17.4.18

TOKOH PENTING : BIOGRAFI DR SOETOMO

 
Soetomo terlahir dengan nama asli Soebroto, pada tanggal 30 Juli 1888 di desa Ngepeh, Jawa Timur, Hindia Belanda. Dr. Soetomo bersekolah di School tot Opleding van Indische Artsen (STOVIA) yakni sebuah sekolah pendidikan dokter Hindia. Semasa sekolah Soetomo suka berdiskusi dengan teman-temannya di sekolah.

Dalam kunjungan dr. Wahidin Sudirohusodo ke STOVIA, beliau sempat memberikan  pidato yang berfokus pada peningkatan minat para pemuda untuk meningkatkan serta memajukan dunia pendidikan sebagai salah satu cara untuk membebaskan pemikiran bangsa dari belenggu penjajahan. Salah satu cara yang diusulkan oleh dr. Wahidin Sudirohusodo adalah dengan membentuk sebuah Studie Fon (Dana Untuk Beasiswa). Hal inilah yang menjadi salah satu pemacu Dr. Soetomo untuk mendirikan Budi Utomo pada 20 Mei 1908. Boedi Oetomo adalah organisasi modern pertama yang ada di Indonesia. Tirto Koesumo terpilih menjadi ketua Boedi Oetomo yang pertama berdasarkan hasil kongres pertama Boedi Oetomo yang dilaksanakan pada 3-5 Oktober 1908. Selain Soetomo, di Budi Utomo juga bergabung Suewardi Soerjaningrat, Saleh, Gumbreg, dan lain-lain yang turut membantu Goenawan dan Soeradji.

Tujuan utama dalam pembentukkan Boedi Oetomo adalah untuk memajukan bangsa yang harmonis dengan cara memajukan dunia pendidikan, pertanian, perdagangan, industri, peternakan, dan teknik, kebudayaan, dan mempertinggi cita-cita kemanusiaan untuk mencapai harkat dan martabat sebagai bangsa yang dihormati.

Tahun 1919, Dr. Soetomo menamatkan pendidikannya di STOVIA dan mendapatkan tugas di Semarang. Penempatan kerja di Semarang hanya untuk waktu yang tidak terlalu lama sebab Soetomo lalu dipindahkan ke Tuban, selanjutnya dipindahkan ke Lubuk akam (Sumatera Utara) dan terakhir dipindahkan ke Malang. Tugas Dr. Soetomo di Malang adalah untuk membasmi wabah penyakit pes yang sedang melanda daerah Malang. Pemindahan Soetomo yang cukup intensif memberi manfaat tersendiri yakni banyaknya pengalaman yang diperolehnya dari berbagai daerah. Sutomo juga mengetahui secara langsung penderitaan rakyat dan dapat berbuat langsung membantu meringankan penderitaan rakyat. Dr. Sutomo banyak mengobati pasiennya tanpa mengharapkan biaya sepeserpun. Terdapat juga pasien yang dibebaskan sama sekali dari biaya.

Tahun 1919, Sutomo berkesempatan untuk melanjutkan studinya ke Belanda. Di sela-sela kesibukannya dalam menimba ilmu, Sutomo selalu mencari kesempatan dalam mempelajari politik. Di negera Belanda, Sutomo berkesempatan bergabung dengan Perhimpunan Indonesia. Sekembalinya ke tanah air, Sutomo melihat banyaknya kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh Budi Utomo. Sutomo lalu menyarankan agar Budi Utomo dagar berubah haluan keranah politik sebab di Indonesia sudah banyak berdiri partai politik serta keanggotaan Budi Utomo dibuat terbuka untuk semua kalangan masyarakat, tak hanya bagi kalangan bangsawan atau priyayi.

Tahun 1924, Sutomo mendirikan sebuah wadah bernama Indonesische Studie Club (ISC).  ISC sendiri dalah sebuah wadah yang akan menaungi kaum pelajar. ISC suskes mendirikan asrama pelajar, sekolah khusus menenun, bank pengkreditan, serta koperasi dan lain-lain.Tahun 1931 ISC berubah nama menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI). Di bawah kepemimpinan Sutomo, PBI mengali perkembangan yang cukup pesat. Tekanan yang diberikan pemerintahan Hindia Belanda memaksa PBI dan Budi Utomo disatukan menjadi Perindra (Partaai Indonesia Raya) yang bertujuan untuk Indonesia Raya.

Dokter Soetomo juga berperan aktif di bidang jurnalistik (kewartawanan) dan sempat memimpin beberapa surat kabar. Kesibukan serta perjuangannya dalam merebut kemerdekaan membuat kesehannya melemah. Soetomo meninggal dunia di Surabaya pada usia 49 tahun yakni pada 30 Mei 1938. Berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 657/1961, Sutomo diangkat sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional untuk menghormati jasa Dr. Sutomo.

Artikel Lainnya