fasor kita ambil segitiga
tegangan. Dari sini dapat dibangun segitiga resistor, yang terdiri dari
resistor (R), reaktif (X) dan impedansi (Z).
Berdasarkan tegangan reaktif (vS) yang
merupakan selisih dari tegangan reaktif induktif (vL) dan tegangan reaktif
kapasitif (vC), maka resistor reaktif (X= XLS=XCS) merupakan selisih dari
reaktansi (XL) dan (XC). Sehingga didapatkan hubungan tegangan (v) seperti
persamaan vektoris berikut;
Maka untuk resistansi semu (impedansi
Z) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
dimana
Dalam rangkaian seri ada 3 kemungkinan yang
terjadi, yaitu:
- XL>XC => maka tg θ positif berarti tegangan mendahului arus (rangkaian bersifat induktif).
- XL<XC => maka tg θ negatif berarti arus mendahului tegangan (rangkaian bersifat kapasitif/reduktif).
- XL=XC => maka tg θ = 0 sehingga Z = R Jadi di dalam rangkaian hanya ada hambatan R, dan dikatakan pada rangkaian terjadi resonansi seri (rangiaian bersifat resistif).
Ketiga kemungkinan tersebut terjadi
disebabkan oleh frekuensi. Jika frekuensi besar maka XL besar dan XC rendah.
Jika frekuensi kecil maka XL kecil dan
XC tinggi
§ Rangkaian RLC seri memiliki sebuah induktansi
dan capasitansi
§ Besar arus yang mengalir dalam rangkaian adalah sama
dan
adalah waktu bervariasi tegangan dari sumber
Karena XL>XC maka rangkaian bersifat
induktif
Rangkaian seri RLC adalah rangkaian
elektronika yang tersusun atas resistor, induktor, dan kapasitor yang
dihubungkan secara paralel, dengan sumber tegangan bolak-balik atau tegangan
AC. Pada rangkaian RLC paralel, terjadi pembagian arus listrik dari sumber
menjadi tiga, yakni mengarah ke resistor, induktor, dan kapasitor.
Rangkaian R-L-C paralel, sifat dari rangkaian
paralel adalah terjadi percabangan arus dari sumber (i) menjadi tiga, yaitu
arus yang menuju arus yang menuju resistor (iR), induktor (iL) dan kapasitor
(iC). Sedangkan tegangan jatuh pada resistor (vR), pada induktor (vL) dan pada
kapasitor (vC) sama besar dengan sumber tegangan (v). Gambar rangkaian R-L-C parallel dibawah memperlihatkan hubungan arus secara vektoris pada rangkaian R-L-C
paralel.
Suatu rangkaian arus bolak-balik yang terdiri
dari resistor (R), reaktansi induktif (XL) dan reaktansi kapasitif (XC), dimana
ketiganya dihubungkan secara paralel. Fasor tegangan (v) sebagai sumber
tegangan total diletakan pada ωt = 0. Arus efektif (iR) berada sefasa dengan
tegangan (v). Arus yang melalui reaktansi induktif (iL) tertinggal sejauh 900
terhadap tegangan (v) dan arus yang melalui reaktansi kapasitif (iC) mendahului
sejauh 900 terhadap tegangan (v). Arus reaktif induktif (iL) dan arus reaktif
kapasitif (iC) bekerja dengan arah berlawanan, dimana selisih dari kedua arus
reaktif tersebut menentukan sifat induktif atau kapasitif suatu rangkaian. Arus
gabungan (i) adalah jumlah geometris antara arus efektif (iR) dan selisih arus
reaktif (iS) yang membentuk garis diagonal empat persegi panjang yang dibentuk
antara arus efektif (iR) dan selisih arus reaktif (iS). Posisi arus (i)
terhadap tegangan (v) ditentukan oleh selisih kedua arus reaktif (iS).
Bila arus yang melalui reaktansi induktif
(iL) lebih besar daripada arus yang melalui reaktansi kapasitif (iC), maka arus
total (i) tertinggal sejauh 900 terhadap tegangan (v), maka rangkaian paralel
ini cenderung bersifat induktif. Sebaliknya bilamana arus yang melalui reaktansi
induktif (iL) lebih kecil daripada arus yang melalui reaktansi kapasitif (iC),
maka arus total (i) mendahului sejauh 900 terhadap tegangan (v), maka
rangkaian paralel ini cenderung bersifat kapasitif.
Untuk menghitung hubungan seri antara
R, XL dan XC pada setiap diagram fasor kita ambil segitiga
yang dibangun oleh arus total (i), arus.selisih (iS) dan arus efektif (iR).
Dari sini dapat dibangun segitiga daya hantar, yang terdiri dari daya hantar
resistor (G), daya hantar reaktif (B) dan daya hantar impedansi (Y).
Sehingga hubungan arus (i) terhadap arus
cabang (iR), (iL) dan (iC) dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan
kuadrat berikut;
Sehingga
Oleh karena arus reaktif (iS) adalah selisih
dari arus reaktif (iL) dan arus reaktif (iC), maka daya hantar reaktif (B)
adalah selisih dari daya hantar reaktif (BL) daya hantar reaktif (BC).
dengan arus total (i) = v . Y
Untuk arus pada hubungan paralel berlaku
persamaan
Arus efektif iR = v . G
No comments:
Post a Comment